Chap 6 - Sebuah Tekat

21.9K 1K 369
                                    

NB : Aku minta maaf dan berterima kasih bagi yang sudah mengikuti ff ini dari awal. Karena sudah lama banget saya ga lanjut cerita ini.  Tiba-tiba mood saya menghilang untuk membuat FF. Untuk ep selanjutnya saya tidak bisa memastikan kapan akan update. Selamat membaca bagi yang masih mengikuti. ^^

.

.

.

Sakura masih belum percaya dengan ucapan spontan Sai padanya. Bagaimana bisa dia tau bahwa dirinya hamil? Apakah ia asal bicara? Atau itu hanya sebuah jebakan? Agar ia mengakui kehamilannya.

"Ha... Jangan bicara sembarangan kau Sai...  Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu, he" Sakura mencoba mengontrol emosinya, ia bersikap sedatar mungkin. Seolah-olah tak terjadi apa-apa.

Tetap dengan tampang datarnya Sai mengucapkan hal yang mengejutkannya,"sayangnya aku sedang tidak bercanda, aku melihat sendiri ketika Sasuke melakukan hal yang tak pantas padamu di sebuah penginapan kemarin." 

Sontak manik emerald wanita bersurai soft pink itu membulat, jantungnya berdetak kencang, sikap tenang yang ia pertahankan pun runtuh seketika, kini rasa cemas meliputi dirinya. grebb... Sakura mendekat dan meremas baju Sai, "Siapa saja yang sudah melihatnya selain kau? Apakah Naru…"

"Tidak!" potong Sai, "tenang saja Naruto tidak di sana kemarin, aku, Kakasih-sensei dan Ino. Hanya kami bertiga yang melihatnya."   lanjutnya dengan nada yang masih terdengar datar, namun ada perasaan tak nyaman di lubuk hatinya, ia tak tau apa arti perasaan itu. Ia hanya tak suka mendengar kenyataan bahwa gadis musim semi itu telah hamil atas ulah Sasuke.

Brukkk.. Sakura jatuh bersimpuh diatas lantai, kakinya lemas seakan tak kuat menopang berat badannya, ia syok. Karena Kakashi mantan senseinya dan Ino temen terdekatnya melihat hal yang paling memalukan pada dirinya.

Sai berjongkok menyamai tubuh Sakura, "Belum ada yang tau selain kami kalau kau hamil Sakura, kau masih bisa pulang ke Konoha." Sai berusaha meyakinkan Sakura untuk tetap pulang apapun yang terjadi.

"Tidak!" Sakura menggelengkan kepalanya. "Semakin hari perutku akan semakin bertambah besar, cepat atau lambat semua orang akan tau kalau aku sedang hamil! Terutama Tsunade-shishou, dia orang pertama yang akan menyadarinya." ujar Sakura menatap lirih bola mata Sai.

Ssreett... Sai menarik tubuh Sakura ke dalam pelukannya, seakan memberitahu wanita itu bahwa semua akan baik-baik saja, "aku yang akan bertanggung jawab!" ucapnya tanpa keraguan sedikitpun.

"Apa maksudmu?" sontak Sakura melepaskan tubuhnya dari pelukan Sai, emeraldnya menatap tajam penuh tanda tanya ke dalam bola mata milik pemuda berwajah pucat itu.

"Aku akan menikahimu,"

"A... APAA?!!!"

Betapa terkejutnya Sakura mendengar ucapan Sai yang tiba-tiba ingin menikahinya. Itu terdengar lucu di telinganya,  ingin rasanya ia tertawa. Dengan mudahnya pemuda pucat itu mengucapkan sesuatu yang dianggap tabu baginya, yang benar saja! Sasuke biang kerok dalam masalah ini saja tak pernah mengatakan untuk menikahinya.

"Hahaha!" Sakura tertawa,namun air matanya jatuh seiring ia tertawa. Sayangnya, itu bukanlah air mata bahagia, tapi air mata kekecewaan,"Kau tidak mengerti apa yang kau katakan Sai? Kau tak tau apa artinya PERNIKAHAN!! Jadi jangan berkata MACAM-MACAM PADAKU!!" ujar Sakura dengan nada marah penuh penekanan, ia marah karena bukan Sasuke yang mengucapkan hal itu padanya. Tanpa sadar Sakura meluapkan emosinya pada pemuda pucat itu.

"Huff... Maaf!" desah Sai frustasi, ia baru menyadari kebodohannya, kata 'pernikahan' yang keluar dari mulutnya barusan, seharusnya tidak ia ucapkan,  melihat kondisi Sakura yang sekarang itu hanya akan membuatnya sedih. 
"Tapi hanya itu yang terlintas di benakku agar kau bisa kembali ke Desa." lanjutnya dengan nada yang terdengar lirih.

Hanya Aku Yang Boleh Menyentuhmu (Sasusaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang