Chapter 5 Part D : Aura & Sindrom Jati Diri

222 17 2
                                    

"Ri... Rin-sa... Rin-sama!" Haaa...? Yuu...ma?

-snif- Bau serat sabut kelapa yang sedang mencegah tersungkurnya diriku ke lantai, berhasil membangunkanku dari kelelapan.

My God. Aku ketiduran!

"Ya- kenapa?" Buru-buru kusahut panggilan Yuuma seraya menegakkan tubuhku.

"Anda sudah sampai." Cepat amat, rasanya baru berapa menit aku tertidur.

Yuuma menurunkanku di atas balkon lantai 3 mansion 'Rin'. Kemudian, dia menempatkan sapu terbangnya ke dalam kotak kayu berkaca di samping pintu balkon.

Houki-kun... kau yang menahan tubuhku selagi aku tertidur ya...

Ijuk Houki-kun memberiku jari tengah saat badan Yuuma menghadap ke arah lain.

Sa-pu ke-pa-rat...!

Fuh. Pikir positif Rin. Houki-kun sudah melindungiku, tak peduli karena kemauannya sendiri maupun perintah Yuuma.

-shisheshis- Desisan gaib apaan tuh?

Aku sontak melihat Yuuma yang tengah berkomat-kamit pada lingkaran kecil di atas telapak tangannya. "Apa yang sedang kau lakukan, Yuuma?"

"Saya sedang menggirim pesan sihir kepada Pangeran Len." Telapak tangan Yuuma mengatup, bersinar selama sepersekian detik. Lalu terbentang, menciptakan seekor burung garis lengkung ala anak TK.

Heheh-he-heh proses sihirnya dah bagus, hasilnya malah burung gambar anak-anak. Speechless aku.

Hoamm~ Mataku masih berat, pengen balik tidur...

"Mari, Rin-sama." Yuuma menuntunku menuju kamar 'Rin' yang letaknya persis di sebelah balkon tadi. Dia juga membukakan pintu kamar 'Rin' untukku.

Ketika pintu kamar terbuka, mataku lantas menangkap sesosok laki-laki berambut merah, beriris merah serta berpakaian serba merah yang lagi duduk di pinggiran kasurku.

Laki-laki merah itu mendirikan tubuhnya saat sepasang mata kami bertemu pandang. "Halo Rin, ingat aku?"

Kenal aja enggak apalagi ingat.

Dia menghampiriku dengan senyuman datar terbentuk di wajahnya. "Kelihatannya kau tidak mengingatku. Perkenalkan, aku adalah The Sickness Flamer, sang pembakar penyakit."

Hah?

Mendapati tampangku yang gagal paham, dia pun tertawa kecil. "Bercanda, hehehe. Aku Fukase, sepupumu yang akan menyembuhkan amnesiamu."

Aku memperhatikan diri Fukase dari atas kepala sampai ujung kaki. "Maksudmu, kau dokter?"

Dia menaikkan jari telunjuk kedua tangannya sembari digoyang-goyangkan ke kanan dan ke kiri. "Aku bukan dokter biasa. Aku... The Flaming Doctor."

Seriusan nih, dia beneran dokter...? Rambutnya acak-acakan, kemejannya kusut, celana panjangnya digulung sebetis kaki, dari mananya yang dokter.

"The Flaming Doctor merupakan julukan resmi Fukase-sama selaku dokter muda sekaligus calon Dokter Kerajaan, Rin-sama." Yuuma yang berada di belakangku tiba-tiba menanggapi pertanyaan yang ada di anganku.

"Keren kan? Aku yang mencetuskannya lho." Fukase membusungkan serta menepuk bangga dadanya.

Apa yang patut dibangakan dari hal itu? Apa gelar calon Dokter Kerajaan tidak terlalu berlebihan untuk orang aneh ini.

"Keluarga Fukase-sama berprofesi sebagai Dokter Kerajaan secara turun-temurun, dari generasi ke generasi, sehingga sudah teruji dan diakui oleh para ahli, Rin-sama." Lagi-lagi, Yuuma mengomentari pendapat di dalam benakku.

Sang Antagonis dan PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang