❌BUKAN KEPINTARAN ATAU KESOMBONGAN BUAH DARI ILMU, NAMUN AKHLAK
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَSegala puji milik Allah Subhaanahu wata’ala. Shalawat dan Salam teruntuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.
KALAU KITA PERHATIKAN DISEKILING KITA....ATAU DI TAYANGAN TV ATAU MEDIA ONLINE....
❌Rajin mencari ilmu syar'i Namun Masih Berani dengan Orang Tuanya..
❌Rajin mendalami Ilmu Syar'i Masih Menyia-nyiakan Isterinya
❌Gemar ke Majelis Ilmu Namun masih melupakan tanggung Jawabnya Sebagai Suami untuk mencari Nafkah untuk Keluarganya
❌Rajin Majelis Ilmu Namun tidak mendidik, membimbing dan menjaga Isteri dan keluarganya dari jilatan api neraka
❌ Rajin Majelis Ilmu namun Masih selingkuh jadi PEBINOR
❌Rajin menghadiri ceramah namun Tidak Taat Pada Suami, Masih Selingkuh, Jadi Pelakor.
❌ Rajin Majelis Taklim namun Masih Dengki, berkata kasar, Sombong
❌Rajin mendalami ilmu agama namun masih malas belajar
❌ dllSANGAT IRONIS...
Mendalami Ilmu Syar'i namun akhlaknya tidak berubah menjadi lebih baik bahkan semakin Tidak Baik.Sebagian dari kita sibuk menuntut ilmu tetapi tidak berusaha menerapkan ilmunya terutama akhlaknya.
Ibnu Qayyim Al-Jauzy dalam salah satu karyanya Kitab Al-Fawaid, halaman 155 berkata bahwasanya golongan manusia terbagi menjadi dua golongan.1. Golongan yang semakin bertambah ilmunya semakin bertambah ketawadhu’annya.
Pepatah mengatakan ibarat padi ia kian berisi kian merunduk. Semakin tinggi ilmunya, orang-orang ini semakin rendah hati bahkan tidak segan-segan dalam membagi ilmunya. Maka bersyukurlah jika kita termasuk di dalam golongan ini.
2. Golongan yang semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula kesombongannya.
Justru semakin alim ia semakin meremehkan orang lain serta merendahkan mereka. Golongan inilah yang harus dihindari oleh manusia. Imam Al Ghazali dalam karyanya Kitab Ihya’ Ulumuddin bahwasanya para penuntut ilmu hendaknya membersihkan jiwa kita dari akhlak tercela. Sebab menurut beliau bahwasanya ilmu merupakan ibadah dari kalbu dan salah satu bentuk pendekatan batin kepada Allah.
Rasulullah saw., bersabda: “Janganlah kamu mempelajari ilmu untuk tujuan berkompetisi dan menyaingi ulama, mengolok-olok orang yang bodoh dan mendapatkan simpati manusia. Barang siapa berbuat demikian, sungguh mereka kelak berada di neraka. (HR. Ibnu Majah). Maka sudah jelas bahwasanya ketika akan menuntut ilmu, maka niat ini harus kita luruskan. Tentu saja kita jauh lebih memilih akhirat sebagai orientasi dalam menuntut ilmu daripada memilih dunia yang sifatnya hanyalah fana dan sementara. Sementara akhirat bersifat kekal dan abadi, maka masihkah kita semua memilih dunia sebagai orientasi dalam menuntut ilmu?
Para kaum bijak pun pernah berkata, “Barangsiapa yang bertambah ilmunya, namun tidak bertambah hidayahnya, niscaya ia bukannya semakin dekat kepada Allah namun justru semakin jauh.” Imam Al-Ghazali pun pernah berkata bahwasanya “Jika Anda mengenal tingkatan ilmu dan mengetahui hakikat ilmu akhirat, niscaya Anda akan paham bahwa sebenarnya yang menyebabkan para ulama menyibukkan diri dengan ilmu bukan semata-mata karena mereka membutuhkan ilmu tersebut, namun dikarenakan mereka membutuhkan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah”. Selanjutnya beliau menjelaskan makna nasehat kaum bijak pandai bahwa ‘kami mempelajari ilmu bukan karena Allah, maka ilmu itu pun enggan kecuali harus diniatkan untuk Allah’, berarti bahwa “Ilmu itu tidak mau membuka hakekat dirinya pada kami, namun yang sampai kepada kami hanyalah lafaz-lafaznya dan definisinya”. (Ihya’ ‘Ulumuddin)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasehat Dan Motivasi Islam
Spiritual"Menasehatimu bukan berarti aku lebih baik atau lebih taat darimu. Namun, aku berharap kita bisa sama-sama menjadi wanita yang lebih baik, karena aku ingin bersahabat denganmu hingga kita dipertemukan di Jannah-Nya." --- "Jangan melihat siapa yang b...