***
Sudah dua hari ini Risa dan teman kelasnya membuat gaun untuk tugas mereka tapi, belum juga selesai tinggal seperempat lagi dan sisahnya hanya bagian hiasan untuk pelapis rok dengan dasar tille.
Risa masih menggoyangkan kakinya pada mesin jahit manual di ruang praktek. Di sampingnya ada Putri dan Rinda yang lagi fokus memutar-putarkan kainnya.
"Sa, kok nggak liat Dika ya dua hari ini, kamu liat?" tanya Putri saat berhenti menjahit.
Risa yang tadinya fokus ikut berhenti dan melihat ke arah Putri.
"Aku juga nggak liat." ucapnya lalu kembali menyelesaikan membuat kerah sanghai."Aku juga nggak liat." ucap Rinda yang langsung menyambar.
"Nyamber aja orang aku tanya sama Risa." ucap Putri sedikit sinis.
"Abis gimana lagi, pendengaran aku masih normal." ucapnya tak kalah sinis.
Mereka melanjutkan tugasnya saat dosen mulai memperhatikan mereka.
"Sa, nggak ada khawatir gitu?" ucap Putri dengan berbisik.
Risa mengerutkan keningnya bingung. "Buat?"
"Kan, Dika udah dua hari nggak ada." ucapnya masih stay dengan berbisik.
"Udah diem, nanti dosen liatin!" perintah Risa mengelak dari pertanyaan Putri.
Putri merasa kesal tapi ia tetap mengikuti.
Rinda berdiri dari duduknya dan berjalan maju mendekati dosen.
"Bu, saya permisi!" ujarnya yang dipersilahkan oleh dosen.Rinda berjalan dengan tergesa-gesa menuju toilet.
Setelah selesai Rinda kembali ke kelasnya tapi, ia berhenti saat melihat Putra dan Ziba.
"Kalian lihat Dika?" tanyanya.Putra dan Ziba terlihat terkejut karena kedatangan Rinda yang tiba-tiba.
"Dia lagi di Bengkulu ibunya meninggal." kata Ziba.Rinda langsung terkejut mendengarnya. "Innalillahi wainnalillahi rojiun." ucapnya spontan.
"Makasih infonya." kata Rinda lalu meninggalkan mereka.
Rinda memasuki kelas dan langsung duduk.
"Sa, ternyata Dika enggak masuk karena ibunya meninggal." ucap Rinda yang sontak membuat Risa berhenti dari kegiatannya."innalillahi wa Innalillahi roji'un yang benar kamu tahu dari mana?" tanya Risa dengan nada khawatir dan penasaran.
"Tadi aku dari WC habis dari WC ketemu Ziba sama Putra ya terus aku tanya lah Dika ke mana kok nggak masuk ternyata dia di Bengkulu katanya ibunya meninggal." ucapnya dengan nada sedih dan mengulangi ucapannya.
"Ya Allah kasihan banget..." ucapnya berhenti saat dosen mulai memperhatikan mereka.
***
Sudah dua hari, Dika termenung di dalam kamarnya. Ia terus mengenang semua kenangan tentang Ibunya dan ia masih merasakan keberadaan Ibunya.
Dika duduk menatap langit malam yang gelap tanpa adanya bintang dan bulan, semuanya menggambarkan kesedihannya begitupun rintik hujan mewakili perasaannya. Dika terus memegangi foto Ibunya dan dia yang sedang tertawa lepas.
Melky perlahan membuka pintu kamar dan berjalan masuk. Melky ikut menatap langit malam, ia berdiri di samping Dika.
"Langit itu walaupun gelap tetap indah yah?" ucapnya masih fokus menatap langit tapi, Dika menghiraukan semua ucapannya dan ia masih fokus menatap indahnya langit mala. "Lo harus kuliah ya dan masih semangatkan memenuhi niat lo?" tanya Melky mengingatkan Dika tentang niat yang belum ia lakukan. Seketika Dika menoleh melihat ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Apa dengan Kacamata? [COMPLETED]
Roman pour AdolescentsSebuah kisah yang berawal dari kacamata dan pertemuan aneh. Kisah wanita dan pria kacamata. Entah pria siapa. Tapi, kacamatanya selalu menggantung di wajahnya yang membuat wanita itu benci dengan kacamata. Dan pada akhirnya salah satu dari mereka me...