6. Safety

136 21 2
                                    

Author's POV

Apakah kalian bisa menebak apa yang Jimin lihat sekarang?

Ya, mayat seorang remaja laki-laki dengan darah yang melumuri area wajah dan kaki, tak lupa dengan tangannya. Lalu yang duduk disebelahnya, remaja menggenaskan yang sekarang tengah terduduk disebelah mayat itu, kepapanya menunduk dengan rambut yang tampak memiliki sebuah bercak kemerahan yang diyakini Jimin sebagai darah.

Sementara remaja itu sendiri kini mengatur napaa dengan tangan terkepal kuat. Matanya yang menatap pemandangan naas itu sudah berkaca-kaca dengan warna merah sebagai hiasan bolanya.

"Apa yang sudah kalian lakukan?!" Ia berteriak, tapi tak ada satupun orang yang ada disana menyahut. Termasuk Yoongi yang kini memalingkan wajah dan menggembungkan pipi karena helaan napas beratnya.

Sebenarnya pemuda itu juga bingung dengan dirinya sendiri. Didalam dirinya, dia sangat ingin membantu Jimin dan kawan-kawannya untuk segera pergi dan memastikan tuga bocah ingusan itu selamat sampai kerumah. Tapi disisi lain, Yoongi juga berpikir untuk membiarkan mereka disini hingga Seokjin memerintah mereka untuk membawa salah satu atau bahkan lebih dari satu manusia masuk kedalam ruangan yang menjadi saksi bisu bagaimana Seokjin menyiksa mereka dengan cara menusukkan benda tumpul, memukul, bahkan menguliti kulit korbannya.

Dilantai tiga villa ini.

Lalu, apakah Yoongi merasa kasihan?

Iya, ada rasa belas kasihan didalam dirinya, tapi seperti yang sebelumnya, ada gejolak didiri Yoongi yang menolak belas kasihan itu, membuatnya ikut menguliti Namjoon dan Taehyubg beberapa waktu lalu.

Jahat?

Memang, tapi mereka bukan seorang manusia normal yang memiliki perasaan dan mudah merasa iba. Mereka sikopat, sosok berwujud manusia tetapi dengan sikap yang berkelainan.

Mereka suka menyiksa sesama. Terutama pada yang berwajah lemah atau memiliki mental yang tak cukup kuat untuk berada dialam liar seprrti divilla yang ada ditengah hutan seperti ini.

Daripada ketakutan karena melihat arwah gentayangan, lebih baik dibunuh agar tidak merasa takut, gampang bukan? Begitulah cara berpikir mereka.

Sekarang dua remaja yang masih bernyawa itu berdiri dusebauh ruangan dengan tangan diikat disebuah kayu yang ada dibelakang mereka.

Jungkook masih menangis, sementara Jimin masih diam menatap Jungkook yang ada disebelahnya dengan tatapan sedih.

Siapa kakak yang biasa saja saat melihat adiknya menangia disebelahnya. Sementara dia sendiri tidak bisa bergerak karena ikatan yang begitu kuat ditangannya.

Sudah sekitar 30 menit mereka berdiri disini, dan Jimin sudah merasakan kalau kakinya kram dan kesemutan. Berkali-kali dia mengangkat kaki bergantian.

"Hyu-hyung." Pandangan Jimin beralih pada remaja yang ada disebelahnya, kemudian menaikkan, sementara Jungkook menggerakan bahunya cepat keatas dan bawah--karena napasnya yang terpacu.

"Kalian baik-baik saja?" Suara itu, Jimin mengenalnya, suara yang beberapa hari lalu sempat berkata kalau dia akan membawa mereka keluar dari sini, kemudian selamat dari Seokjin.

Lalu sekarang?

Jimin sudah terlalu muak dengan omong kosongnya.

"Menurutmu?"

Yoongi melipat bibir kedalam karena gugup, tidak tahu harus berkata apa pada remaja yang ada didepannya ini.

"Maaf, aku...aku juga tidak tahu sebenarnya aku memihak pada siapa. Maafkan aku." Kini alis Jimin terangkat, lalu menoleh dan nenatap mata Yoongi yang menunduk.

LOSE || BTS FANFICTION✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang