9. Help

127 19 2
                                    

Author's POV

Jungkook berbalik badan, mendapati Clarie yang tersenyum padanya, tak lupa dengan berbagai makhluk lain yang berdiri disekitar mereka. Tapi Jungkook tak mempermasalahkan hal itu, mungkin sudah terbiasa.

Kini pikirannya hanya terisi dengan satu nama. Satu nama yang sanpai sekarang masih menjadi hal yang ia pikirkan. "Hm, Clarie."

Gadis itu menaikkan alis. Sementara Jungkook menunduk, menatap ujung sepatunya yang agak lusuh itu sebentar. "Bisa tidak kau kembali kevilla, jaga Hyung-ku."

"Bisa saja, tapi Jimin tidak mengijinkanku mencampuri urusannya didalam nanti, katanya semuanya sudah keputusannya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa."

Jungkook menghela napas lalu menatap jalanan ujung hutan yang menjadi jalan dimana mobil penuh dengan canda tawa itu masuk dan berhenti dipenginapan sial itu,

Jungkook rindu dengan semuanya. Terutama dengan Jimin dan Taehyung, mereka adalah tiga sekawan, dan sekarang dia sendirian. Hanya dia yang selamat, yang lain tidak.

Maafkan aku.

"Sudah, aku tidak bisa keluar dari hutan ini, dari sini kau tinggal menunggu kedatangan ayahmu, tunggu beberapa menit lagi." Jungkook mengangguk, "terimakasih, Clarie."

"Iya, sama-sama. Kalau begitu, aku masuk dulu, aku akan mengawasi bajingan itu dari luar villa, semoga berhasil!" Clarie tersenyum manis. Lalu setelahnya adalah, Jungkook sendirian diujung hutan itu setelah Clarie berbalik badan dan melangkah membelakanginya, sebelum akhirnya hilang begitu saja dibalik gelapnya hutan.

Lama Jungkook menunggu dipinggir hutan, sampai akhirnya tersenyum lega karena melihat mobil hitam milik ayahnya yang melaju kearahnya. Sampai akhirnya mobil itu berhenti, kemudian pintu terbuka, memperlihatkan Tuan Park yang keluar dari sana dengan wajah leganya.

Pria itu lantas memeluk keponakan yang sudah ia anggap sebagai anaknya itu erat, sementara Jungkook sendiri sekarang sudah menangis karena takut. "Pa-paman."

Ayah Jimin mengedarkan pandang, mengerinyitkan alis karena tidak mendapati putra tunggalnya. Ia lantas mengurai pelukan lalu nenatap Jungook lekat-lekat. "Dimana kakakmu?"

Deg.

Jungkook diam, bibirnya mengatup rapat dengan tangan yang terkepal kuat. Apa yang harus dia katakan? Jimin menyeragkan diri untuk meninggal ditangan Seokjin demi menyelamatkam dirinya?

Tidak, Jungkook terlalu takut.

Lalu, dia harus diam saja tanpa berkata apa-apa? Tidak itu salah.

Apa dia harus berbohong kalau Jimin masih punya urusan didalam villa dan akan menyusul besok? Tidak, karena Jimin tidak akan kembali.

Lalu dia harus bilang apa?

"Jimin hyung..." Ayah Jimin semakin menatap Jungkook yang sekarang menunduk dalam, ia tahu, ada yang anak iti sembunyikan dari dirinya. "Kenapa?"

"Dia kembali kedalam villa, dia memberiku surat ini untuk ayah." Entah bagaimana, Jungkook berkata seperti itu, tangannya bergerak masuk kedalam saku celana belakangnya, lalu mengambil secarik kertas didalam sana. Kertas yang entah bagaimana bisa berada didalam sana.

"Apa ini?"

"Surat dari Jimin hyung, aku tidak tahu apa isinya." Ayah jimin menghela napas lalu meranglul bahu Jungkook masuk kedalam mobil dan duduk dikursi masing-masing dengan tangan yang membuka lipatan kertas itu.

Untuk ayah dan semuanya.

Ayah, jangan salahkan Jungkook setelah ini. Ini bukan salahnya, ini keputusanku. Ayah jangan masuk kedalam hutan dan menyelamatkanku, aku tidak mau ayah dan Jungkook celaka.

LOSE || BTS FANFICTION✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang