Sebelumnya maaf karna author ngilang beberapa lama dari cerita nih. Author sedang sibuk banget soalnya. Jd harap maklum yah.
Pertanyaannya, masih adakah yg nunggu? Author gak yakin nihh ada yang nunggu cerita membosankan author.
Dan thank yah buat yang udah voment di chap" sebelumnya, kalian reader kesayangan aku.
Dan maaf bagi yang menurut kalian cerita ku nih agak gak masuk akal, tapi memang inilah kemampuan author baru ini, dan lagii.....
Bukankah semua mungkin dalam novel?
Dan harap maklumi typo yah, karna author tuh gak pernah ngeditt atau baca ulang setelah nulis. Author pemalas soalnya.
Happy reading....
Kini sudah 2 minggu sejak kejadian itu, kejadian dimana mereka memutuskan untuk mengakhiri semuanya.
Proses perceraian mereka pun saat ini sedang berjalan, tak banyak yang berubah. Semua masih sama, seperti terakhir kali mereka bertemu.
Malah semakin rumit dan hancur dihati keduanya, namun ego masih menguasai hati Stelle. Bukankah itu ego? Ia tau jika ia juga mencintai pria itu. Ia tau ia juga ingin bersama Carlos, ia tau hatinya hancur saat ini apalagi jika nanti ia dan Carlos berpisah. Ia tau begitu, tapi tetap saja fikirannya lebih mendominasi daripada hatinya.
Jika di hatinya ingin kembali bersama namun fikirannya sangat menolak, apa yang harus ia lakukan?
"Sayang.... kau baik baik saja?" Tanya Reana. Saat ini mereka sedang sarapan bersama.
"Ya ma..." jawab Stelle singkat sembari tersenyum, meskipun senyuman itu senyum dipaksakan. Ia hanya ingin menutupi kesedihannya dari kedua orang tuanya. Tapi apa boleh buat, bagaimanapun kedua orang tuanya tak bodoh untuk tak menyadari jika saat ini benar benar kacau.
"Makanlah Stelle. Jangan buat ayah khawatir, kau harus bangkit dari semua kesedihanmu" ucap Jackob membuat Stelle menunduk. Memang sedari tadia ia tak mqkan, tangannya hanya memutar-mutar di piring sarapannya.
"Sayang, kalau kau mencintainya kau harus bisa memaafkannya. Kau harus mendengarkan alasannya terlebih dahulu. Mama juga kesal sama Carlos, tapi mama yakin dia punya alasannya sendiri" ucap Reana lembut sembari mengusap kepala Stelle.
"Stelle gak bisa ma, Stelle gak bisa maafin Carlos semudah itu. Stelle belum siap" jawab Stelle yang masih dihantui ego difikirannya.
"Stelle, mama takut kau akan menyesal dan bersedih nanti" ucap Reana sendu. Memikirkan Stelle terpuruk dalam penyedalan membuat hatinya berdenyut sakit.
"Stelle sepertinya tidak akan menyesal" lirih Stelle yang tampak ragu. Siapapun bisa tau jika ia ragu dengan kata katanya sendiri.
Sementara kedua orang tua itupun hanya bisa terdiam. Mereka tqk ingin semakin menekan Stelle karna itu tak baik baginya.
"Stelle berangkat..." ucap Stelle sembari bangkit dari tempat duduk nya kemudian pergi begitu saja. Pembahasan pagi itu kembali membuat mood nya tidak baik.
Dilain tempat diwaktu yang bersamaan. Carlos tampak kacau saat ini. Bukan sata ini saja, sebenarnya sudah sejak kejadian itu ia benar benar kacau dan kehilangan semangat hidup.
Carlos seorang dokter kompeten dan sangat profesional di pekerjaannya. Namun saat ini ia menemukan sesuatu yang membuat jiwa semangat bekerjanya hilang. Bahkan semangat hidupnya.
Sudah 2 minggu ini pulak ia di apartement nya mengurung diri dalam kekacauan. Ia tak menginjakkan kaki di rumah sakit sama sekali. Ia terlalu larut dalam dilema yang panjang, seakan dunianya telah hancur semuanya karna keputusan Stelle yang terpaksa harus ia terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accident With Prospective Brother In Law (Proses Terbit)
General FictionDi private secara acak. Follow sebelum baca... Bagaimana jika kau terjebak bersama calon kakak iparmu di malam sebelum pernikahanmu akan dilaksanakan? Lalu bagaimana rasanya ketika yang akhirnya menikah dengan mu itu bukan kekasihmu melainkan kakak...