Suara pintu yang di banting keras mengagetkan Fatan dan Fatih yang berada di ruang keluarga. Tak berselang berapa lama sang pelaku keributan melewati mereka dengan wajah merah padam.Fatan dan Fatih saling melempar tatapan bertanya dan bingung. Mereka tidak tahu mengapa Faya tiba - tiba saja pulang dan membuat keributan, padahal ia baru saja pergi dari rumah beberapa menit yang lalu. Selain itu, ada hal yang nampak berbeda dari Faya. Sebelum ia pergi, ia menampilkan raut wajah panik. Namun ketika ia kembali, raut wajah panik yang Faya tunjukan kini berubah dengan raut wajah kesal.
Fatan dan Fatih jelas penasaran dan ingin tahu apa yang membuat Faya pulang cepat, serta apa yang membuat Faya nampak sangat kesal hingga kulit wajahnya berubah merah padam. Namun nampaknya Fatan dan Fatih harus menelan rasa penasaran mereka bulat - bulat ketika jantung mereka hampir nyaris berhenti dan telinga mereka kembali harus merasakan sakit karena suara pintu yang di banting keras kembali mengagetkan mereka untuk kedua kali.
"Astagfirullah!"
Fatan dan Fatih hanya mampu beristigfar. Suasana hati Faya dalam kondisi buruk, mungkin karena Faya tengah mendapat tamu bulanan, maka dari itu Faya tiba - tiba berubah menjadi sangat sensitif.
Baik Fatan dan Fatih sudah sangat hafal jika Faya sangat sulit mengontrol emosinya apabila tamu bulanannya datang. Namun jika di ingat - ingat kembali, seingat mereka Faya baru saja mendapat tamu bulanannya minggu lalu. Tidak mungkin bukan jika Faya mendapat tamu bulanan dua kali dalam satu bulan?
"Perempuan bisa PMS dua kali dalam sebulan yah bang?" Tanya Fatih menyuarakan pikirannya mengenai perubahaan Faya yang tiba - tiba berubah menjadi sangat mengerikan dimata Fatih.
"Mana abang tau!" Balas Fatan
.
.
.Disaat Fatan dan Fatih memikirkan alasan perubahan sikap Faya yang berubah bak seekor induk ayam, Faya yang menjadi dalang utama dari kebingungan dan rasa penasaran keduanya saat ini tengah melampiaskan kemarahan dan kekesalannya pada sebuah boneka beruang besar yang ada di kamarnya.
"DIERGA DANUARTA SIALAN!"
Buk!
"PRIA BRENGSEK!"
Buk!
"PRIA SINTING!"
Buk!
Faya terus saja melampiaskan kemarahannya dengan memukul boneka beruangnya dengan kesal. Ia membayangkan boneka beruang yang tengah mendapat lampiasan kemarahan darinya adalah dosen pembimbing keduanya.
Segala cercaan, makian dan umpatan terus keluar dari bibir mungil Faya. Segala sumpah serapah ia keluarkan sebagai bentuk dari kemarahan dan kekesalan akan perbuatan dan perilaku yang Dirga yang membuat setiap darah yang mengalir di pembulu darah Faya mendesir hebat.
Faya marah, ia sangat marah dengan segala perbuatan dan perilaku Dirga yang seenaknya. Walaupun om Diras sudah memberinya peringatan dan nasehat lebih awal agar Faya mempersiapkan dirinya, tapi tetap saja Faya tak mampu memaafkan perilaku dosen pembimbingnya tersebut.
Dirga memintanya kerumahnya malam ini. Dari kalimatnya yang tegas, Faya tahu jika Dirga bukanlah orang yang sabaran dan ingin menunggu. Maka dari itu, bahkan disaat ia belum menyelesaikan makanannya, Faya langsung menuju kerumah dosennya sesuai perintah. Faya dengan tergesa datang kerumah keluarga Danuarta memupuk harapan bahwa dosen pembimbingnya memberi kabar baik mengenai skripsinya, nyatanya Faya harus menelan pahitnya kenyataan saat ia menginjakan kakinya diteras rumah kediaman keluarga Danuarta, dosen pembimbingnya dengan wajah angkuh dan tanpa merasa bersalah menyodorkan selembar kertas HVS berisi peraturan baru yang di buat oleh dosen pembimbing sintingnya.
Terkejut dan marah adalah dua hal yang Faya rasakan. Faya bahkan nyaris ingin mencekik dosen sintingnya itu, namun ia urungkan saat mengingat masa depannya bergantung pada pria yang berhasil mempermainkannya dengan segala peraturan sinting dan tidak manusiawi yang ia ciptakan.
"Arghhhtt, dosa apa Aya dapat dosen pembimbing gila kayak pak Dirggggaaaa!!!!" Teriak Faya frustasi.
.
.
.
.
.TBC
Written on Oct 17th, 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]
Romantik"Cerita ini telah diikutsertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua" . Dierga Danuarta membenci Fayana Jingga Maheswari bukan karena ia jelek, bukan pula karena ia kurang ramah ataupun kurang baik. Dirga membenci te...