Seperti janji Fatan, Galih tidak pernah lagi mengganggunya. Bahkan setelah dua bulan berlalu Faya tidak pernah mendengar kabarnya. Biasanya rekan - rekan Fatan yang datang berkunjung atau bermain ke kediaman mereka akan membahas setiap rekan yang tidak hadir, atau membahas masalah percintaan mereka dan banyak hal lagi.Siang ini kediaman mereka akan kedatangan tamu, siapa pagi kalau bukan rekan - rekan kerja Fatan yang hari ini ingin berkunjung sekaligus main. Hal ini bisa di bilang cukup runtin. Sasaran mereka untuk bermain yah tidak lain rumah mereka. Faya sama sekali tidak masalah apa lagi keberatan, begitupun Fatih karena mereka berdua berpikir dengan kedatangan mereka yang hampir setiap minggunya merupakan hal yang menyenangkan terlebih lagi suasana rumah mereka akan terasa hidup.
Lamunan Faya buyar kala Fatan datang membawa beberapa kantong keresek bersama Fatih. Mereka baru saja pulang dari pasar setelah membeli berbagai bahan makanan yang akan Faya olah. Maklum saja, rekan - rekan Fatan juga sangat menyukai masakan Faya. Katanya Faya bisa buka usaha restoran atau katering dengan keahlian memasaknya ini.
"Ini dek, abang sudah beli semua yang kamu butuhkan" kata Fatan yang langsung mencuri perhatian Faya.
"Makasih bang. Kalau gitu Faya mulai kerja yah, soalnya Aya ada bimbingan dengan pak Dirga setelah duhur" kata Faya yang di angguki Fatan
"Ohiya, mau abang bantu nggak?" Tawar Fatan yang membuat Faya menoleh kebelakang menatap Fatan yang masih setia berada di dapur sedangkan Fatih sudah tepar di atas sofa panjang yang ada di ruang keluarga sambil menonton Doraemon.
"Untuk sekarang nggak usah. Tapi kalau Aya perlu bantuan pasti manggil abang atau Fatih kok" jawab Faya
"Ya udah. Abang mandi dulu kalau gitu" balas Fatan yang di angguki Faya.
Sepeninggalan Fatan, Faya mulai kembali berkutat dengan sayuran yang ia bersihkan sebelum ia kupas, potong ataupun petik. Setelah ia memotong dan memetik sayuran segarnya ia akan menyisihkannya terlebih dahulu sebab ia akan mengerjakan beberapa lauk segar yang Fatan beli. Untungnya saat Fatan dan Fatih berbelanja, Faya sudah menanak nasi lebih dahulu sehingga ia tidak terlalu kerepotan saat ini.
.
.
.Setelah menyiapkan makanan di atas meja dan menyiapkan bekal untuknya, Faya bergegas memanggil Fatan untuk mengajak rekan - rekan kerjanya makan siang. Setelah itu Faya masuk ke kamarnya menunaikan sholat Duhur sebelum membersihkan diri dan bersiap.
Disisi lain, tepatnya di ruangan dosen milik Dirga. Dirga nampak merasa takut juga malas keluar dari ruangannya setelah mengajar mata kuliah terakhir untuknya hari ini. Pasalnya sejak beberapa hari yang lalu, sepupunya Dwiki terus menerus menghubunginya. Walaupun hubungannya dengan Dwiki telah membaik, tapi masih ada rasa canggung antara keduanya walaupun masalah itu telah berlalu 2 tahun lebih, lamanya.
Selain karena telpon Dwiki yang terus mengajaknya bertemu, ralat tapi Rasti yang sangat ingin bertemu dengannya membuat Dirga takut pertahanan dirinya goyah. Beberapa kali mahasiswa mahasiswi, dosen ataupun satpam di gerbang depan mengatakan ada sepasang suami istri yang beberapa hari ini mencarinya dan terus menunggu di parkiran.Tak perlu menyelidiki atau bertanya lebih mengenai pasangan suami istri itu siapa? Jelas Dirga tahu itu sudah pasti Dwiki dan Rasti.
Dirga menghembuskan nafas berat. Ia memang sudah melupakan bahkan memaafkan mereka. Namun untuk bertemu secara langsung membuat Dirga merasa masih belum siap. Kadang kala saat melihat mereka berdua membuat ia mengukur dirinya sendiri bahkan mempertanyakan apa kekurangan dan kesalahannya sehingga Rasti memilih menghianatinya bahkan menjalin hubungan dengan Dwiki di belakangnya saat itu.
Lamunan Dirga buyar saat ponselnya terus berdering, di layar ponselnya menyala beberapa saat sebelum kembali menggelap. Dirga mengambil ponselnya yang ia taruh di atas meja kerjanya dengan setumpuk tugas mahasiswa mahasiswinya.
Ia melihat ada 3 miss cell dari Nona Goblin. Dirga lantas tersentak saat ia baru saja ingat jika ia memiliki janji bimbingan dengan Faya hari ini di kafe dekat kampusnya. Bergegas Dirga merapikan meja kerjanya dan barang - barangnya kedalam tas kerja sebelum bergegas keluar dari ruangannya.
Sepanjang perjalanan menuju parkiran, Dirga terus berdoa semoga baik Dwiki ataupun Rasti hari ini tidak ada disana menunggunya seperti hari - hari kemarin.
.
.
.Bersyukur Dirga tak bertemu dengan Diwiki ataupun Rasti. Kini ia sudah berada di tempat parkir kafe yang ia dan Faya janjikan. Sambil melangkah Dirga tak lupa melirik jam tangannya, ia sudah terlambar 30 menit. Mungkin Faya telah menunggu lama di dalam sana.
Dirga memasuki kafe tersebut, ia lalu menjelajahkan pandangannya mencari sosok Faya. Sangat mudah menemukan Faya di antara kumpulan pengunjung kafe. Sebab saat ini semua pemuda yang ada di kafe tengah menatap seorang gadis yang duduk di pojok kafe yang berhadapan dengan jendela kaca besar yang menampakan sekumpulan orang - orang yang hilir mudik di terotoar.
Dirga melangkah mendekat pada Faya yang nampak cantik seperti biasanya dengan make up tipis, pakaian rapi dan sopan namun mampu mencuri perhatian pemuda yang ada di kafe tersebut.
Saat Dirga semakin dekat dengan Faya, tiba - tiba suara teriakan seseorang yang sangat femiliar di pendengarannya membuatnya seketika membeku di tempat. Tak perlu Dirga berbalik, ia tahu siapa sosok yang memanggilnya.
"Irga!"
Seorang wanita kini menghadangnya, Dirga sangat tahu itu adalah Rasti walaupun banyak perubahan padanya seperti tubuh mungilnya sedikit berisi dan pipinya juga terlihat chubby. Sangat berbeda jauh dengan Rasti yang ia lihat beberapa bulan lalu di Apotek.
"Mas aku nggak salah lihat bukan? Dia memang Irga" kata Rasti menyadarkan Dirga bahwa wanita itu tidak sendiri.
Dirga lantas menoleh kesamping dan mendapati Dwiki yang entah sejak sudah berdiri di dekatnya. Dirga memejamkan matanya sesaat, mengapa dewi keberuntungan hari ini tak berpihak padanya? Ia belum siap dan tidak akan pernah siap berhadapan dengan keduanya.
Saat Dirga hendak melangkah pergi, suara Faya yang menyadari pergerakannya yang hendak pergi segera memberinya pertanyaan yang menyadarkannya.
"Pak Dirga mau kemana?"
Shitt. Ia lupa jika ia kemari untuk bimbingan dengan Nona Goblin. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
.
.
.
.
.TBC
Written on Des 13th, 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]
Romans"Cerita ini telah diikutsertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua" . Dierga Danuarta membenci Fayana Jingga Maheswari bukan karena ia jelek, bukan pula karena ia kurang ramah ataupun kurang baik. Dirga membenci te...