Gema terkejut ketika melihat Binar memberikan selembar uang seratus ribu pada seorang Bapak tua yang langsung menyambutnya dengan bahagia. Awalnya Bapak itu kaget dan menolak, namun Binar memaksa dan Bapak itu pasrah. Bisa Gema lihat senyum di wajah Binar mengembang, gadis itu juga menunduk dan memeluk anak gadis sang Bapak. Lalu, ia berbalik dan melangkah ke arah Gema yang masih berdiri mematung.
Binar terkejut mendapati Gema. "Eh, Kak Gema ngapain di sini?"
"Eh... Enggak, gue kira lo mau... Itu..." Gema gelagapan.
"Ya, Kak Gema suuzan, nih!" seru Binar keras membuat pipi Gema memerah. Astaga, Gema harus lihat wajahnya saat itu sudah seperti kepiting rebus. Ditangkap basah sedang mengkhawatirkan Binar seperti ini benar-benar membuat Gema malu.
Menepis rasa malunya, Gema langsung kembali ke mobil tanpa banyak bicara. Ia dan Binar segera pulang, rumah sunyi ketika mereka tiba. Binar segera turun dan membawa serta tas-nya memasuki rumah sementara Gema memarkirkan mobilnya di garasi.
"Aru!" panggil Binar ketika gadis itu berpijak di ruang tamu.
Tidak lama kemudian terdengar deritan pintu yang dibuka di lantai atas. Arunika segera turun dan menghampiri Binar.
"Weh, lama banget sih!" protes Arunika karena merasa Gema lama sekali membawa Binar ke rumah mereka. Tidak lama kemudian Gema menyusul masuk, melewati dua gadis itu.
"Iya, makan dulu tadi sama Kak Gema."
"Aih, pada makan sendiri gue gak diajak!"
"Ya, lo kan katanya udah pesan gofood, Ru," balas Gema yang hendak masuk ke kamarnya. Kamar Gema memang berada di lantai bawah, sementara Arunika dan Binar juga hendak naik ke lantai atas.
"Binar jangan lupa besok, ya?"
"Iya, Kak."
Lalu mereka pun hilang dibalik pintu kamar masing-masing.
"Lo mau ngapain sama Kak Gema deh, Nar?"
"Ke kampus,"
"Lah, lo lupa kalo ada gue?"
"Ya, Aru. Gimana sih lo? Kan besok lo ada obervasi di Bandung, 'kan?"
Arunika nyengir lebar. "Oiya, lupa! Ya udah besok lo bareng bang Gema aja deh."
Setelah meletakan tas di atas meja, ponsel Binar berdering. Binar dengan malas menarik keluar ponselnya dari balik saku celana jins-nya. Ia memutar mata ketika melihat siapa yang meneleponnya. Dengan enggan ia pun mengangkat teleponnya.
"Iya, halo, Pa?" sapa Binar berusaha setenang mungkin.
"Binar... Kamu di mana?" Ada nada panik jelas terdengar dari suara Galih yang Binar tanggap. Binar meluruskan pandangannya pada Arunika, membuat Arunika juga menatapnya dengan penuh tanya, menunggu.
"Binar di.. emh, rumah Aru, Pa." Ia menggigit bibirnya, menyesal. Harusnya ia tidak mengatakan yang sebenarnya, ia malas sekali kalau-kalau Galih akan datang dan menjemputnya.
"Nar, mamamu..." Suara penuh putus asa itu membuat Binar sedikit was-was, suara yang sarat akan penyesalan. Binar masih menunggu sampai sebuah lanjutan dari Galih berhasil membuat Binar kehilangan tumpuannya selama ini dan luruh ke lantai.
✨✨✨
Arunika dengan panik memanggil Gema. Meminta Gema untuk mengantar dirinya dan Binar pergi ke rumah sakit. Gema yang baru saja ingin tidur langsung lompat dari tempat tidur mendengar kata rumah sakit disebut oleh Arunika.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Nights [COMPLETE]
General FictionSebab malam yang kelam takkan punya langkah tanpa sinar. -Binar Renjana copyright@2019 by tulisanmembiru ⚠️18+