lima

25 2 0
                                        

Sebenarnya waktu-waktu Keanu bisa saja berjalan baik dan mulus. Ya, tidak jauh beda lah dengan waktu-waktu hidup terakhirnya yang selama ini ia jalani. Nongkrong, merokok, ikut UKM, kuliah, ngerjain tugas, dan aktif di organisasi mahasiswa. Sayangnya hal-hal itu kini terasa seperti bagian asing dalam hidupnya. Jam-jam di kampus terasa begitu menyiksa ketika ia sadari, ada kehidupan lain yang bersemayam di apartementnya. Sosok itu, yang bisa saja tidak berarti dalam hidupnya, tapi entah kenapa pikiran Keanu betah berputar-putar di kilasan pertemuan mereka tadi malam.

Ariq, teman Keanu sejak ia masuk ke universitas ini, sekaligus temannya di kelas dan teman nongkrongnya, memanggil Keanu yang terlihat tidak fokus saat mengikuti mata kuliah Elektronika Analog tidak biasanya Keanu seperti itu. Biasanya, Keanu lah yang paling banyak mengajukan pertanyaan dan menanggapi argumen dosen.

Melihat reaksi Keanu yang tidak bergerak dan tampak laki-laki itu tak mendengar panggilan Ariq, Ariq pun melempar Keanu dengan pena. Pena itu mengenai bahu Keanu, lalu ia terkejut dan menoleh ke arah datangnya pena itu.

"Apa sih lo?" Keanu bingung.

Ariq sedikit terkekeh sebab rupanya ia berhasil membuat temannya itu kesal. Walau ia paham, Keanu adalah satu dari jutaan manusia di bumi yang tidak bisa marah. Entah apa yang membuat Keanu seperti itu, Keanu juga tak pernah menceritakannya pada Ariq, tapi Ariq mulai tahu soal sifat Keanu yang satu itu sejak mereka mulai menjalin pertemanan lebih dari satu semester. Seringkali banyak hal di Organisasi yang seharusnya menyulut amarah, juga rasa dongkol, tetapi sejauh ini Keanu berhasil menangani semua itu dengan baik. Ia tak pernah marah ketika banyak orang yang memperlakukannya kurang baik di Organisasi, laki-laki itu selalu menghadapinya dengan kepala dingin. Ariq bahkan pernah merusakkan laptop Keanu dengan tidak sengaja menyiram kopi panas, bayangkan saja laptop yang isinya penuh dengan file tugas-tugas penting itu harus rusak dan Keanu hanya tertawa menanggapinya. Menganggap Ariq ceroboh dan tidak sengaja, alhasil Keanu tak terima permintaan ganti rugi yang Ariq tawarkan dan memilih untuk memperbaiki laptopnya menggunakan uang tabungannya sendiri.

Keanu menggeleng. "Jangan melamun lo! Kesambet ntar mampus."

Dan lihat, rasa kesal yang tadi itu entah kini berlari ke mana sebab Keanu malah terkekeh menanggapi teguran Ariq. Keanu kembali memandang ke arah dosen, tetapi ia juga paham, raganya berada di ruangan itu tetapi pikirannya sedang berada di tempat lain. Setelah kelas usai, Keanu beranjak lebih dulu meninggalkan kelas, membuat Ariq memakinya tak lekang oleh waktu. Keanu tahu Ariq akan kesal sebab sebenarnya habis ini mereka ada rapat menyangkut kegiatan mahasiswa, tetapi Keanu malah pergi begitu saja tanpa melakukan penjelasan. Biarlah, Keanu sudah kebal akan itu semua.

Setiba di parkiran kampus, Keanu bergegas menyalakan mesin motornya dan melaju meninggalkan kampus. Ia ingin segera pulang, ia ingin lihat keadaan Binar yang ditinggalnya sejak pagi. Ada perasaan cemas yang sejak tadi meremas rongga dadanya tanpa henti. Ia ingat kejadian tadi malam, ketika hampir menabrak Binar yang membiarkan dirinya sendiri melangkah tanpa fokus, seperti sengaja ingin membuat dirinya tertabrak kendaraan di jalanan. Ya tentu saja, orang waras tak akan pernah melakukan hal yang membahayakan dirinya sendiri. Keanu paham ada sesuatu yang tidak beres dengan Binar, dan begitu kuat rasa ingin tahunya akan hal itu.

Ia parkir motornya di tempat parkir apartment. Apartment Keanu memang bukan apartment yang mewah seperti kebanyakan apartment yang ada di kota ini. Melainkan apartment Keanu berada di level menengah dengan tatanan minimalis yang memang lebih membuat dirinya nyaman. Keanu masuk ke dalam ruang apartment nya, sangat terkejut ketika pergi ke dapur dan mendapati nasi goreng yang tadi pagi ia siapkan untuk Binar masih bertengger manis di atas meja makan tanpa disentuh sedikit pun. Benar, ada yang tidak beres dengan gadis itu.

Dengan buru-buru Keanu mengetuk pintu kamar Binar. Keras. Dan, tidak sabar. Rasanya semakin menakutkan. Ia semakin kalut, entah alasannya apa tetapi ia ingin mengetahui Binar dalam keadaan baik-baik saja di dalam sana. Sial, ia masih mendengar suara air dari shower di kamar mandi yang ada di dalam kamar Binar. Ia semakin tak bisa berpikir jernih, dengan pasrah atas segala konsekuensi yang akan ia terima pada akhirnya, Keanu mantapkan tekadnya dan mendobrak pintu kamar itu dengan sekuat tenaga. Persetan dengan tata krama pada seorang tamu perempuan, Keanu tidak lagi peduli. Rasa cemasnya mengalahkan itu semua. Pintu kamar terbuka, dan ia dapati gelap menyelimuti ruang kamar itu. Rupanya Binar tidak menyalakan lampu, juga tidak membuka gorden jendela. Keanu sekarang pergi ke kamar mandi, menggenggam erat ganggang pintu dan membuka pintu itu dengan gerakan cepat.

The Nights [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang