Kau ingat pertama kali kita kenal? Caramu yang berusaha mencari kontakku. Dengan sangat lucu aku tersenyum malu mengingatnya.
Aku hanya sekedar mengenalmu tanpa tau duniamu. Dunia yang katanya menarik menurut teman-temanku. Benar saja, kamu cukup unik setelah ku mengenalmu lebih dalam.
Lalu masih tak ku sangka kita jadi bertukar kabar saling memberi perhatian dan harapan. Oh tidak, apa hanya aku yang memberi harap?
Karena sampai detik ini tak ada kejelasan apapun darimu. Padahal kita sudah cukup lama saling mengenal, ternyata hanya aku yang larut dalam cerita ini.
Bukan kah lebih baik kau katakan padaku? Katakanlah sejujurnya jika tidak ingin denganku. Daripada aku terus menanti yang tak kunjung pasti. Lebih baik kau katakan meski ku harus tersakiti.
Atau mungkin niat kau mendekatiku hanya sekedar penasaran padaku? Penasaran karena hanya aku yang hanya bersikap acuh tak acuh kepadamu.
Tidak seperti teman-temanku yang lain yang mengagumimu. Maaf, kalau iya seperti itu aku akan pergi dengan ikhlas membawa hati yang sudah kau lukai.
Teruntuk kamu, apa sengaja kau melakukan ini? Apa senang kau bermain dengan waktu? Kenapa kau mencariku hanya untuk melukaiku? Jika benar ini permainanmu, aku siap untuk mundur.
Maaf kalau harus pergi, aku tidak ingin berharap lebih tinggi lagi. Sebaiknya kau udahi saja permainan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEKA - TEKI
ПоезіяBerbicara melalui kertas dan pena ketika bibir tak sanggup lagi terucap