LIMA

39 10 3
                                    

Langit mulai gelap sang surya mungkin sedang terlelap. Bel rumah Binar berbunyi ia langsung bergegas turun ke bawah mencari tahu siapa yang tengah ke rumahnya malam-malam begini

"Cari siapa ya, pak?"

"Benar ini rumahnya mbak Binar?"

"Iya, saya sendiri. Kenapa ya?"

"Ada pesanan"

Bapak-bapak itu memberikan tiga kotak martabak manis, Binar menerimanya dengan senyuman manisnya namun ia sendiri kebingungan siapa yang memesan martabak manis ini? ia sendiri merasa tak memesannya, mungkin saja bundanya yang memesan

"Terimakasih kasih pak, berㅡ"

"sudah mbak, saya permisi dulu"

"eeh? iya"

Binar hendak menutup pintu namun deringan hp disakunya semakin bergetar, terpampang dengan jelas nama Arjuna disana, Binar menatap ponselnya keherenan sebelum mengangkat telpon darinya

"Halo?"

"Sudah sampai martabak manisnya?"

Binar terdiam sejenak menatap martabak manis yang digenggamnya, kemudian ia tersadar bahwa martabak manis ini dari Arjuna bukan dari ibundanya

"Dari kamu?"

"Hm"

"Buat apa?"

"Buat kamu sama camer, udah. selamat malam"

"Junㅡ"

Sambungan telepon sudah dimatikan tanpa menunggu jawaban, Arjuna memang sangat mengesalkan. Siapa yang akan memakan martabak manis sebanyak ini? bunda saja sedang pergi keluar kota bersama ayah lalu?

Binar memakan sekotak martabak manis sendiri, walaupun ia sangat kenyang memakan setengahnya namun bagaimana lagi? ia harus menghargai pemberian dari Arjuna

"Ah jadi gendut kalo malam-malam makan ini, tapi tadi aku belum sempat bilang makasih sama Juna.. huh" gumam Binar lirih

Binar mengambil ponselnya mencari kontak Arjuna menuliskan pesan singkat untuknya 'terimakasih untuk martabak manisnya.' belum ada satu menit dibalaslah oleh Arjuna, 'hm, saranku bilang langsung'.

────────

tbc.

Dear ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang