Lukisan Menyanyi

285 12 0
                                    

Namaku Freya Easter. Umurku 13 tahun. Sekarang aku sedang menginjak bangku kelas 2 SMP di Akademi Clarence cabang Jakarta, Indonesia. Hari-hariku sangatlah biasa dan tidak ada yang spesial. Pagi hari aku akan sarapan bersama adikku, Sylvia, sebelum berangkat sekolah bersamanya; siang hari aku akan belajar dengan ogah-ogahan di sekolah; sore hari aku akan pulang dengan santai. Sylvia tentu sudah pulang terlebih dahulu karena dia masih SD.

(Author's note: Clarence | baca: klarens)

Kalau ditanya kenapa aku bisa begini santai, jawabnya mudah saja. Aku tidak ingin membuang energi sia-sia dan merasa lelah setelah itu. Karena itu aku tidak mengambil eskul apapun dan juga tidak berusaha mencari teman. Bukan berarti aku benar-benar penyendiri. Ada kok beberapa teman sekelas yang berbicara denganku tanpa segan. Kadang aku pun bermain bersama mereka. Tentunya bermain permainan yang tidak melelahkan seperti othello. Ketika bermain seperti ini pun, teman-temanku kerap mengobrol dan aku kebanyakan hanya mendengar.

Seperti halnya hari ini. Aku bersama kedua temanku, Mimi dan Intan, bermain othello sejenak sebelum pulang.

"Hei, hei, kalian sudah tahu?" Mimi membuka suara.

"Apa, Mi?" Tanya Intan sambil berpikir langkah othello selanjutnya.

"Kalian tahu kalau sekolah kita juga punya salah satu legenda?" Mimi melanjutkan dengan penuh semangat namun suaranya berbisik, "dan katanya masuk ke dalam 12 Legenda Akademi Clarence yang tersebar di seluruh dunia!"

Intan mengernyitkan dahi dengan ekspresi aneh, "tolonglah jangan yang tidak-tidak," katanya dengan nada lelah, "kau kebanyakan baca webtoon.."

Aku hanya memperhatikan.

"Lagian hanya legenda. Le.gen.da. Kalau kata ibu guru, legenda itu hanya sebuah cerita yang dibuat untuk memberikan cerita pada bukti sejarah yang tidak bisa dijelaskan. Asal usulnya pun tidak tahu dari mana," kata Intan lagi sebelum melanjutkan langkah othello.

"Ih, kenapa kau tidak percaya!?" Kesal Mimi, "kau itu takut atau apa...?"

"Takut?" Intan menatap Mimi, "kok takut?"

Mimi melirikku, "kurasa Frey juga takut kan?"

Aku mengangkat bahu sambil membalikkan othello lawan yang baru saja kumakan, "aku tidak paham kenapa harus takut," ujarku, "memangnya legenda sekolah kita ini seram?"

"Mana ada legenda sekolah yang tidak seram..." Keluh Mimi.

"Ehh!?" Intan agak terlonjak, "kok jadi seram!? Legenda apa cerita hantu di sekolah deh!?"

"Yah tidak semuanya seram sih," kata Mimi, "ada 12 legenda di Akademi Clarence. Sebagian besar memang seram, tapi kudengar beberapa bukan seram tapi malah menarik."

"Dan yang di sekolah kita?" Tanya Intan, kali ini ia malah penasaran.

"Yang seram sih," jawab Mimi canggung.

"Kalau yang seram-seram tidak usah..." Kata Intan lagi. Ia tampaknya sudah lupa dengan othello. Matanya menatap Intan dengan sebal.

"Ceritanya begini..."

"Dibilang jangan ceritakaaan!!" Protes Intan.

Namun Mimi tidak menggubris protes Intan, ia tetap menceritakannya. Tampaknya othello memang harus menunggu. Aku pun mendengarkan dengan seksama.

"Di ruang kesenian ada banyak lukisan kan? Ingat ada lukisan yang paling tengah? Yang berpigura putih?" Mimi menatap kami dengan serius.

"Oh, aku tahu," jawab Intan, "lukisan.. Putri siapa... itu?"

12 Legenda di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang