Duo sengklek

28 4 0
                                    

Putri kembali menscroll melihat foto yang ada laki-laki itu.
Tapi, tidak lama Risa menarik ponselnya dari genggaman Putri.
"Kepo." ucapnya lalu meletakkan ponselnya di bawah bantal dan tidur lagi sambil memeluk guling.

"Tidur lagi? Masyaallah." kata Putri melihat kelakuan sahabatnya.

Melihat itu Putri tidak tinggal diam, dia pun ikut tidur di belakang Risa.

***

Melky dan Dika masih di terminal, mereka tak tahu harus ke mana.
"Dik, lo ke Padang aja! Gue bakal ke Jawa. Inget yah lo harus tetap kuliah bentar lagi, kan lo lulus." ucapnya.

"Kayaknya gue nggak sanggup, Mel." keluhnya.

"Nggak. Lo nggak boleh berhenti kuliah, Bude udah kasih tanggung jawab ke gue dan gue bakal bantu lo soal biaya kuliah." ucapnya dengan semangat.

Dika memeluk Melky, ia merasa bersyukur mempunya sepupu yang perduli padanya, padahal Ayahnya sudah jahat.
"Maksih lo selalu ada buat gue." ucapnya.

Melky melepas pelukannya dan berdiri saat bis menuju Padang sampai. Melky langsung menarik Dika untuk masuk ke bis.
"Lo harus bisa dan lo harus hubungin gue saat lo siap muallaf!" Dika mengangguk pasti. Melky memberikan semua uangnya pada Dika.

Setelah berterima kasih Dika melambaikan tangannya yang dibalas dengan lambaian dan senyuman dari Melky.

Melky menaiki motornya menuju bandara karena hari ini dia akan ke Jawa melaksanakan coasnya. Beruntung kemarin ia sudah membeli tiketnya jadi sekarang ia tinggal menunggu jam keberangkatannya yang tinggal tiga puluh menit lagi.

Sampainya di bandara Melky menitipkan motornya di rumah temannya. Melky juga tidak sempat membawa pakaiannya semalam, jadi ia tinggal masuk pesawat tanpa menaruh barang apapun. Melky duduk di bangku nomor sepuluh. Pesawat ini akan sampai di bandara Internasional Juanda Surabaya sekitar delapan jam.

Selama perjalanan Melky tidak menikmatinya, ia memilih menyandarkan kepalanya dan tertidur.

Jam tiga sore Melky sudah sampai di Jawa tepatnya kota Surabaya.
Melky memesan taksi online.
Melky langsung  membuka pintu mobil dan duduk.
"Ke mana, Pak?" tanya sopir yang berseragam biru yang menoleh ke arah Melky.

"Rumah Sakit Darmo." ucapnya spontan.

Mobil itu berjalan menuju rumag sakit Darmo dengan keceparan sedang.
"Pak, kalau bayarnya pake jam tangan boleh?" tanya Melky karena ia sudah tidak mempunyai uang lagi.

"Maaf Mas, nggak bisa."

Padahal jam tangan Melky harganya lebih mahal dari jamnya. Iatidak kehabisan akal.
"Nanti saya kasih bintang lima deh di aplikasinya." rayu Melky.

"Boleh. Tapi, jangan lupa Mas, kasih nama saya juga dikomentarnya. Nama saya Jo." Pak sopir itu tergiur dengan bintang lima yang ditawar Melky.

"Lengkapnya, Jonathan?"

Pak sopir itu cengengesan. "Bukan, Suparjo nama lengkap saya."

Mau tertawa tapi rasanya tidak sopan dan mungkin ia akan langsung diturunin.

"Aman Pak, entar saya kasih captionnya Pak Suparjo sopir yang bagus karena pelayanannya." ucap Melky dengan kata-kata yang dibuat menyakinkan.

"Wah, jangan Mas, panggilnya Mas Jo aja biar nggak ndeso amat." ucapnya sambil senyum-senyum tidak jelas.

Akhirnya mereka sampai di depan gedung rumah sakit.
"Makasih, Pak." ucapnya setelah menutup pintu.

"Jangan lupa, Mas, Mas Jo." ucapnya lalu pergi.

Melky menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lalu masuk ke rumah sakit.
"Loh udah pulang aja kamu." ucap salah satu OB yang yang mempunyai logat batak.

"Iya, Pak."

Melky melanjutkan langkah kakinya menuju ruangan khusus anak coas dari berbagai universitas.
Melky membuka pintu ruangan yang sudah terdapat orang di dalamnya semuanya laki-laki karena memang itu ruangan khusus laki-laki baik perawat ataupun dokter.
Melky mengganti pakaiannya dan memakai nametag supaya dapat dikenal dengan anak coas.
"Eh, pangeran Cupu." panggil seseorang di belakangnya.

Melky menoleh ke sumber suara. Ia langsung membelangakkan matanya sambil menatap tidak percaya pada seorang pemuda berpakaian serba putih dan nametag yang menggantung di lehernya.
"You are, Alpi?"

"Gila, udah lama nggak ketemu. Logat inggris lo?" ucapnya yang langsung menyemprot Melky dengan sindiran.
Melky masih diam melihat sahabatnya itu.

"Lah, lo kok bisa di sini?" tanyanya saat sudah yakin jika di depannya itu benar Alpi sahabat sengkleknya

"Gue dapet panggilan." ucapnya sambil mengangkat kedua alisnya sedikit sombong.

"O, dari kepala rumah sakit ini?"

"Bukanlah, panggilan dari jodoh bidadari rumah sakit ini." ucapnya lalu ketawa sepuasnya sampai semua pasang mata memperhatikan mereka dengan tatapan bingung sekaligus merasa terganggu.

"Nggak berubah yah lo." ucap Melky yang menghiraukan pasang mata yang memperhatikannya.

"Iya dong, emang lo rambut sampe botak tapi nggak dapet-dapet cintanya dia." sindirnya lagi yang memang saat ini rambut Melky dicukur botum (botak tumbuh).

Karena selalu disindir dan dibuli Alpi, Melky memilih memakai jasnya.
"Udah sindirannya, nanti lagi kita kerja dulu biar dapet nilai." ucapnya lalu meninggalkan Alpi.

Alpi hanya tersenyum melihat sahabat lamanya tidak berubah yang selalu menghindar jika bahas tentang cinta.

Melky-Melky, masih suka nggak lo sama anak SMA dulu?

Alpi ikut keluar menuju ruangan yang akan diperiksa.

Semua mata tadi yang memperhatikan mereka mulai tenang.
"Mulutnya lebar banget." ucap salah satu perawat yang sedang duduk menulis sesuatu di buku double polio ukuran besar.

"Iya duo sengklek itu." tambah lainnya.

***

Risa dan Putri berangkat kuliah bersama setelah tidur bersama, mereka akan kuliah sore yang sudah terjadwalkan yang diumumkan di media sosial.

Mereka duduk di depan kelas membaca buku yang tebalnya kurang lebih dua inchi, itu adalah buku pola yang mereka harus pelajari karena akan ada ujian dan itu jam pertama.

"Hai, bakso dibalik jadi apa?" tanya Dika yang baru muncul dengan bicara yang tidak jelas.

Risa dan Putri menutup bukunya dan saling menatap dengan tatapan bingung dengan makhluk manusia di depannya.
"Oskab. Terus maksudnya apa?" tanya Putri.

"Iya, nggak nyambung." kata Risa yang ikut berargumen.

"Kalian salah masa nggak tahu udah mau lulus juga, kalau bakso dibalik yah tumpah semua." ucapnya lalu menepuk jidadnya.

Risa dan Putri merasa jengkel rasanya mereka mau menjitak Dika dengan keras sampai bunyi kletuk dan ia mengadu-adu kesakitan.
Tapi, Dika yang tidak peka itu tertawa seenaknya.
Berhubung akhir-akhir ini Putri berubah jahil, ia melepas sepatunya dan diam-diam menempelkannya pada hidung Dika yang membuatnya mengomel tidak jelas.
"Ih, jorok, bau terasi." ucapnya sambil menutup hidungnya.
Risa hanya tertawa, ia tidak bisa menasehati Putri karena ia juga sadar kalau dirinya ikut jahil.

Kini giliran Putri yang tertawa terbahak-bahak sampai ia batuk.

Uhuk uhuk

Batuknya sambil menutup mulutnya dan memegangi dadanya. Risa ikut mengusapkan tangannya di punggung Putri.
"Bengek, kan?" sindir Dika yang merasa puas dengan yang dialami Putri.

"Diem lo, uhuk uhuk." ucapnya masih terbatuk-batuk.
Tidak lama dosen yang akan mengajar Risa dan Putri berjalan menuju kelasnya mereka bergegas masuk kelasnya.

Assalammualaikum
Ya ampun duo sengklek dateng.
Jangan lupa vote sama komen yah makasih
Wasalamualaikum

Ada Apa dengan Kacamata? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang