"Bin, bisa anterin Kela pulang ke rumah tante Indah?" Tanya ibunda Binar sembari menggendong seorang perempuan kecil yang hendak menuju usia anak-anak itu
Binar beranjak dari kursi dan menaruh novelnya yang sedari tadi ia baca, ia pergi menuju sumber suara sembari tersenyum menggendong Kela.
"Maaf ya bunda ngerepotin kamu, bunda mau ke rumah sakit bentar"
"Iya, hati-hati bunda"
"Iya, kamu juga ya."
Ibunda Binar pergi bersama mobil putih yang ditumpanginya, Kela menatap Binar kemudian ia berbisik padanya "kak Binar, Kela mau main ke taman"
Weekend, sudah pasti banyak pengunjung yang datang ditaman, tak jarang Binar bertemu dengan teman-teman SMAnya ditaman ini. Saat Binar sedang asik bermain-main dengan Kela, tak disangka ternyata Arjuna juga berada disana
"Anakmu?" Tanya Arjuna tanpa basa-basi, Kela melepaskan dirinya dari Binar dan berlari ke arah Arjuna, ia pun menggendong Kela sembari mengelus puncak kepalanya
"Hum, balikin Kela!"
Arjuna mengabaikan perintah Binar "Nama kamu Kela? mau main sama mas Juna?"
"Iya Kela! mauu main sama kak Juna!"
"Pinter"
Arjuna langsung mengajak Kela jalan-jalan mengelilingi taman tanpa mengajak Binar, dengan terpaksa Binar harus mengikuti mereka. Ia tak bisa begitu mudah percaya dengan Arjuna yang mentang-mentang teman sekolahnya, bisa saja kan jika Kela diculik dan disekap olehnya?
Binar berhenti sejenak menatap Arjuna dan Kela dari kejauhan, mereka seperti sudah sangat akrab padahal baru saja bertemu, tanpa sadar Binar tersenyum menyaksikan keakraban mereka, lalu ia menghampiri mereka dengan dua es krim yang ia beli tadi.
"Kela suka rasa strawberry kan? ini buat Kela" ucap Binar sembari memberikan es krim strawberry pada Kela, matanya langsung berbinar-binar
"Terimakasih kak Binar!" balas Kela dengan antusias
"Yang matcha itu untukku?" Tanya Arjuna seraya menunjuk es krim matcha yang Binar genggam.
"Aku lebih suka coklat" lanjutnya
Binar menggelengkan kepalanya,
"bukan ini untukku sendiri. kalau mau, beli sendiri"Arjuna hanya bergumam saja ia tetap mengajak Kela bermain-main di taman kota, tak terasa mereka sudah berjam-jam ditaman, yang tadinya langit berwarna biru kini berwarna oranye.
"Lihat itu coba" Arjuna menunjuk matahari yang siap terbenam beberapa menit lagi, tangan kirinya masih setia untuk menggendong Kela namun kini Kela tertidur dalam pelukan Arjuna
"Cantik ya" Binar mulai terbawa suasana yang senja berikan, suasana saat itu terasa begitu romantis dan kini ia bersama orang yang dicintai?
"Iya"
"Padahal kemarin ga seindah ini"
"Iyalah, ga ada Arjuna"
"Apasih"
Mereka terdiam sejenak, menyaksikan sang Surya yang siap tergelincir beberapa detik lagi. Begitu indah, entahlah Binar begitu menyukai momen-momen seperti ini, sudah lama ia tak menyaksikan sunset.
Digenggamnya tangan Binar oleh Arjuna, ia menatap Arjuna dengan keheranan. Genggamannya semakin erat seakan ia tak ingin melepaskan Binar dari sisinya.
"Apa?"
"Kamu cantik, Bin. Sama persis kaya ucapanmu pas lihat sunset ini."
Binar memilih diam, ia membiarkan Arjuna untuk melanjutkan kalimatnya.
"Tapi kalau kamu senja itu, suatu saat kamu bakal milih pergi dan jangan harap kamu bisa pergi dariku"
Binar hanya bergumam saja, ia sama sekali tak ingin berkomentar. "Senja memang indah tapi diciptakan cuma dinikmati sesaat, sayang sekali 'kan?" Lanjut Arjuna
"Jadi?"
"Aku mau jadi langit buat kamu, Bin."
Arjuna menghadapkan tubuhnya kearah Binar, tangan kanannya masih saja menggenggam tangan Binar dan tangan kirinya ia gunakan untuk menopang tubuh mungil Kela.
Mata mereka saling bertatap, senyuman timbul diantara keduanya. Entah sejak kapan jantung Binar semakin berdetak dengan hebat, tak seperti biasanya. Ia semakin dibuat malu oleh tatapan yang Arjuna berikan padanya
"Apa hubungannya?" tanya Binar memecah keheningan
"Hadeeh, aku mau jadi penopang warna jinggamu saat sang surya lelah untuk menyinari bumi, siapa lagi kalau bukan langit, hm?"
"Apaansi, ga manis banget"
"Yauda"
"Kok yaudah?"
──────────
tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Arjuna
Teen FictionBinar, seorang gadis yang sangat gemar menulis surat untuk seseorang yang tak lagi terikat dengannya, puluhan lembar kertas kosong selalu ia selipkan nama Arjuna yang kini entah menghilang kemana Kisah yang lalu kembali terputar dalam ingatannya, se...