1. Ketika Matahari Terbit

1.2K 75 2
                                    

📍Seoul-Korea Selatan

Pukul 05.00 pagi  Sejeong seperti biasa terbangun dari tidurnya. Kini ia sedang mencuci wajahnya dan bercermin serta bergumam.

"Hari ini akan lebih baik dari kemarin" gumam Sejeong dengan menepukkan skin care ke permukaan wajahnya.

Setelah itu ia pergi keluar rumah untuk berolahraga seperti biasanya.
Dengan berlari-lari kecil mengelilingi komplek perumahannya. Ia bertemu dengan seseorang yang selama ini selalu membuat hidupnya tidak tenang.


"Aku sudah tahu pasti kau selalu lari pagi di daerah ini." kata Paman yang berkaca mata hitam itu.

Sejeong takut ia ingin lari namun tidak bisa. Orang-orang berjas hitam itu ada 3 jumlahnya.

"Paman, bagaimana paman bisa tahu aku ada disini?" tanya Sejeong santai namun gemetar.

"Bayar segera hutang Ayahmu!." kata Paman yang bertubuh besar itu dengan tegas.

Dan orang-orang disekitar Sejeong seakan menjauh namun melihat kejadian itu dengan berbisik.

"Akukan sudah bilang pada kalian, bahwa aku tidak punya uang. Lagi pula itu hutang ayahku, bukan hutang ku!." jawab Sejeong membela dirinya.

"Kami tidak mau tahu, Nyonya Jang ingin sertifikat rumah mu itu dan akan di anggap sebagai jaminan" kata Paman itu lagi.

"Aku juga tidak tahu dimana sertifikat rumah ku!" kata Sejeong membela.

Bahkan para pejalan kaki melihat ke arah mereka dengan tatapan aneh.

"Banyak bicara! ayo ikut kami! Kau saja yang dijadikan jaminan" kata Paman itu menarik tangan Sejeong dengan kasar.

"Lepaskan! Aku tidak mau! Lepaskan aku!." kata Sejeong membela dan berteriak.

"Lepaskan dia!." kata Pemuda yang datang secara tiba-tiba.

Pemuda itu menarik tangan Sejeong dan membawa Sejeong ke belakang badannya.

"Sepertinya ada pahlawan kesiangan, hahahaha. Ini bukan urusanmu! Ini urusannya kami anak muda!" kata Paman bertubuh kurus itu.

"Jika kalian berurusan dengan gadis ini, maka itu juga akan  menjadi urusanku!" kata Pemuda itu dengan tegas. Sejeong masih saja meremas baju Pemuda itu dengan ketakutan.

Pemuda itu bernama Jeon Woojin, sepupu laki-laki Sejeong, sudah 5 bulan mereka tidak bertemu.

"Oppa aku tidak mau dibawa ke tempat mereka. Tolong aku Oppa" kata Sejeong cemas.

"Sebaiknya kalian sampaikan kepada bos kalian. Bahwa semua hutang orang tua Sejeong akan lunas!" kata Woojin dengan tegas.

Woojin memberikan kartu namanya kepada Paman itu. Dan tidak menunggu lama paman itu pergi dari hadapan Sejeong dan Woojin.

Seketika Sejeong terduduk di jalan itu. Dia sedih dan syok sudah sering sekali orang suruhan Nyonya Jang itu datang untuk menagih hutang.

"Hei kamu tidak apa-apa?" tanya Woojin pada Sejeong dengan berjongkok dan memegang lengan Sejeong.

Sejeong terdiam, air matanya mulai turun membasahi pipinya. Dengan perhatian Woojin memeluk Sejeong. Tangisan Sejeong mulai terdengar di pelukan Woojin.

True Love (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang