15. Kejujuran

137 3 2
                                    

Cika berusaha menerima kenyataan. Agung berpihak pada teresa. Ia mulai memikirkan cara lain agar agung move on pada teresa. Ide gila muncul di otaknya.

Keesokan harinya di sekolah, cika bersikap tak biasa pada teresa.

" Hai .." Ucap cika .

" Ngapain hai hai segala. Lo kan temen gue ."

" kali kali dong haha. Kemarin lo kenapa tolak ajakan gue ? Emang lo kemarin kemana ?"

" Gue pergi ke tempat rahasia!"

Dari kejauhan terlihat agung yang baru saja sampai di parkiran sekolah. Cika merapihkan penampilannya kembali. Teresa bergidik ngeri. Kemudian agung datang menghampiri mereka berdua.

" Hai ..  Kenapa gak masuk ?" Tanya agung. Ia dapat melihat jelas raut wajah teresa begitu masam..

" Hai juga .. Ehmm cari angin aja. " ucap cika.

" oh. Gue duluan."

Tiba tiba cika menahan lengan agung.

" Gue ikut "

Agung mengangkat dagunya memberi isyarat kepada cika , teresa akan ikut bersamanya atau tidak.

Teresa langsung mengambil langkah seribu menuju kelas. Pemandangan aneh membuat penglihatan teresa terganggu.

" Udah tuh. Echa udah duluan . Jadi sekarang kita ke kelas. " ajak cika. Ia menarik lengan agung, tetapi agung menepisnya .

" Ish geli gue di pegang pegang sama lo !!"

Agung langsung meninggalkan cika sendirian.

" Agung.. Tungguin gue dong. Masa gue ditinggal sendiri kayak gini !!!"

Cika mendengus sebal, baru kali ini ia di acuhkan seorang cowok . Tiba tiba seseorang menepuk pundak cika.

" Bareng gue aja yu. " ucap salah seorang cewek di belakangnnya. Dia adalah maurin.

" ok .. " ucap cika pasrah.

Saat di dalam, teresa membaca sebuah buku novel horor. Teresa tetap fokus tanpa memperdulikan sekitar.

" Serius banget bacanya. " ucap agung yang baru saja datang ke kelas.

Teresa tak menjawabnya sama sekali. Agung masih terus berusaha membuat teresa membuka suara.

" Teresa ... Hello ." Tanya agung sekali lagi sambil melambai - lambaikan tangannya di depan wajah teresa.

" Ishhh apaan sih !! Ganggu aja. Lo gak liat gue lagi baca ? " ketus teresa.

" Lo kenapa sih ? Lo marah sama gue ? Emang salah gue apa ?" Nada agung terdengar lembut.

" Lo pikir aja sendiri !!! Punya otak kan ?"

Echa membanting bukunya ke meja lalu pergi keluar kelas. Cika datang menghampiri agung.

" Teresa kenapa ? "

" tanya aja sendiri. " agung keluar meninggalkan cika.

" Ishhh kalian pada nyebelin semua . Ok liat aja ."

Sepulang sekolah teresa langsung bergegas meninggalkan kelas. Agung berlari mengejar teresa. Ia berhasil membuat teresa berhenti.

" echa, lo kenapa sih ? "

" Lo yang kenapa , kemarin kemarin lo cuekin gue, sekarang lo ngejar gue , tanya - tanya gue!!!"

" Lo marah sama gue ? "

"Gue dah bilang pikir aja sendiri!!"

Echa meninggalkan agung di lorong sekolah. Amarahnya yang memuncak membuat echa ingin teriak sekeras mungkin. Agung berhasil mencegah tangan echa.

" Echa, dengerin gue. Lo kenapa kayak gini ? Gue bisa jelasin semuanya. Maaf kalo gue udah cuek sama lo. Itu semua terpaksa. "

" Lepasin gak ? " tajam echa.

" Dengerin gue, gue terpaksa lakuin ini semua. "

Echa berhasil melepaskan tangannya. Kemudian ia berjalan menjauhi agung. Kini agung tak mengejarnya sama sekali.

" Gue gak suka liat lo sama deni. Jujur, gue marah saat lo datang sama deni pas di acara ulang tahun malam itu."

Echa perlahan menghentikan langkahnya.

" Lo berhak marah sama gue. Dan asal lo inget , gue gak pernah ada niatan buat cuekin lo, atau menjauh. "

Terjadi keheningan beberapa saat. Echa pun memberanikan diri untuk membuka suara.

" Asal lo tau juga, perasaan gue saat ini gak bisa diungkapin pake kata kata. Kadang ngerasa khawatir, kadang benci, kadang ...."

Saat echa membalikkan badannya, ternyata agung telah menghilang. Echa berdecak kesal.

" Ihh .. Kalo mau pergi bilang bilang ke , jadi gue gak ngomong sendiri kayal gini."


Mungkin segini dulu yah hehe.. Maaf udah buat nunggu . 😞

Teman Jadi Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang