02. We're Friends

107 25 7
                                    

Dalam kamus ku tak ada kata membenci yang berakhir dengan cinta ~ Rochelle


Ting  tong

"Dih ni anak lama banget sih keluarnya." Gerutu Ica.

Ting tong

"Gabriella ini gue Jessica. Buruan bangun udah mau telat sekolah loh."
Ucap Ica frustasi menghampiri Gabriella.

"HEH MASA?!" Teriak suara Gabriella terkejut mendengar perkataan Ica."

"Iya cepetan keluar jangan ngebo mulu." Sahut Ica.

"Iyaaa bentar tungguin."

Gabriella bergegas mandi dan mengenakan seragam sekolah.

Setelah Gabriella selesai mengenakan seragam, ia segera membuka pintunya.

"Jessica, lo kok  nggak pake seragam?" Tanya Gabriella heran dengan seribu bahasa yang melayang-layang di pikirannya.

"Astaga ini orang emang dah nggak waras." Ucap Ica dengan heran.

"Lo kali ga waras. Ini jam 5 kan?"

"Iya, terus ngapain lo pake seragam?." Ica menarik nafasnya dan berusaha sabar.

"Sekolah lah. Lo gimana sih? Cepetan ganti baju nanti kita telat." Ucap Gabriella yang masih setengah tak sadar.

"Gab lo kemasukan roh apa sih? Roh nenek moyang lo ya? Atau setan jadi-jadian? Ini jam 5 S-O-R-E" Ucap Ica dengan kesal.

"Terus lo ngapain bilang telat sekolah?" Umpan Gabriella.

"Gue bohongin lo biar cepet bangun. Lagian lo kalau tidur kayak kebo."

"Oh iya ya. Yaudah gue mau bobok lagi." Ucap si Gabriella yang hampir menutup pintu dan hendak meninggalkan Ica di luar.

"Eh lo kok ninggalin gue? Kan kita janjian mau beli buku. Gimana sih?"

Ini nih sifat Gabriella yang nggak disuka sama Ica, yaitu pelupa. Masih muda sudah pelupa, apa jangan-jangan Gabriella gejala amnesia sejak dini ya?

"Eh Gab, lo kan pelupa. Gue ajak ke Rumah sakit jiwa terdekat yuk."

"Eh lo ya yang Gue masukin RSJ." Tolak mentah si Gabriella.

"Hahahaha, ya udah. Hayuk sekarang kita ke toko buku."

"Gass." Jawab si Gabriella.

* * *

Setelah mereka jalan-jalan untuk mencari buku. Gabriella dan Ica nongkrong di cafe depan toko buku.

"Eh Gab, sekolah kita mau ikut lomba basket di SMA Taruna Wijaya loh." Ucap si Ica.

"Iya, terus kenapa?"

"Kabar bagus lah. Gue bisa melihat si Vino, Josh, Aldi, Reyhan cowok idaman ciwi ciwi di sekolah kita." Jawab Ica.

Tiba-tiba Gabriella tersedak saat sedang meminum secangkir kopi.

"Hahhh? Vino anak IPS itu?" Tanya Gabriella membulatkan matanya. Ia bener-bener gatau kalau Vino adalah pemain basket di sekolahnya.

"Bukan. Anaknya Bang Jono."

"Bang Jono siapa? Kok gue gatau?" Tanya Gabriella yang benar-benar nggak tau siapa Bang Jono.

"Yaelah, ya iyalah si Vino anak IPS  itu. Siapa lagi kalau bukan dia?" Jawab ica sambil memutarkan bola matanya.

"Ya kali anaknya Bang Jono atau tetangga lo itu."

"Serah lo dah. Oh iya emang kenapa? Lo lagi tau? " Tanya si Ica.

"Iya beneran gue lagi tau. Btw dia itu orangnya nyebelin banget. Masa pinjam buku gue malah diilangin." Jawab Gabriella mengingat-ingatnya dengan kesal.

"Hahahahhha" Tawa Ica.

* * *

Keesokan harinya

Kriiiing Kriiiing

Alarm jam berbunyi.

"Hoaaaa" Gabriella mengusap kedua matanya dan tiba-tiba ia terkejut, karena waktu menunjukkan pukul enam kurang lima belas menit. Gabriella langsung beranjak dari kasurnya dan bergegas untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.

Setelah sampai di sekolah

Terlihat gerbang SMA Harapan Bintang sudah tertutup rapat. Gabriella frustasi mendapati dirinya terlambat masuk sekolah. Ia tau bahwa setiap siswa yang terlambat masuk sekolah akan diberi sanksi. Hingga tiba-tiba ia melihat sosok cowok bertubuh tinggi dan memiliki kulit putih itu juga terlambat masuk sekolah. Gabriella sangat senang dan lega saat melihat ada siswa yang terlambat sepertinya.

Suara cowok itu sangat tidak asing di telinga Gabriella. Ia sangat penasaran siapa cowok yang terlambat itu. Setelah Gabriella sadari, ternyata sosok lelaki tampan itu adalah Vino. Seketika harapan Gabriella menjadi sirna begitu saja.

"Permisi pak, maaf saya terlambat" Lapor Gabriella ke guru piket.

"Kenapa terlambat?" Tanya Pak Rafi, guru piket itu. Ia terkenal galak seperti Bu Irana. Tapi beliau tidak terlalu galak hanya saja hukumannya pasti aneh-aneh.

"Ta-tadi saya bangun kesiangan pak." Jawab Gabriella menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu.

"KOK BiSA?!"  Ucap Pak Rafi sambil memukul meja dengan keras.

"Ma-af pak" Gabriella menunduk.

"Baiklah. Daripada saya marah terus. Saya mau Vino dan kamu sama-sama lari lapangan sebanyak 15 kali saja!"

"Baik, pak" Ucap Gabriella dan Vino serentak.

Setelah itu Gabriella lari bersamaan dengan Vino tanpa menyapa dan berkomunikasi dengannya.

Putaran pertama, putaran kedua, putaran ketiga, putaran keempat, putaran kelima, putaran keenam...

Brukkk

"Gabriella, woyy"


Kasih saran sabi kali ye
Hayuuu vote dulu~~

Between Us [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang