Ting.
Pintu lift terbuka. Jena, mama Jena, sepupu serta tantenya melangkah keluar menuju rumah sewa yang selama ini Jena tempati.
"Iya, aku udah dirumah" ucap Jena dengan seseorang diujung telpon sana.
"Besok? Besok aku kerja" lanjutnya.
"Oh gitu, okay. See u" ucap Jena sesaat sebelum mematikan sambungan telpon dari ponselnya.
"Hello, Mrs. Wiratama" sapa seseorang tak jauh dari mereka berada. Kemudian Jena mendongakkan pandangannya dan mendapati Daniel sedang tersenyum lebar didepan pintu rumah Daniel sendiri.
"Hi, Mr. Kang. How are you? Long time no see" ucap mama Jena sembari bersalaman dengan Daniel.
"I'm fine. Thank you. What about you and Mr. Wiratama?"
"I'm good, he is also good. But, i'm just little bit tired right now" canda mama Jena.
Daniel terkekeh pelan dan mengangguk paham, "Ok, enjoy your holiday, Mrs. Wiratama. I'm going to go to work"
"Oh i see. Take care, Mr. Kang" ucap Mama Jena kemudian Daniel menundukkan badannya dan melangkah pergi. Oh aku lupa! Dia melempar kedipan sebelah mata genit pada Jena terlebih dahulu sebelum benar-benar berbalik badan dan melangkah pergi. Demiapapun, itu sangat memuakkan bagi Jena.
Jena bergidik ngeri. Tapi Dea—sepupunya, malah mencolek-colek lengan Jena dengan tatapan menggoda.
"Waduh, kak Jena" ucap Dea.
"Apasih"
"Ganteng kak. Petrus lah"
"Gue kan udah pernah cerita dia itu tengil!"
"Jangan terlalu benci gitu ah nanti kamu suka beneran" sahut mama Jena.
"Mama apaan sih!" Jena mengerucutkan bibirnya kesal.
"Wah, bentar lagi dapet mantu nih mbak" goda Tante Mirna.
Jena hanya mendengarkan dengan malas. Kemudian ia menekan beberapa digit angka dan melesat masuk saat pintu rumah sewanya telah terbuka. Merapikan koper, kemudian membersihkan diri dan beristirahat. Karena besok ia sudah melakukan tugas negara, alias ia akan kembali berkutat dengan pekerjaannya.
***
"Hayo! Awas aja naksir adik aku" canda Jena sembari memakai sabuk pengamannya.
Jeno terkekeh, kemudian melajukan mobilnya. "Aku tidak mungkin menyukai wanita pada pertemuan pertama, Jena" ucapnya.
"Ya, ya, ya. Kamu nggak akan jomblo sekarang kalau mudah suka sama perempuan" ucap Jena terkikik.
Jeno memang ingin datang ke rumah Jena karena ada Mama Jena. Jeno selalu melakukannya ketika orang tua Jena datang ke Korea. Menyapa, berbincang, dan sering sekali makan bersama. Jeno juga ingin menunjukkan bahwa ia akan selalu menjaga Jena, sehingga mereka tidak perlu khawatir akan Jena yang sendirian disini. Boyfriend material sekali, bukan?
"Eh, nak Jeno" sapa Mama Jena.
"Sore, tante. Tante apa kabar?" ucap Jeno sesaat setelah bersalaman mencium punggung tangan Mama Jena.
"Tante baik. Kamu dan keluarga gimana?" tanya Mama Jena.
"Baik semua, tante"
"Syukurlah kalau gitu. Ayo duduk. Tante udah masak makanan Indonesia kesukaan kamu" Mama Jena mempersilahkan Jeno duduk di meja makan yang sudah tertata rapi berbagai hidangan masakan Indonesia. Jeno semakin melebarkan senyumnya. Selalu seperti ini saat Mama Jena berkunjung ke Korea. Terkadang, Jena juga disuruh mengantarkan makanan-makanan ke rumah Jeno agar orang tuanya mencicipi masakan Mama Jena. Untung saja, mereka menyambut dengan baik. Keluarga Jeno sangat baik. Tidak heran jika putra semata wayang mereka juga sebaik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAZE | LEE JENO✔️
FanfictionBagiku, Jeno adalah rumah. Namun, dalam beberapa hal dan keadaan, laki-laki yang ku cinta hampir dua tahun tak bisa lagi ku sebut rumah. Jeno tidak memilihku. "Aku tak pernah mengira akan meninggalkanmu, Jena." ujar Jeno kala itu ditengah hujan yang...