23

555 41 0
                                    


Kamar tidur mendiang kedua orang tuanya yang telah disulap menjadi ruang kerja Fatan terasa sangat dingin. Padahal saat ini Faya yakin jika Fatan tidak menyalakan AC dalam suhu yang mampu membuat Faya merasa mengigil hingga ketulang.

Faya duduk disalah satu sofa yang ada didalam ruangan kerja Fatan sambil menunduk dalam. Saat ini ia tengah ditatap dengan tatapan sedingin es oleh Fatan yang duduk dikursi kebesaran dibalik meja kerjanya. Dalam hati Faya terus merutuki, menghujat bahkan memaki Fatih. Walaupun adik bungsunya benar bahwa mereka berpelukan, tunggu! Seharusnya Faya yang memeluk Dirga, tapi itu karena Faya terlalu senang. Akhirnya setelah penantian yang panjang, salah satu judul skipsinya di Acc oleh dosen pembimbinya dan ia sudah bisa memulai meneliti minggu depan.

Pelukan yang Faya lakukan kepada Dirga yang notabennya adalah dosen pembimbingnya itu juga relflek ia lakukan. Faya bahkan merutuki kebodohan dan kesalahannya yang spontan memeluk Dirga karena senang.

Tuduhan Fatih jelas tak beralasan. Faya sedang tidak berpacaran atau menjalin hubungan lebih dengan dosen pembimbingnya. Terlebih lagi Faya masih ingat jika Dirga membenci dirinya karena ia sangat mirip dan mengingatkannya dengan mantan pacarnya, Rasti.

"Dek,  kamu tau kenapa abang panggil kamu kesini kan?" Tanya Fatan yang di angguki oleh Faya.

Faya tahu. Sangat tahu mengapa abang sulungnya itu memanggilnya keruang kerjanya. Salain karena mereka ingin membahas hal yang serius dan privasi, ini juga tentang masalah perjodohan yang Fatan lakukan untuknya dengan rekan kerja Fatan yang katanya menyukai Faya sejak lama.

"Abang nggak ngelarang Aya pacaran, tapi kamu pernah bilang sama abang kalau Aya ingin fokus kuliah saat menolak Galih yang ingin menjalin hubungan serius dengan Aya" kata Fatan setelah hening yang cukup lama.

"Apakah sekarang Aya sudah berubah pikiran dengan menjalin hubungan dengan dosen pembimbing kamu dek?" Tanya Fatan "bukankah dengan kamu pacaran dengan Dirga yang notabennya adalah dosen pembimbingmu, konsentrasimu dalam mengerjakan skipsi akan terganggu?" Tambah Fatan.

"Prinsip Aya masih nggak berubah bang. Faya ingin fokus kuliah, ingin fokus mengerjakan skripsi hingga wisuda. Apa yang Fatih bilang itu nggak benar. Kami memang berpelukan seperti yang Fatih lihat dan katakan ke abang, tapi bukan seperti yang Fatih lihat. Aya yang meluk pak Dirga duluan karena senang. Akhirnya salah satu judul skripsi Aya di Acc dan minggu depan sudah bisa penelitian" Aku Faya yang membuat Fatan cukup terkejut dan kini dilanda pening.

"Aya tahu kalau Aya salah karena memeluk pak Dirga. Tapi semua itu sponta Aya lakukan karena senang. Dan untuk masalah mas Galih, bisakah abang menundanya? Aya tidak ingin kepikiran dan terus merasa bersalah karena sampai saat ini Aya belum bisa membalas perasaan mas Galih" pinta Faya

"Tapi dek, sampai --

Kalimat Fatan terpotong saat Faya menyela dengan penuh permohonan "pleasss! Aya tidak ingin mengungkit masalah ini" pintanya dengan sangat.

Fatan hanya bisa menghembuskan nafas berat. Ia tak tahu mengapa adik perempuan satu - satunya itu begitu menghindari topik yang membahas masalah perjodohan yang ia rencanakan untuk Faya dan juga Galih yang merupakan rekan kerjanya di kepolisian. Padahal Fatan tahu Galih adalah orang yang baik, namun malam ini, Fatan mulai curiga jika Faya menyembunyikan sesuatu mengenai Galih.

.
.
.

Faya merebahkan dirinya di atas tempat tidurnya, ia melirik sekilas jam di dinding kamarnya sebelum mengalihkan pandangannya menatap langit - langit kamarnya.

"Pukul 11 lewat 27 menit" gumam Faya

Hal yang sangat wajar mengingat ia berada diruang kerja abangnya cukup lama. Itu belum terhitung dengan keheningan yang sempat melanda mereka berdua sebelum masuk pada inti pembahasan mereka.

Faya menghela nafas lelah. Bayangan Fatan ketika mengintrogasinya di kamar mendiang kedua orang ruanya yang telah disulap menjadi ruang kerja Fatan kembali berputar. Saat dimana Fatan menanyai prinsipnya yang masih sama sampai saat ini, hingga pengakuan Faya mengenai kebenaran yang terjadi, juga tentang Galih yang sempat abangnya ungkit.

"Haruskah aku memberitahu bang Fatan mengenai apa yang kulihat beberapa bulan lalu tentang Galih?" Gumam Faya

"Tapi, apakah bang Fatan akan percaya dengan apa yang aku katakan? Aku takut bang Fatan tidak percaya mengingat Galih selalu bersikap baik di depan bang Fatan" tambah Faya meragu.

"Apa yang harus kulakukan? Aku tidak ingin bersama pria brengsek seperti Galih. Namun aku takut bang Fatan kecewa dengan pilihanku" guman Faya dengan nada bingung bercampur sedih.

"Mengapa semuanya menjadi rumit seperti ini?"

.
.
.
.
.

TBC

Written on Des 2th, 2019

Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang