Cukup

14 1 0
                                    

Setahun kemudian, katanya dia sudah bisa kembali membuka hatinya. Kukira, ini saatku untuk mengungkapkan perasaanku. Tapi ternyata, aku salah. Dia lebih dulu menemukan pujaan barunya. Tanpa ada cerita dan kabar, dia yang menjauh dengan sendirinya. Tiba-tiba saja dalam beberapa bulan, kabar tentangnya sudah bersama dengan pujaannya tersebar. Bahagia bisa melihatnya bahagia walau hati ini sakit. Aku merasa menjadi orang paling munafik di dunia karena ini. Aku sudah merasa cukup dengan semua ini. Aku menyerah karena di sini aku memperjuangkan orang yang bahkan tidak melihatku sama sekali. Sulit untuk melupakan perasaan ini tapi aku harus bisa. Ini terlalu lama dan membuang waktu. Rasa ini terlalu menyita pikiranku. Dan sakit di hati ini sudah terlalu berlebih. Kucoba untuk melihat lelaki lain. Kuyakin banyak yang lebih darinya tapi aku terbutakan olehnya waktu itu. Benar saja, tak sampai setahun, aku memukan seorang yang sempurna menurutku. Baik, sabar, menurutku dia tipeku dan yang pasti lelaki itu peka. Aku mulai coba buka hati untuknya. Makin hari kami makin dekat dan 3 bulan kemudian aku dan dia menjadi kita. Bahagia bisa melupakan perasaanku yang sudah sangat lama itu. Bahagia bisa bertemu dengannya. Di tengah kebahagiaanku, tiba-tiba dia kembali. Orang yang menggoreskan luka di hatiku yang tak lain adalah sahabatku. Dia kembali ke kehidupanku. Dia mengajakku untuk bertemu di sebuah tempat nanti malam. Aku menyetujuinya. Bukan karena rasa itu masih ada, tapi karena aku masih menganggapnya sahabat. Aku pernah berjanji  selalu ada untuknya bukan? Inilah caraku. Tetap mendengarkannya dan tetap ada apapun keadaannya.

PhilomathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang