Hari minggu ini Jena, Jeno dan Dea memutuskan untuk berjalan-jalan di Hongdae sekedar untuk mencari spot foto dan membeli beberapa cemilan. Duduk bersama di cafe, atau membeli Korean street food.
Jena senang menghabiskan waktu dengan dua orang yang ia sayang. Lagipula sejak saat itu, baik Jeno ataupun Dea tidak pernah menceritakan bagaimana perasaan mereka berdua. Jadi Jena masih bisa sedikit lega jika diantara mereka memang tidak terjadi apa-apa. Padahal Jeno juga sering sekali mampir ke rumah Jena seperti biasa.
***
Saat ini Jena, Jeno, dan Dea sedang duduk bertiga di cafe yang pernah Jena dan Jeno kunjungi beberapa waktu lalu. Dan satu menit yang lalu, Dea telah beranjak dari duduk untuk pergi ke toilet.
"Jena" panggil Jeno.
"Ya?"
"Aku akan menyatakan perasaanku pada Dea hari ini" ucap Jeno. "Bagaimana menurutmu?" lanjutnya saat melihat Jena tidak merespon apapun.
"Kamu beneran suka sama dia, ya?" tanya Jena dengan lirih.
Jeno mengangguk antusias, "Aku kan pernah bilang sama kamu waktu itu"
"T-tapi, aku nggak pernah liat kamu pendekatan sama dia"
"Aku dan dia diam-diam saling menghubungi. Aku sengaja nggak bilang kamu dulu" ucap Jeno dengan cengiran lebarnya.
Diam-diam pula debaran jantung Jena memburu. Pikiran Jena benar-benar kosong. Pandangan Jena menatap sekitar dengan tidak beraturan, menghindari manik Jeno yang sangat ia suka.
"Maaf, lama" ucap Dea sambil duduk di kursi sebelah Jena.
"Nggak apa-apa" balas Jeno dengan senyumannya.
"Jena" panggil seseorang dengan suara yang familiar bagi Jena.
Jena menengok ke arah sumber suara sambil mengerutkan keningnya, "Kenapa bisa kau disini?" tanyanya.
"Ini kan tempat umum. Tentu saja bisa" gerutu Daniel.
"Kau selalu ada dimana-mana" ucap Jena berdecih.
"Ikut aku" ucap Daniel sambil memengang pergelangan tangan Jena. Jangan khawatir, Daniel memegangnya dengan pelan dan lembut. Tidak ada terkesan paksaan.
"Kemana?" tanya Jena.
"Keluar sebentar. Sebentar saja. Ada yang ingin ku obrolkan denganmu" jelas Daniel.
"Baiklah" balas Jena. Lagi pula dia membutuhkan udara bebas diluar ruangan. Meski tempat ini memiliki pendingin ruangan, tapi entah kenapa Jena merasa sesak.
"Ada apa?" tanya Jena setelah berada diluar. Tapi Jeno dan Dea yang sedang berbincang masih terlihat jelas dimata Jena dari luar cafe yang memiliki kaca bening transparant.
"Kenapa kau membuang waktumu pergi dengan mereka?" tanya Daniel dengan lembut meskipun terselip penekanan disetiap kata.
"Maksudmu?" tanya Jena bingung, menerka-nerka omongan Daniel.
"Aku tau kau pintar dan pikiranmu tidak buta. Mereka saling menyukai, bukan?" ucap Daniel dengan tegas.
"Daniel.."
"Jena, jangan siksa dirimu sendiri"
"Bagaimana kau tau?"
"Tinggalkan mereka. Ikut saja denganku"
"Daniel, bagaimana kau tau?"
"Adikmu tidak akan tersesat. Ada Jeno"
"Daniel!" bentak Jena. Daniel tersentak, dan beberapa orang yang lewat juga ikut tersentak kaget saat Jena yang tiba-tiba meninggikan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAZE | LEE JENO✔️
Fiksi PenggemarBagiku, Jeno adalah rumah. Namun, dalam beberapa hal dan keadaan, laki-laki yang ku cinta hampir dua tahun tak bisa lagi ku sebut rumah. Jeno tidak memilihku. "Aku tak pernah mengira akan meninggalkanmu, Jena." ujar Jeno kala itu ditengah hujan yang...