Skripsi adalah bagian yang tak terpisahkan dari dunia mahasiswa karena skripsi adalah tugas besar sekaligus tugas akhir mahasiswa yang harus dibuat dan dipertanggungjawabkan guna meraih gelar sarjana.Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku.
Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap mampu memadukan pengetahuan dan keterampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya.
Skripsi merupakan persyaratan untuk mendapatkan status sarjana (S1) di setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ada di Indonesia. Istilah skripsi sebagai tugas akhir sarjana hanya digunakan di Indonesia. Negara lain, seperti Australia menggunakan istilah thesis untuk penyebutan tugas akhir dengan riset untuk jenjang undergraduate (S1), postgraduate (S2), Ph.D. dengan riset (S3) dan disertation untuk tugas riset dengan ukuran yang kecil baik undergraduate (S1) ataupun postgraduate (pascasarjana). Sedangkan di Indonesia skripsi untuk jenjang S1, tesis untuk jenjang S2, dan disertasi untuk jenjang S3.
Dalam penulisan skripsi, mahasiswa dibimbing oleh satu atau dua orang pembimbing yang berstatus dosen pada perguruan tinggi tempat mahasiswa kuliah. Untuk penulisan skripsi yang dibimbing oleh dua orang, dikenal istilah Pembimbing I dan Pembimbing II. Biasanya, Pembimbing I memiliki peranan yang lebih dominan bila dibanding dengan Pembimbing II.
Berbicara mengenai skripsi dan pembimbing, saat ini Faya tengah berada di lorong koridor kampus yang nampak sangat ramai karena obrolan para mahasiswa atau mahasiswi seangkatannya yang juga menunggu pembagian surat penunjuk pembimbing dari staf jurusan.
Faya sedang duduk di salah satu kursi panjang yang ada di koridor bersama kedua sahabatnya. Ia menghela nafas lelah, badannya terasa pegal. Mungkin karena sibuk mengurus rumah dan mungkin juga karena kelelahan mengurus pengajuan skripsi yang merupakan tugas akhir untuk mereka. Saat Faya tengah termenung, tiba - tiba sahabtnya mengajaknya untuk kekantin kampus.
"Fay, kekantin dulu yuk!" Ajak Nabila Hermawan yang merupakan sahabat seperjuangan Faya di bangku kuliah.
"Tahan dulu Bila, kalau kita pergi kekantin dan surat penunjuk pembimbing di bagi staf jurusan saat kita pergi gimana? Gue nggak mau ngambil resiko Bila. Lo tau sendiri gue nggak mau jadi mahasiswi abadi" jawab Faya.
"Tapi gue lapar banget Fay, karena buru-buru gue lupa sarapan dirumah" balas Nabila dengan nada memelas.
"Itu mah derita loh Bil!" Celutuk Wisnu Bimasatya yang juga sahabat Faya dan Nabila.
"Lo kok jahat banget si Nu, nggak kasihan apa sama cacing - cacing yang ada dalam perut gue?" Kata Nabila dengan nada kesal.
"Ngapain kasihan sama cacing yang ada dalam perut Lo, itu namanya buang-buang tenaga" balas Wisnu "kecuali kalau dalam perut Lo ada anak gue, gue pasti bakal kasihan dan khawatir kalau Lo telat makan Bil" tambah Wisnu yang membuat teman-teman seangkatannya berkor menyoraki dan menggoda Wisnu dan Nabila.
Ini tentu saja bukan yang pertama kalinya mereka seperti ini, Faya hafal betul ini sudah berlangsung sejak empat tahun yang lalu. Beberapa teman-teman kelasnya pernah memergoki Wisnu menaruh surat cinta, coklat, bekal dan masih banyak lagi dalam loker Nabila, namun sampai saat ini Wisnu menyangkal perkataan teman-teman seangkatannya tapi tetap saja walaupun sering menyangkal hal tersebut, Wisnu masih sangat sering menggoda Nabila dengan kata-kata gombalan ataupun perbuatan yang kadang membuat Nabila kesal.
"Kalian apaan sih?" Teriak Nabila kesal yang kini wajahnya nampak memerah.
Faya yang melihat itu hanya mampu terkekeh, saat melihat kedua pipi Nabila merona merah karena malu walaupun saat ini ia menampilkan raut wajah sangar.
.
.
."Melototin surat penunjuk pembimbing nggak bakal buat makan yang Lo pesan bisa langsung pindah dengan ajaibnya ke perut Lo Fay!" Tegur Wisnu setelah Nabila berulang kali menegur Faya namun tak di dengarkan.
"Tks, gue juga tau Nu" dengus Faya menaruh surat penunjuk pembimbing yang beberapa waktu lalu dibagikan oleh staf jurusan.
Saat ini Faya dan kedua sahabatnya tengah mengisi perut mereka yang sedari tadi meronta karena kelaparan di kantin kampus. Pesanan makanan mereka sudah berada di meja mereka sejak beberapa menit yang lalu, bahkan Nasi goreng special pesanan Nabila dan Mie ayam pesanan Wisnu telah habis separuh. Hanya Faya yang sampai saat ini masih belum menyentuh makanannya karena sibuk melototi nama dosen pembimbingnya.
"Lo kenapa sih Fay?" Tanya Nabila yang telah menghabiskan makanannya.
"Gue bingung dengan dosen pembimbing ke II gue Bil" jawab Faya
"Nama dosen pembimbing ke II Lo emang siapa?" Tanya Wisnu ditengah-tengah kunyahannya.
"Pak Dierga Danuarta" jawab Faya lesuh
"OMG, demi apa?" Teriak Nabila histeris
"Lo tau nggak Fay, Lo itu beruntung banget dapat pak Dirga yang merupakan Dosen pindahan dari Universitas Jakarta yang kini menjadi Idol para mahasiswi-mahasiswi kampus dari berbagai jurusan. Gue bahkan iri sama keberuntungan Lo yang dapat dosen pembimbing yang tampan dan masih berstatus lajang, bahkan di usia mengajarnya yang terbilang masih muda sudah mendapat amanat menjadi dosen pembimbing, Gue yakin banyak mahasiswi yang ingin berganti posisi dengan Lo, terutama Gue.Terus kenapa Lo murung begitu?" Tanya Nabila saat melihat raut wajah Faya berubah murung.
"Masalahnya, pak Dirga itu tetangga yang pernah gue ceritain!" Jawab Faya yang membuat Wisnu tersedak dan Nabila memekik kaget.
"APA?!"
.
.
.
.
.TBC
Written on Oct 2th, 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]
Romance"Cerita ini telah diikutsertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua" . Dierga Danuarta membenci Fayana Jingga Maheswari bukan karena ia jelek, bukan pula karena ia kurang ramah ataupun kurang baik. Dirga membenci te...