merasa{3}

15 4 0
                                    

Gadis berparas cantik dengan rambut yg di ombre abu² tengah duduk dengan menonton video dari aplikasi YouTube. Rasanya kali ini ada yg beda dari dia. Dia yg biasanya ceria kini jadi diam dan enggan utk berulah.

Entah apa yg ia rasakan. Bertemu dengan prianya, semakin membuat rasa bersalah dalam hatinya menjadi². Sungguh masalalu yg menyebalkan. Masalalu dimana mereka harus terpisah dan harus tak meninggalkan pesan. Sungguh, dia menyesali keputusannya yg dulu

Brukkk...

Suara pintu terbuka dengan sangat kencang. Membuat gadis itu terpekik kaget. Dia Rara. Terkejut karna kehadiran 'etoknya'. Kalau boleh jujur, dia rindu dengan laki-laki itu.

"Bangsat! Gue benci sama diri gue sendiri! Gue benci karna gue ga bisa nemuin dia sampe sekarang!! Anjing! Gue bodoh!" teriakan laki-laki itu menggema dipenjuru ruang seni itu.

Rara yg mendengar suara laki-laki itu hanya bisa bersembunyi dan menunggu kelanjutan dari kemarahan laki-laki itu. Ntah apa yg sedang laki-laki itu hadapi sekarang. Rarapun hanya bisa bertanya pada dirinya sendiri

"Knp dulu gue ga peka sama sekali bahwa kata² dia itu menujukan kalo dia mau pergi selama ini" suara laki-laki itu kini berubah menjadi bergetar. Sungguh Rara dibuat semakin penasaran dengan semua ini

"Za, gue kangen sama lo. Tolong balik lagi kesini. Gue ga sanggup nanggung ini semua sendiri. Please Za. Kali ini aja. Tolong kabulin permintaan gue. Gue kangen" lirihnya yg masi bisa Rara dengar dari balik papan

"Za? Gue? Segitu berharganya gue sampe dia ga kuat nahan rindunya ke gue?" Rara tertegun karena nama panggilan yg dulu sering laki-laki itu gunakan utk memanggilnya tersebut kan.

"Zahra, gue mohon. Temui gue sekarang. Gue ga kuat" tangisan laki-laki itu pecah. Memang kurang ajar pria tadi yg mengingatkannya kepada gadisnya

"Etok, gue disini. Tapi maaf, gue bukan sepenuhnya gue. Maafin Za, etok" Lirih Rara

"Za, kalo pun lo gada disini. Gue ttp bakal ungkapin rasa rindu ini ke lo" ucapnya terjeda dan menarik napas panjang dan membuangnya secara perlahan

"Dulu, kita gabisa dijauhin. Dulu, kita sering berantem bahkan masalah kecil sekalipun. Gue tau, dulu gue emng jahil. Tapi, dibalik sikap jahil gue, gue menyimpan rasa sayang yg banyakkkkk banget buat lo. Hehe. Gue inget pas dulu lo nangis gara-gara lo kehilangan boneka kodok kesayangan lo. Ahaha, gue malah ketawa. Kan emng gue yg nyembunyiin boneka itu. Apalagi pas lo udah tau kalo gue yg ambil boneka itu, lo ngomel-ngomel ga jelas sampe² kuping gue pengang dengernya. Gue suka liat muka lo pas merah kalo lagi marah." ceritanya panjang lebar dan entah kepada siapa dia ceritakan itu

"Tapi, sekarang gue harus ngerelain hidup tanpa lo. Gue kira lo dulu cuma sekedar pindah rumah. Tapi setelah kita cari kalian. Ternyata kalian uda gaada di sekitar kita. Gue nyesel Za, dulu gue sempet ngabaiin pesan² terakhir lo buat gue." suaranya serak, laki-laki itu kembali menangisinya. Aduh, sungguh Rara tak mampu menahan air matanya agar tak turun

Begitu besar rasa sayangnya kepadanya. Sungguh Rara semakin merasa bersalah telah memilih keputusan itu.

"Kalo pun lo balik lagi kesisi gue. Gue ga bakal benci sama lo kok. Karna gue sadar kalo mungkin emng lo butuh waktu sendiri. Dan atau mungkin lo mau pergi dari kehidupan gue secara perlahan. Kalo emng gitu gue ikhlas kok Za."

Cukup Rara sudah tak sanggup mendengar tangisan laki-laki ini. Sumpah. Pertahanan Rara hampir rubuh. Dia ingin sekali menubruk tubuh laki-laki dihadapannya ini dan meminta maaf sudah membuat laki-laki dihadapannya ini menahan sakitnya memendam rindu tanpa bisa mengungkapkan.

Kalau boleh jujur, sebenarnya Rara juga merasakan apa yg laki-laki didepannya ini rasakan. Tapi Rara bisa menahan karna setiap waktu dia masih bisa memantau bagaimana kehidupan laki-laki ini dari jauh. Sedangkan laki-laki ini? Melihat wujud Rara dari jauh saja tak bisa.

Suara isakan wanita terdengar di telinga laki-laki tampan ini.

"Siapa disana? Lo nangis?" tanyanya entah ditunjukan utk sapa

"Keluar ga lo. Gue yakin lo juga denger semua cerita gue kan" tak lama Rara muncul dari balik papan putih yg digunakan untuk menulis not musik

"Lo denger kan? Kalo lo dngr gue harap lo ga nyebarin rahasia terbesar gue. Gue ga pernah nangis didepan orng banyak" ucap laki-laki itu rada canggung karena uda ketauan nangis. Sama cewe lagi. Cewenya nerd lagi.

"I-iya" buset, jadi canggung juga kan

"Lo nangis? Pasti karena cerita gue?"

"Iya, gue nangis karena denger cerita lo. Menyedihkan banget" ceplos Rara yg mampu mendapat tatapan tajam dari laki-laki itu

"Maksud lo menyedihkan apa hah!?" sewot kan dianya

"Emm-- ma--maksudnya bukan gitu. Maksudnya itu sedih banget pasti jadi lo. He'e gitu" ucap Rara kaku..

"Ohh okee. Ohh ya, lo anak barukan?" Rara mengangguk "kelas berapa?" Tanya laki-laki itu lagi

"Kelas 10 MIPA 1. Lo?" tanya Rara kpd laki-laki itu

"10 IPS 3. Oh ya nama gue Daffa Putra Alzheto. Kalo lo?" knp Zheto jadi humble gini?

"Gue Tiara Marchella Z. Panggil aja Rara. Emm pasti lo dipanggil 'Zheto' kan?" Sengaja Rara mengubah nama depannya menjadi 'Tiara' agar Zheto tak mengenalinya

"Iyaa, tau ae lo!"

"Lo ngapain disini? Cuma buat marah² kaya tadi? Atau cuma buat cerita yg gajelas buat siapa?" tanya Rara

"Ehe, gue uda sering marah² disini. Ya, yg pasti selama gue sekolah disini. Kalo pas masi Smp mah ya marah² disana" ujar Zheto dengan kata-kata recehnya

Rara terkekeh sekilas dan langsung diam karena matanya tak sengaja tertangkap oleh mata hazel berwarna cokelat milik Zheto

Ada rasa sakit jantungnya, karena jantungnya berdetak tak karuan. Tatapan Zheto yg dalam sanggup membuat hati Rara sesak. Dia rindu masa² dimana Zheto memaksanya utk menatap matanya.

"Gue tau, ini lo. Tapi gue juga gabisa paksa lo buat ngaku bahwa ini diri lo Za"

Jleb!

Sesak. Ucapan Zheto mampu membuat jantungnya kembli bergemuruh

"Bwahaha... Makasi ya Ra, lo uda bikin gue ketawa." ucap Zheto sembari berjalan meninggalkan Rara yg masi terbengong disana

"Ohh iyaa, yg baruan jangan dianggep serius. Gue cuma main². Sapa tu ntarr Zahra balik dengan keadaan lagi nyamar. Jd buat persiapan aja. Hehe" setelah mengatakan itu Zheto pergi dan tak mau tau dengan apa yg sedang  Rara rasakan.
"Bngst emng lo to!" umpat Rara yg terkenal tipu Zheto

Tapi, kata" Zheto tadi? Dia gabakal ngebenci dia kalo pas nanti tiba-tiba datang kembali ke kehidupannya? Dia juga bilang kalau Rara sudah lupa padanya? Sungguh itu tak mungkin









Sungguh diriku malas merevisi:(
Sbenernya bukan males ged, Ucin lg kurang fit aja getoh.
Tenggorakan sm lambung lg ngambek.
Plus lg, jadwal pelajaran sekolah ganti.
Dan senin besok harus uda ngumpulin PR yg seharusnya ga dikumpulin hari itu, Astaghfirullah.....
Dahlah... Diriku just mau mengucapkan....
Happy malming😍😘😘

Okee abaikan.
Part ini yg ketiga.
Menceritakan tentang?
Yap, about Zheto dan Rara

Pada penasaran sm lanjutannya ga?
Kalo penasaran......

Don't forget to vote, coment, and follow my acount 😉

The Eight Most WantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang