Mungkin ini adalah rasa penasaran terbesarku. Melebihi rasa penasaranku terhadap relief bumi ini. Tapi sayang, dia seakan sulit tergapai olehku. Sikap serius dan pendiamnya membuatku sulit dekat dengannya. Terkadang aku berpikir sifatku yang mudah dekat dengan siapa saja tidak berarti untuknya. Kurasa sedikit kemungkinan untuk dekat dengannya. Tetapi aku tak berhenti di situ. Bukan aku namanya jika cepat menyerah. Hampir setiap pagi aku ke kelasnya, walau tidak bisa dekat dengannya setidaknya bisa melihatnya saja sudah cukup untukku. Tapi sepertinya kehadiranku dengan berbagai ledekkan teman-temanku memang tak membuatnya setidaknya sedikit tertarik melihat sekeliling, buku fisika masih menjadi dunia dan teman terbaiknya. Sepertinya dia hanya tidak terbiasa untuk bersosialisasi dan terbuka pada orang asing. Akhirnya aku sudah sedikit lelah karena perjuanganku selama lebih dari sebulan tidak berbuah baik. Saat otakku berkata mundur, hatiku berkata tidak. Akupun memutuskan untuk terus berjuang. Aku selalu mencari informasi tentangnya dari teman sekolahnya dulu , teman sekelasnya , teman les, bahkan teman gerejanya. Dari pendapat mereka dapat kusimpulkan dia sebenarnya tidak seperti itu. Aku dan dia memiliki sifat yang sama yaitu mudah dekat dengan siapa saja. Tapi mengapa denganku berbeda? Tapi bagaimanapun dia hatiku tetap tak dapat berpaling darinya. Dia selalu ada di pikiranku dan mungkin hatiku? Aku tak tau apakah ku sedang jatuh cinta?
KAMU SEDANG MEMBACA
Philomath
RomanceKisah ini tentang dia. Dia yang selalu menghilangkan segala kesedihanku dan juga sumber dari kesedihanku. Dia yang selalu kurindukan, yang selalu menjadi pusat duniaku. Dia yang pergi meninggalkan luka di hatiku.