Yang saya benci dari perpisahan adalah, tentang bagaimana kemudian saya menghadapi hujan.
Di mana saya sudah terbiasa.
Diam-diam, menyulam raut wajah anda di sana.Lalu, mungkin saja saya akan malas menyeduh kopi.
Karena kopi terbaik, hanyalah yang dinikmati di beranda jamuan pikiran anda.
Hanyalah yang diseduh dari diskusi panjang di awal malam menjelang.Saya tak ingin berlebihan. Tapi begitu anda berpamitan, saya seperti burung manyar yang lupa cara terbang.
Saya seperti kehilangan padang rumput, di mana hati dan pikiran saya telah larut dan terpagut.Saya tentu tak bisa mencegah anda, karena senja pernah berkata : bahwa saya bukanlah siapa-siapa.
Kita awalnya cuma dua orang asing yang butuh teman minum kopi.
Walau kemudian, hanya saya yang tak mahir tentang cara merelakan anda untuk pergi.Anda bilang, ini bukan untuk selamanya.
Tapi itu tak mampu menghentikan air mata saya untuk terus bekerja.
Oksitosin, dopamin, musnah dihalau dingin.Saya tak menangisi anda yang akan pergi.
Tapi bagaimana, bila rindu ini nanti jadi belati?
Yang melukai dalam, kala hujan turun berganti.
Tanpa kopi, tanpa diskusi, tanpa ada anda di sini.