Redemarrer| Prolog

1.4K 124 163
                                    

"Maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf..."

"Kami sudah tidak bisa menyelamatkannya," ungkap Dokter Park lalu terdiam sebentar, mengawasi lelaki yang tengah duduk di samping ranjang tempat seorang wanita terbaring. Tubuh kurus wanita itu dipenuhi oleh selang-selang medis yang menghubungkan dengan peralatan medis yang selama ini merupakan penopang kehidupannya. Monitor, ventilator, keteter, dan masih banyak lagi alat yang menopang kehidupannya terpasang di tubuh ringkihnya.

Dokter Park melanjutkan kalimatnya,"Otaknya sudah mati."

"Maafkan kami Tuan. Kami menyerah."

"Anda bisa merelakannya secara perlahan, sebelum dia..." Sebagai seorang dokter yang menangani banyak pasien, entah dalam kondisi apapun. Yang dialaminya saat ini juga sulit, ia pun juga berjuang menyelamatkan pasien. Tapi, ini adalah titik dimana kemampuannya telah melewati batas.

"Benar-benar pergi." Dokter Park memalingkan wajah, tak bisa menatap lelaki itu lebih lama. Terlalu berat bukan.

***

Suara isakan pilu dari seorang lelaki memenuhi lorong rumah sakit yang remang-remang itu. Bahunya naik turun. Air mata terus keluar tanpa henti.

"...." Lidahnya kelu, napasnya tak beraturan. Hanya ada suara isak yang begitu kentara memenuhi lorong sepi itu.

Sudah hancur semua.

Hancur.

Semua yang dikatakan dokter Park itu sudah membuat dunia seakan berhenti untuknya.

Dengan mudahnya dokter itu berkata mereka menyerah?

Tidak mungkin.

Ia menangis. Kesedihan itu terlalu dalam, sulit untuk tak menumpahkannya dalam bentuk airmata.

Dia bisa menyembunyikan segala kesedihannya. Dia belum siap untuk kehilangan wanita itu.

Jika saja...Jika saja dia dan wanita itu tak pernah bertemu...mungkin ceritanya akan berbeda.

Mungkin.

Begitulah manusia, bila ada kemalangan selalu mencoba mencari pembelaan dibalik kata "mungkin".

"Hmmmmm."

"Lelaki yang sangat beruntung di dunia ini." Suara merdu itu menyapa indera pendengaran.

"Tapi lihatlah." Walau merdu, suaranya begitu tajam nan menusuk.

Dia mendongkakkan kepala. Dia mengernyitkan dahi ketika melihat seseorang di hadapannya.

Siapa dia?

Wanita dengan dress selutut yang terlihat dari brand ternama atau dress rancangan khusus itu tersenyum mencemooh. Ia membenarkan letak kaca mata hitamnya yang sedikit melorot.

Redémarrer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang