25.

6.6K 454 41
                                    

Sebenarnya mau up kemarin, tapi ketiduran. Akhirnya jd sekarang dehh, hehheheh😄

Happy reading.....

"Bagaimana?" Tanya seorang pria yang kini sedang duduk santai di balkon kamarnya menikmati sunset kepada orang di seberang telfon.

"Lancar bos, itu semua terjadi seperti kecelakaan. Tak akan ada yang curiga" jawab diseberang.

"Kerja bagus, pastikan dia mati" tambahnya sembari menyeringai persis seperti psikopat yang mendapat mangsa. Panggilan pun terputus.

Pria itu tampak merentangkan tangannya untuk merileks kan otot otot tubuhnya yang kaku. Ia tampak puas dan sangat bahagia, mengetahui nyawa seseorang yang ingin ia habisi dari dulu kini ada di ujung tangan seorang dokter.

"Hahahhahahhaa....." ia tertawa menyeramkan,
"Jika aku tak bisa menyandingi pekerjaanmu maka aku akan menyentuh nyawa mu. Semua adil dalam persaingan" ucap nya berbicara pada diri nya sendiri sambil kembali menyeringai tajam.

Tokk...tok...tokkk

Suara ketukan pintu kamarnya mengalihkan perhatiannya. Kemudian ia kembali menormalkan mimik wajah nya sebagaimana biasanya lalu beranjak membuka pintu kamar.

"Ada apa ma?" Tampak wajah panik sang ibu disana.

"Kakak mu kecelakaan, kita harus ke rumah sakit sekarang Carl. Ayahmu sudah disana, ia berangkat dari kantor, cepatlah kita tak punya waktu lagi" ucap sang ibu yang ternyata Shanty itu panik.

"Kecelakaan?? Ia ma,, kita harus cepat.... ayo" ucap Carly terkejut juga panik. Kemudian mereka pun bergegas ke rumah sakit.

***

"Hiks...hiks...hiks... ini semua salah ku" tangis Stelle sesenggukan tak berhenti menyalahkan diri sendiri sedari tadi. Kini mereka sedang ada di depan ruangan dimana Carlos sedang di operasi.

"Tshhhhh..... itu bukan salahmu sayang, kau tidak tau jika ini akan terjadi" hibur Reana yang juga ada disana bersama sang suami yang langsung terjun setelah mendengar telfon dari Stelle. Begitupun dengan Jordan yang buru buru dari kantornya.

"Tidakkk.... kalau Stelle tidak kabur dia tidak akan mengejar Stelle, dan juga tidak akan kecelakaan. Ini semua salah Stelle.... Stelle yang salah" teriak Stelle semakin menangis meraung-raung.

"Stelle... meskipun saat itu kau tidak kabur, hal seperti ini pasti akan terjadi. Atau bahkan lebih parah" ucap Jordan membuat mereka bingung tapi tidak terlalu difikirkan. Stelle tetap menangis tak bisa terima, ia sangat ketakutan setengah mati, serasa jantung nya akan berhenti berdetak.

Tak lama kemudian Carly dan Shanty datang dengan wajah panik itu.
"Apa yang terjadi? Mengapa bisa begini? Bagaimana keadaan Carlos?" Tanya Shanty bertubi tubi panik. Air mata tak usai usai dari wajahnya. Kemudian Stelle melemparkan diri kepelukan Shanty.

"Ini salah Stelle ma... Carlos kecelakaan buat ngejar Stelle.... kalau saja aku tidak kabur mungkin ini tidak akan terjadi" sesal Stelle sesenggukan.

Shanty sebenarnya kesal mendengarkan penjelasan Stelle. Tapi ia juga tak bisa menyalahkan Stelle atas semua ini. Ia paham apa yang dirasakan Stelle, karna itulah tanpa sadar sikap ego nya keluar.

Mereka semua pun terdiam, tak ada yang bisa dilakukan selain menunggu dan menangis. Tak ada yang menyadari tatapan tajam seseorang pada seseorang kini.

Sudah 3 jam berlalu, namun operasi belum menunjukkan tanda tanda akan selesai. Beberapa saat kemudian sang dokter keluar dengan wajah panik.
"Pasien krisis, jantungnya hampir berhenti berdetak. Banyak kemungkinan ia tak bisa diselamatkan lagi" sesal sang dokter membuat mereka semua terkejut termelebih Stelle yang kini semakin berteriak kencang.

Accident With Prospective Brother In Law (Proses Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang