Bagian 4

27 4 0
                                    

"Ini salahku, aku harus menyelesaikannya! "

🍬🍬🍬

Bintang-Bintang bertaburjuan menghiasi gemerlap malam, di tambah dengan cahaya rembulan. Bulan purnama yang sempurna mencerahkan langit malam, cahaya tersebut berpendar menyinari wajah cantik Farah. Senyuman terlukis di wajah Farah. Wajah Ahmed seakan terlukis diantara bintang-bintang. Susah bagi Farah untuk tidak memikirkan Ahmed. Dalam pikirannya selalu terbayang wajah Ahmed, padahal sebentar lagi ujian tengah semester. Tetap saja, kepalanya tidak bisa fokus. Sedang belajar, tiba-tiba terbayang wajahnya. Sedang muraja'ah hafalan Quran pun begitu. Susah fokusnya. Memang begitu kebiasaan orang yang sedang jatuh cinta.
selalu memikirkannya, sampai terkadang senyam-senyum sendiri.

"Farah... " Suara uminya membuyarkan lamunan Farah.

"Iya mi! " seru Farah.

"Kamu lagi mikir apa?"

"Emang Farah mikir apaan? "

"Ditanya, kok malah nanya balik!"

"Hehe... Gak ada mi"

"Yakin ga ada? Dari tadi kamu senyam-senyum sendiri"

"Dari tadi umi liatin Farah? "

"Sepertinya anak umi lagi jatuh cinta," canda Sarah.

"Ii... Umii... "

Sarah tertawa melihat anaknya merengut imut. "Iya, sayang jangan ngambek gitu. Besok paman Ilham datang lho! " Sarah mengelus rambut anaknya.

"Yeay... " Farah langsung ceria.
"lagi ngumpul di sini rupanya." Fathan datang berkumpul.

"Abii... " Farah memeluk abinya. "Abi udah lama gak ngumpul bareng gini!"

"Iya nak. Maafin abi ya"

"Ya, bi"

"Sayang, kapan kamu bisa istiqamah hijab"

"Gak tau bi, Farah belum siap"

"Harus segera disiapin dong sayang," timpal Sarah.

"Lagi proses, umi sayang" Farah melepaskan pelukan.

"Prosesnya jangan lama-lama. "

Farah terdiam, karena jika ia membantah lagi akan panjang nantinya.

"Farah ngantuk, mau tidur " Farah bangun dari duduknya.

"Farah, abi sedang bicara!" Suara Fathan mulai meninggi.
"Farah ngantuk, abi" Farah memelas.

"Kamu kenapa susah sekali diatur?!" Fathan emosi. Sarah menenangkan suaminya.

"Farah duduk dulu sayang, " perintah sarah lembut.

Farah memandang abi uminya sesaat, lalu langsung pergi ke kamar.

"Farah!!" Murka Fathan.

"Abi sabar," seru sarah lembut.

"Sampai kapan? "

Sarah tersenyum, "dia gak bisa dikerasin, bi" Sarah menyentuh dada Fathan, menenangkan. Fathan sedikit lebih tenang. Dia melihat ke dalam netra mata Fathan. "Allah yang akan bantu kita."

Fathan melihat bola mata abu-abu milik Sarah yang indah. Ia luluh juga. Fathan memeluk Sarah erat. Sarah selalu bisa membuat Fathan luluh, "sayang, makasih ya! "

Sarah tersenyum dalam dekapan suaminya.

💝💝💝

Malam semakin mencekam. Air mata terus membasahi pipi kemerahan Farah. Perkataan dan bentakan abinya tadi terus tergiang-giang di telinganya. Itu memang kesalahan Farah, tidak mendengar perkataan abinya. Farah muak terus-menerus mendengar ocehan orang tuanya. Dia hanya ingin berubah karena Allah, dan itu membutuhkan waktu. Apakah dia salah?

Kronologi SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang