18. Stelle

5.7K 396 80
                                    


Happy reading...

Seminggu sejak kejadian malam itu telah berlalu, tapi hingga kini tak ada yang berubah. Sikap dingin Carlos, kebaikan Adelle yang semakin menyakitinya lebih mendominasi hari harinya. Stelle sudah kembali bekerja di butik, tapi disana ia tak benar benar bekerja. Waktu yang ia gunakan kebanyakan untuk melamun dan memikirkan nasib rumah tangganya.

Bahkan sudah seminggu ia dan Carlos tak saling sapa, tampaknya pria itu masih kesal dengannya karna insiden membuang makanan yang dimasak Adelle itu.

Carlos dan Adelle pun semakin sibuk di rumah sakit. Hingga ia dan Carlos hanya bertemu di pagi harinya saat sarapan, itupun hanya dengan kehening andaikan saja Adelle tak disana dan memecah suasana, mereka tak bicara sama sekali. Hanya Adelle yang suka bercerita di sela sela makan mereka, dan Carlos akan menanggapi setiap ucapan Adelle dengan senyuman hangatnya. Berbeda dengan caranya menatap Stelle satu minggu ini yang begitu dingin.

Sedangkan malam harinya Carlos dan Adelle akan kembali setelah Stelle tidur. Ia tak benar benar tidur, tapi ia berpura-pura. Karna jika ia bangun, ia tak tau harus mengatakan apa pada pria itu.

Stelle selalu mencoba menguatkan hatinya setiap saat. Stelle selalu ingin lebih kuat. Ia tau ini cobaan untuk rumah tangganya. Tapi pernah terfikir di otaknya untuk menyudahi semuanya, tapi bayangan akan anaknya lahir tanpa sosok ayah membuatnya mengurungkan niatnya itu.

Meskipun Stelle dilimpahi kasih sayang kedua orang tuanya, tetap saja Stelle selalu kesepian karna tak memiliki saudara dan dia pun tak memiliki sahabat. Jadi ia tak bisa bayangian bagaimana kesepiannya hidup anaknya nanti. Ia tak suka itu, ia hanya ingin anaknya hidup bahagia, anaknya berhak bahagia. Ia harus lebih kuat karna ia lah istri sah Carlos saat ini, bukan Adelle. Ia selalu mencoba menguatkan hatinya jika ia yang lebih berhak atas Carlos.

Dan kini, fokus fikirannya tetaplah kesana. Ia sedang memikirkan apa aktifitas Carlos saat ini, saat di jam makan siang ia tau pasti ke dua manusia itu akan makan bersama, dan ia akan meratapi dirinya yang selalu makan dalam kesendirian, dalam kesesakan hatinya.

Sangat tidak adil baginya karna hanya ia yang merasakan diliputi kesesakan setiap saat, karna hanya ia yang selalu memikirkan setiap saat, karna hanya ia yang merasakan betapa lelahnya mencari solusi sendiri.

Sementara ia tau Carkos saat ini sedang tersenyum dan tertawa menanggapi setiap lelucon yang keluar dari mulut cantik Adelle. Sangat tidak adil baginya, tapi ia terlalu bodoh karna ia masih bertahan. Atas nama kebahagiaan anaknya, dan juga hatinya.

Bahkan akhir akhir ini sering kali setiap pagi Stelle merasakan rasa sakit dan kram di perutnya saat pagi hari. Tapi ia selalu menutupinya dengan senyuman yang dipaksakan. Hanya ia yang tau betapa sakit dan tersiksanya melewati moment moment sakit itu seorang diri. Suami yang seharusnya menemaninya disaat saat seperti itu pun tak bisa ia harapkan. Tapi ia tak bisa menyalahkan Carlos atas semua itu, karna pria itu tak tau tentang kehamilannya. Tapi ia juga tak bisa mengatakannya, karna keadaan saat ini. Jadi, mungkin waktu dan keadaan tak berpihak padanya, pada janinnya, atau memang ini hukuman untuknya yang telah melukai hati Carly, entahlahh.... kadang Stelle sering frustasi sendiri memikirkannya.

Kini Stelle sedang duduk melamun di meja kerjanya di butik, kembali teringat kejadian semalam, begitu sakit membekas dihatinya dan selalu terngiang di fikirannya.

Flashback...

Stelle begitu merindukan Carlos, entah mengapa tapi ia ingin sekali memeluk pria itu, menghirup aromanya dalam dalam. Sepertinya ngidamnya semuanya hanya tentang Carlos dan itu membuatnya sedih. Lebih baik ia rasa ia ngidam makanan yang aneh aneh dibandingkan harus seperti ini. Rasanya ini lebih mustahil ia lakukan.

Accident With Prospective Brother In Law (Proses Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang