Aku benar-benar menyerah

72 3 4
                                    


3 hari berturut-turut aku dan Rama pun saling bertukar kabar, semakin sakit apabila Rama menceritakan bagaimana ia bahagia memiliki kekasihnya yang berparas cantik itu, Ya, namanya Rossy, anak manajemen disekolahannya. Dengan paras cantik, rambut panjang serta badan yang ideal seperti gitar spanyol. Membuat Rama semakin cinta dengannya.

Aku hanya bisa mengaca diri pada cermin.

"Aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dia, dia sangat sempurna, sedangkan aku hanya seorang gadis biasa" gumamku.

Air mataku terjatuh seketika, badanku rubuh saat itu, aku akhir-akhir ini hanya bisa menangis dan menangis. Untung saja sekolah dibebaskan, jadi tidak masalah aku tidak sekolah saat-saat ini.

"Jika fisik sebagai penentu, aku kalah tanpa harus bertanding" ujarku sembari menangis sesegukan, wajahku seperti orang yang frustasi.

"Aku ingin cantik, agar dihargai" gumamku sambil bergetar.

°°°

Detik ini aku memutuskan untuk tidak peduli pada Rama, aku menghapus semua ekspetasi pada Rama, termasuk menghapus semua rasa cintaku padanya.

Aku telah memikirkan matang-matang untuk ini, aku sudah tidak mau cinta sendirian, dan tidak mau berada dalam kesakitan yang diakibatkan harapanku sendiri.

Aku menghapus nomor teleponnya, dan aku membuang SIM card ku yang aku potong menjadi dua bagian.

"Aku benar-benar berhenti untuk menyukai mu. Memilikimu adalah halusinasi, kamu objek nyata namun terasa fatamorgana" aku menahan air mata agar tidak terjatuh lagi.

"Terimakasih, kamu telah enggan mengikuti dalam alur cerita cintaku yang konyol ini"

Lungg...

Aku melempar SIM card itu pada semak-semak dekat rumahku. Aku berteriak sekencang mungkin untuk meluapkan kesakitan ku. Ya, ini konyol, tapi aku merasa lega dengan apa yang aku lakukan.

"Jadilah Adinda yang tak mudah jatuh cinta" tegasku pada diriku sendiri.

°°°

"Lu baik-baik aja kan, Din?" Tanya Azel.

"I-iya,Zel" ujarku melemah.

"Beneran?"

Aku hanya diam membisu.

"Besok kesekolah bareng ya, besok kan bagi raport"

"Hmm"

"Bye, gue pulang dulu"

Tak disangka-sangka aku bertemu dengan Azel didanau ini, Azel melihatku penuh kesakitan, ia menerka-nerka bahwa aku sedang patah hati, ya, memang aku sedang patah hati, tapi aku berusaha untuk menutupi itu semua. Hanya aku dan teman SMP ku yang tahu, bahwa aku menyukai Rama.

Aku berjalan gontai menuju rumah, hatiku sesak pikiranku kacau saat ini, tapi saat ini aku harus menghapus nama Rama didalam hatiku, lelaki yang ku sukai 2 tahun ini.

"Aww" jeritku.

Aku melihat ada sebuah kaca pecah dikaki ku, darah segar mengalir begitu saja.

" Ahhh kenapa hati dan fisik ikut-ikutan terluka sih" ujarku sambil berjalan pincang.

Tidak butuh waktu lama, akupun sudah berada dirumah.

"Ya Allah Dede, kenapa kamu. Itu kaki kenapa heh" ujar mama dengan nada panik.

"Engga kenapa-kenapa, Mah"

"Gak kenapa-kenapa tapi itu berdarah gitu, kamu habis main bola?"

"Enggak ih, Mama. Dinda cuman main ke taman tua sebelah, eh pas disemak-semak kaki Dinda ketusuk Serpihan kaca"

Mama menggelengkan kepalanya, " ya kenapa atuh kamu jarang-jarang main  kesana. Udah tau jalannya susah, banyak sampah-sampah" ujarnya sambil membersihkan luka di kakiku.

"Tenangin pikiran, Ma" celetukku.

Mama mengerutkan keningnya " tenangin pikiran karena patah hati ya" ujarnya santai.

Stuck. Aku tidak bisa berkata-kata lagi, memang firasat seorang ibu itu sangat kuat. Ia mengetahuiku bahwa aku sedang patah hati.

"E-eh, enggak kok,Ma. Dinda anu-- lagi nenangin pikiran" jeda " oh iya nenangin pikiran buat besok, kan besok bagi raport" ujarku terbata-bata.

"Oh kirain anak gadis Mama ini lagi jatuh cinta, lagian kamu akhir-akhir ini murung terus di dalam kamar, ternyata Anak mama ini lagi setress , karena besok bagi raport"

"Hmm.. tapi Dinda enggak yakin kalo Dinda bakal masuk tiga besar. Saingannya berat pisan "

"Apapun hasilnya, Mama bangga sama kamu" ujar mama sambil tersenyum manis dan mengusap kepalaku.

Hatiku mencelus saat itu, tapi semester depan, aku akan berusaha belajar keras. Agar bisa membanggakan kedua orangtua.

"Jangan banyak jalan-jalan dulu ya, awas perbannya jatuh, Mama mau kebelakang dulu" ujar mama sambil berdiri.

"Kelak, aku ingin seperti Mama. Wanita yang menyayangi Anak-anaknya dengan tulus"  batinku.

###

Halloooooo.. aku balik lagi hehe.. jangan bosan-bosan yakkk wkekek.. jangan lupa votmentnya ya zheyenk-zheyenkku.

Salam sayang
Putrianwaaaaa😍










Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADINDARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang