23.

6.8K 407 41
                                    

Happy reading...




Malam hari ada waktu yang tepat untuk berdiam diri di rumah dan beristirahat, tapi berbeda dengan Stelle yang kini memilih taman sabagai tempat menenangkan fikirannya yang kacau.

Stelle memukul dadanya seakan ingin mengungkapkan nyeri yang berdiam dihatinya. Ternyata begitu menyiksa saat ia berpura-pura baik baik saja menolaknya. Begitu tersiksanya saat ia menahan diri mati-matian untuk tidak memeluk pria itu dan menangis di dada bidang nya. Air mata itu luruh kembali, sedikit ada kelegaan dihatinya namun juga tak bisa dipungkiri rasa penyesalan ikut serta hinggap membantu memenuhi hatinya.

Tangis yang sedari tadi ia tahan itupun kini ikut menambah suasana haru di kelamnya malam itu. Terisak menumpahkan semua rasa sakit yang tak kunjung hilang. Tapi ia harus kuat, ia tak boleh lemah lagi dengan hatinya, ia sudah kehilangan sesuatu yang berharga baginya karna kelemahannya. Tak bisa ia biarkan ia akan semakin terjerumus dalam, hanya kata kata penenang untuk menguatkan diri yang terus ia lapalkan dalam hatinya.

"Stelle.... apa yang kau lakukan disini?" Suara itu, suara yang familir. Stelle mendongak dan menatap iris sang empunya suara.

"Mengapa kau ada disini Carl?" Stelle bukannya menjawab justru menanyakan hal yang sama kembali membuat Carly terkekeh geli. Ia bisa melihat betapa tampak kacaunya Stelle.

Menyadari tatapan Carly, segera saja gadis itu mengusap sisa air mata di wajahnya dengan kasar.

"Aku hanya lewat dan melihatmu disini. Dan mengapa kau menangis disini malam-malam?"
"Ah tidak... aku tidak menangis" kilah Stelle cepat membuat Carly tersenyum maklum.

"Ternyata kau belum mempercayaiku, aku maklum" ucap Carly sendu membuat Stelle menatapnya sedih

"Bukan begitu ak....."
"Kau tau kau ada masalah dengan Carlos. Aku dirumah sakit saat itu untuk mengunjungimu, namun akhirnya aku terlibat perkelahian dengannya hingga akhirnya akupun bernasib sama denganmu dan harus dirawat" jelas Carly memotong ucapan Stelle.

"Apakah kau sudah baik baik saja Stelle?" Tanya pria itu kembali dan dijawab anggukan oleh Stelle.
"Apa kau akan meninggalkan Carlos?" Stelle terdiam, tidak tau harus menjawab apa sementara ia sudah tau jawabannya.

"Hmm... diantara kami tidak ada kecocokan sama sekali, mungkin ini yang terbaik" ucap Stelle sendu.

"Kau harus kuat Stelle, aku mendukungmu" ucap Carly menguatkan membuat Stelle mengangguk sembari tersenyum hangat.

"Ku harap setelah hubungamu dan Carlos terputus, hubungan pertemanan kita tidak akan putus" Carly memang berencana mendekati Stelle secara perlahan kembali. Ia akan membuat Stelle jatuh cinta lagi padanya.

"Hmm... sepertinya bukan ide yang buruk" jawan Stelle membuat Carly tertawa ringan.

"Kau mau ku antar? Ini sudah malam. Tidak baik kalau kau pulang sendiri" ucap Carly dan dijawab anggukan dari Stelle, kemudian keduanya pun pulang bersama, layaknya teman akrab.

***

Siang itu Stelle tampak sangat sibuk kembali dibutiknya. Ia tak ingin bayangan-bayangan Carlos selalu menghantuinya sehingga ia memilih untuk bekerja lebih banyak lagi agar tak memiliki waktu kosong sedetikpun untuk memikirkan pria itu. Ia haris hidup lebih baik lagi, hidup yang baru tanpa bayangan pria itu. Melupakan segalanya adalah cara terbaik.

Accident With Prospective Brother In Law (Proses Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang