21. Pilihan terbaik

6.3K 412 48
                                    

Happy reading...

Kelopak mata itu berkedut menandakan pemiliknya yang sudah tidur selama 3 hari itu kini mulai sadarkan diri kembali. Stelle mencoba membiaskan cahaya yang menerobos masuk ke retina matanya dengan mengerjab berkali kali. Perlahan kesadarannya pun pulih seiring dengan matanya yang menatap bingung kesetiap penjuru ruangan.

Beberapa saat kemudian ia tersadar jika saat ini ia berada disalah satu kamar rumah sakit. Kemudian sekelabat ingatannya pun kembali, memutar beberapa memory terakhir sebelum ia tak sadarkan diri. Sontak saja tangannya mengarah ke perut ratanya, ingin memastikan apakah anaknya baik baik saja.

Namun perasaam berbeda yang ia rasakan mengusik hatinya. Air matanya menetes entah untuk apa ia pun tak tau. Ia yakin anaknya pasti akan baik baik saja, ia yakin karna hari itu Carlos menyelamatkannya, Carlos dokter hebat, Carlos pasti menyelamatkan anaknya.

"Stelle.... kau sudah sadar?" Teriak seorang wanita paruh baya yang masih tampak cantik, dari belakang pintu yang baru saja terbuka.

"Ma...." uvap Stelle yang masih tampak lemah kemudian menangis haru melihat mamanya ada disana. Entah mengapa ia sangat merindukan mamanya. Sejak pernikahannya dengan Carlos Stelle bahkan tak ingat lagi apakah ia pernah bertemu lagi dengan mamanya yang super sibuk mengikuti kemanapun papa nya bekerja.

Reana mendekat kemudian memeluk tubuh lemah putrinya. Reana sangat syok saat mendengar kabar Stelle saat itu, dan ia ketakutan luar biasa. Stelle adalah putri semata wayangnya. Ia tak ingin terjadi apa apa dengan Stelle.

"Apa kau baik baik saja sekarang sayang?" Tanya reana sembari melepas pelukannya kemudian mengecup puncak kepala Stelle dengan sayang.

"Hmm...Stelle baik baik saja ma"
"Mama panggilkan dokter yah" ucap Reana sembari meraih tombol diatas tempat tidur namun dengan cepat Stelle menahannya.

"Tidak usah ma. Stelle lagi gak mau di ganggu dulu" ucap Stelle melerai. Sebenarnya ia hanya takut saja jika dokter yang akan menanganinya nanti adalah Carlos. Ia belum siap bertemu pria itu. Disaat ia sadar saja Carlos tak ada disana untuk menemaninya membuat rasa nyeri di dada Stelle, merasa yakin jika Carlos tak terlalu perduli dengannya. Ia tak tau saja jika suaminya itu seperti orang gilak yang setiap saat menemaninya dan meninggalkan pekerjaannya. Baru tadi pagi Carlos akhirnya bisa dibujuk untuk pulang kerumah sebentar mengistirahatkan dirinya, itupun dengan alasan agar ia tak tampak menyedihkan saat Stelle bangun dan membuat gadis itu sedih.

"Ma, papah mana?" Tanya Stelle menyadari keberadaan papahnya tak disana.
"Papah tadi disini sayang. Tapi dia keluar lagi sebentar. Ada apa? Kau butuh sesuatu? Katakan saja"

"Ma, Stelle sudah berapa lama tak sadarkan diri?" Tanya Stelle penasaran
"3 hari sayang" mata Stelle membola, selama itukah?

"Terus.... bayi Stelle.... bayi Stelle baik baik aja kan mah?" Tanya Stelle lagi. Reana terdiam seketika. Ia tak tega mengatakan kebenarannya pada Stelle, tapi tak mungkin ia berbohong, ia sangat mengerti perasaan seorang ibu. Reana menunduk sedih. Stelle menatapnya takut, melihat ekspresi mama nya seakan ia bisa menebaknya, namun ia tak ingin menebaknya sebelum pasti.

"Maa..."
"Bayi kamu, bayi itu meninggl sayang" ucap Reana pada akhirnya. Meskipun tak tega tapi pada akhirnya ia tak bisa diam saja, Stelle pasti sudah menebaknya. Dan yah, Reana bisa melihat betapa terkejutnya Stelle.

Air mata telah lolos di wajah cantiknya, tangannya terulur menyentuh perutnya yang sudah kosong itu. Tak ada lagi janin disana. Tak ada lagi sekarang, dan itu semua karna kecerobohannya, Stelle merutuki dirinya sendiri di dalam hatinya. Ia menyalahkan dirinya sendiri. Tangisnya pun pecah dan sangat kuat memenuhi ruangan itu, untung saja ia di ruang VIP yang kedap suara, sehingga orang luar tak perlu mendengarkan betapa pilunya hatinya kini. Betapa tersiksanya ia kini.

Accident With Prospective Brother In Law (Proses Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang