Chapter 2 : Dunia Otome

551 50 6
                                    

Tidak mungkin, tidak mungkin, tidak mungkin, TIDAK MUNGKIN!

Aku menarik kedua sisi rambutku dengan sekuat tenaga, AUH rasanya sakit sekali. Aku mencubit kedua lenganku dengan sekuat tenaga, AUH rasanya tak kalah sakit dengan yang tadi. Aku menampar kedua pipiku dengan sekuat tenaga dan rasanya lebih sakit dari pukulan sebelumnya. 'Dunia' ini memang neraka. Semua yang kulakukan terasa menyakitkan.

'Jelaslah, mukul diri sendiri dengan sekuat tenaga pula, sudah pasti menyakitkan,' Otakku memprotes pernyataanku dengan sendirinya.
Uh, rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya.

"Rin, kamu baik-baik saja?" Mungkin karena kelakuanku yang sudah seperti orang setengah waras, 'Papa angkat Rin' berupaya memegang keningku.

"TENTU SAJA TIDAK!" Ups. Aku tak sengaja berteriak menyuarakan perasaanku.

Kelopak mata kanannya menurun, nyaris menutupi penglihatannya. Sebuah senyuman dipaksa untuk menyeimbangi kesedihan yang terukir di wajahnya.

Ukh... Tenangkan dirimu, Rin!

"Oliver-sama, Yang Mulia Pangeran Len datang berkunjung." Seorang wanita berambut sebahu berwarna hitam serta memakai baju kantoran, mendadak muncul di sebelah 'Papa angkat Rin'.
Ternyata ada juga orang dengan pakaian normal di 'Dunia' ini.

"Persilakan dia masuk." Wanita yang kelihatannya asisten 'Papa angkat Rin', menganggukkan kepala dan melangkahkan kakinya meninggalkan kamar 'Rin'.

'Len' ya... kalau tidak salah, dia adalah 'Tunangan Rin' sekaligus Putra Mahkota Kerajaan Voca yang selalu diceritakan Miku-nee.

"Selamat sore Oliver-sensei." Seorang laki-laki dengan rambut kuning lemon terang, memakai baju yang berkilau, tersenyum ramah pada 'Papa angkat Rin'.

"Selamat sore Len-sama." 'Papa angkat Rin' membalas senyumannya seraya membungkukkan tubuhnya.

Kedua mata 'Tunangan Rin' em maksudku Len membesar dan sedikit bersinar ketika melihatku. Mulutnya terbuka, membentuk seringai lebar yang agak aneh namun tidak menyeramkan.

"Rin! Syukurlah kau sudah sadar." Dia berlari kecil menghampiriku dengan iris mata yang semakin bersinar.

Dia terlihat sangat senang seakan mendapati 'Rin' yang terbangun dari tidur panjangnya. Padahal seingatku, 'Rin' cuman koma sehari saja.

"Bukan sehari, Rin-sama. Anda terbaring, tak bergerak selama seminggu lamanya." Aku mengernyitkan dahiku, melototi 'Butler papa Rin'.
Aku sengaja memasang ekspresi yang seolah mengatakan 'Bagaimana, kenapa, darimana kau bisa tahu isi pikiranku?'.

"Oliver-sama, sudah waktunya Anda mengunjungi Duke Muryad-sama." Perubahan intonasi wanita kantoran tadi, membuatku menoleh ke arahnya dan 'Papa angkat Rin'.

'Papa angkat Rin' menatap langsung kedua mataku, mengelus rambutku, "Kamu boleh mengobrol bersama Len-sama sepuasmu. Tapi, jangan sampai kamu lupa istirahat, Rin."

Raut wajah dan nada bicaranya tegas namun penuh perhatian. Aku refleks mengangguk mengiyakannya.

Dia tersenyum lebar, memohon undur diri pada Len, kemudian beranjak pergi bersama dengan asistennya.

Baru berapa detik 'Papa angkat Rin' menghilang dari pandanganku, tiba-tiba Len memelukku tanpa berkata apa-apa.
Merasa tak nyaman, aku spontan mendorongnya.

Kedua alisnya terangkat dan bola matanya membulat sempurna. Mungkin di mata orang lain, dia terlihat kaget. Tapi di mataku, raut wajahnya juga menunjukkan kekesalan yang berhasil mendirikan bulu kuduk di leherku.

"Ma- maaf... Saya tak bermaksud..." Aku berusaha memasang tampang bersalah walau aku tidak merasa demikian.

Len menutup kedua matanya sembari tersenyum. "Rin? Apa ada sesuatu yang menganggumu? Atau apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?"

Ekspresi yang ditunjukkan dengan nada suaranya sama sekali tidak sinkron. Nada suaranya memang terdengar khawatir, namun senyuman lebarnya terlihat seperti boomerang tajam yang siap memutuskan leherku kapan saja.

Glek! Kurasa tindakanku yang mendorongnya tadi membuatnya marah. Aku yakin jawabanku ini berperan penting dalam menentukan nasibku selanjutnya. Masalahnya pilihan jawabanku hanya ada tiga, yaitu mengatakan yang sebenarnya, berpura-pura menjadi 'Rin' dan memberikan jawaban simpel yang sedikit ambigu seperti 'tidak ada' atau 'biasa saja'.

Aku melirik ke arah 'Butler papa Rin' yang sedaritadi berdiri di sebelah kiri tempat tidurku. Dia mungkin bisa membantuku. Aku menarik lengan bajunya, memberi kode minta tolong padanya.
Dia tidak menanggapi kodeku dan terdiam dengan tubuh yang berguncang.

Gawat... dia yang tidak melakukan apa-apa aja merasa takut. Aku tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi padaku jika aku salah menjawab.

"Rin?" Len membuka matanya, menatap tajam diriku. Senyuman yang sama masih menghiasi wajahnya.

Uh oh! Aku harus menjawab apa? Aku tak mungkin mengatakan yang sebenarnya seperti 'Aku bukan Rin dunia ini', kemungkinan besar dia tidak akan percaya. Aku juga tidak bisa berpura-pura menjadi 'Rin' dan berkata 'Aku mengalami amnesia', terdengar aneh jika kata 'amnesia' keluar dari mulut orang yang mengalaminya. Mau tak mau, satu-satunya jawaban yang bisa kuberikan hanyalah jawaban simpel itu.

"Tidak ada. Saya baik-baik saja." Aku memalingkan pandanganku, menolak kontak mata dengannya.

"Tidak. Kau tidak baik-baik saja. Sikapmu sangat aneh." Aku sedikit melirik ke arah Len, ekspresinya terlihat... normal?

"Biasanya kau selalu memanggil namaku, tersenyum senang sambil merangkul lenganku setiap kali kita bertemu." Oh begitu. Berarti untuk menjadi 'Rin' di depannya, aku hanya perlu memanggil namanya, tersenyum senang sambil merangkul lengannya...

Mana bisa aku melakukannya?!

"Yuuma, apa yang terjadi pada Rin?" Kupandangi 'Butler papa Rin' alias Yuuma dengan penuh harap. Semoga saja dia menjawab amnesia.

"Rin-sama mengalami amnesia, Pangeran." Bagus Yuuma! Sekarang aku bisa bernafas lega.
Aku memang kesal saat dibilang amnesia sebelumnya, tapi setelah menenangkan diri, suka cita menyelimutiku.
Lebay? Ya memang, semua orang yang berada di posisiku pasti akan berpikir dan bertindak berlebihan.

"Baiklah. Aku akan membantu memulihkan ingatanmu, Rin." Aku menatap horor diri Len yang tertawa senang. Lupakan nafas legamu Rin, belum waktunya untuk merasa lega.

-TBC-

Sang Antagonis dan PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang