Chapter 5 Part A : Guess Academy

246 23 0
                                    

Awkward, kata itulah yang menggambarkan situasiku saat ini. Sejak tadi, Len hanya diam seribu bahasa, mengamati pemandangan di luar jendela. Raut wajahnya sulit kubaca. Dan aku tidak berani memulai percakapan duluan.

Kenapa sih aku sampai terbawa emosi segala. Pakai acara pegang tangan Yuuma lagi.

"Rin..." Len menyebut lirih namaku, pandangannya masih tertuju ke luar jendela.

"Y-Ya?" Aku ragu-ragu menjawab panggilannya. Aku takut dia cuma sebatas bergumam dan tidak bermaksud memanggilku.

Len sekilas melirikku. "Kau sudah ingat sampai sejauh mana?"

Glek. Oke waktunya berakting Rin!

Aku memeluk diriku sendiri, berupaya memasang mimik wajah sedih, "Setelah saya coba ingat-ingat... saya ada memimpikan sepasang anak perempuan dan anak laki-laki, mereka berdiri di tepi danau penuh peri. Kelihatannya mereka sedang bertengkar hebat sampai-sampai sang anak perempuan menampar temannya..."

Em... apa lagi ya...
Lord, aku lupa sisanya, gyaah!

Len mengalihkan pandangannya ke arahku, menatap dalam kedua mataku. "Hanya itu?"

Oh tidak. Aku tidak tahu kenangan mereka yang lain. Terpaksa ku iyakan dengan percaya diri... ya, dengan percaya diri.

"Y... yeah... h...hh-hanya itu saja yang bi-bisa saya ingat...." Sial, tatapan ketus dan raut wajah Len yang dingin bikin suaraku jadi gemetaran.

Len menarik nafas cukup panjang. "Haaa. Ternyata memang mustahil."

Aku menatap gelisah diri Len yang mendadak bangkit berdiri. Apa yang ingin dia lakukan padaku? Menggertakku? Mengusirku?

Len berpindah tempat duduk ke sebelahku, -grep- mendekap erat diriku. "Tak usah takut, Rin. Aku tidak akan menyakitimu. Kumohon jangan mendorongku. Izinkan aku memelukmu sebentar saja...."

Dia peka akan niat dan pikiran negatifku!

Suaranya terdengar frustasi...
Yasudahlah... Tak ada salahnya juga kubiarkan dia memelukku.

"Pasti sulit bagimu. Kamu yang akhirnya terbangun dari koma malah disambut dengan kenyataan seperti ini. Kenyataan bahwa kamu tengah berada di tempat asing yang tidak kamu kenali. Seharusnya aku mendukung dan menuntunmu tapi aku..." Nada bicaranya begitu halus dan tulus, seakan-akan kepeduliannya itu ditujukan padaku bukan pada 'Rin'.

"Sikap yang kamu tunjukkan kepadaku kemarin membuatku kesal dan sedih. Aku ingin kamu segera mengingat semuanya hingga aku terkesan memaksamu, semata-mata karena... kamu bukanlah Rin yang aku kenal." Deg! Kalimatnya yang terakhir bagaikan serangan anak panah yang sukses menancap dan menghancurkan dinding keegoisanku.

"Aku rindu padamu, Rin Lapis Dikrof... ditambah tindakanmu yang lebih memilih bergantung pada Yuuma daripada bergantung padaku. Perasaanku..." Len melonggarkan cengkraman tangannya di bahuku, memperbolehkanku membebaskan diri dari dekapannya.

Aku sadar, tubuh ini bukan milikku dan Len membutuhkan support dari 'Rin' ....

Aku semakin menyandarkan kepalaku ke dadanya, melingkarkan kedua tanganku di pinggangnya.

Tubuh Len sedikit tersentak. Aku dapat merasakan debaran jantungnya yang mulai berdegup cepat.

Jujur, aku merasa tidak nyaman, serasa sedang berpelukan mesra dengan pacar orang lain. Namun, aku tidak membenci bentuk rasa empati yang kuberikan kepadanya ini.

Len perlahan mendorongku, menjauhkan tubuhku darinya. Dengan tangan yang masih memegang kedua sisi bahuku, pipinya merona semirip warna kelopak bunga Sakura. "Maaf Rin, aku menyesali perbuatanku. Sebetulnya aku mengkhawatirkan alergimu tapi karena aku sudah lama sekali tidak melihat wajah marahmu, aku jadi..."

Sang Antagonis dan PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang