Prolog

151 10 0
                                    

Matahari bersinar hangat menampakkan cahaya jingganya diantara awan-awan sore. Angin berhembus sepoi-sepoi. Ombak berlomba-lomba menghantam bebatuan di tepian pantai. Di atas salah satu batu, seorang gadis berdiri dengan anggunnya. Rambutnya yang coklat kekuningan tampak indah dilambaikan angin. Retinanya yang biru menunjukkan kegelisahan yang mendalam. Ada banyak masalah yang dipendamnya. Farah Insana, itulah nama gadis itu. Nama yang indah, tapi tidak sesuai dengan kelakuannya. Dia gadis yang keras kepala. Suka berbuat semaunya.

"Farah ayo kita pulang! " ajak Rian, pacar Farah. Sambil menarik tangan Farah.

"Lepas! " bentak Farah.

"Sayang kok kamu marah-marah? " Rian hendak menyentuh pipi Farah, tapi langsung di tepis.

"Jangan sentuh aku! Kita putus!! " setelah mengatakan itu Farah langsung berjalan cepat ke mobilnya.

"Sayang jangan gitu dong! Aku salah apa? Kita bisa bicarakan baik-baik. Aku cinta sama kamu, sayang"

"Oh! Aku gak cinta sama kamu" Farah langsung memasuki mobilnya. Farah pergi begitu saja, tidak menghiraukan Rian. Rian mengacak rambutnya frustasi. Baru kemarin mereka jadian, tapi hari ini sudah putus. Rian sangat mencintai Farah. Dengan susah payah dia mendapatkan Farah. Kini Rian merasakan rasa sakit dipermainkan oleh Farah, dan bukan hanya Rian yang merasakan itu, banyak lelaki yang menjadi korban Farah.

Farah tidak menghiraukan perasaan Rian. Farah membawa mobilnya dengan tenang. Azan berkumandang dengan merdunya. Entah kenapa hatinya tersentuh untuk berhenti di masjid. Farah ingin melaksanakan shalat, walaupun biasanya dia malas mengerjakannya. Farah memasuki mobilnya ke halaman masjid.

Usai shalat, Farah langsung ke luar masjid dan memakai sepatunya. Farah menoleh ke samping. Seorang lelaki sedang duduk. Lelaki itu juga menoleh ke arah Farah dan tersenyum manis. Bola matanya berwarna coklat terang. Wajahnya putih, rambutnya pirang kecoklatan, sangat tampan. Farah terpesona melihat pria itu.

"iya umi, sebentar" seru lelaki itu.

Farah salah, ternyata senyum itu bukan untuknya. Ia sedikit kecewa. Farah langsung menuju ke mobilnya.

💝💝💝

"Farah baru pulang sayang? " tanya ustadzah Sarah, umminya Farah.

"iya, ummi" Farah menoleh ke ke sarah.

"sini sayang, duduk dengan ummi!"

"Farah capek mi, mau istirahat" bantah farah.

"kamu belum makan, kan? Kita makan yuk!"
"Farah gak lapar, ummi" Farah langsung naik ke tangga menuju kamarnya.

Sarah menghembus nafas pasrah. Sarah sudah menggunakan segala cara untuk mendekati anak semata wayangnya. Ia ingin mengubah kelakuan Farah menjadi lebih baik lagi. Sarah masih bingung apakah dia salah mendidik anaknya? Terkadang mendidik anak orang lebih mudah daripada mendidik anak sendiri. Sarah mengajar di sebuah pesantren ternama dan menjadi ustadzah yang disenangi oleh banyak muridnya. Sarah juga punya beberapa usaha makanan halal yang berkembang pesat sampai keluar negeri. Memang kesehariannya sangat sibuk, tapi perhatiannya selalu tercurahkan untuk Farah. Farah suka dengan kebebasan, tidak peduli dengan nasihat yang diberikan untuknya. Farah menghempas badannya di atas kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya. Wajah tampan yang tadi di lihatnya terukir indah. Bayangan itu tersenyum manis. Tanpa Farah sadari bibirnya juga ikut tersenyum. Ada rasa yang berbeda tumbuh di hatinya. Sangat indah berwarna merah jambu.

💝💝💝

Kronologi SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang