EMPAT

39 11 4
                                    

bulan-bulan ini sepertinya sedang musim penghujan, hendak menuju sekolahpun Binar disambut oleh gerimis yang siap dihadang. Jam semakin bergerak dengan cepat tinggal beberapa menit lagi Binar sudah terlambat. Binar lebih memilih memesan ojek online daripada harus menunggu sang ibunda yang mandi tapi belum juga selesai dari sejam yang lalu. 20 menit Binar sampai di sekolah dan ia terlambat 15 menit.

lagi-lagi ia mendapat hukuman dari satpam sekolahnya dengan memungut sampah diarea sekolah sebanyak-banyaknya. 'gimana caranya dapet sampah kalo sekolahnya aja udah bersih,' gumam Binar dalam hati.

dengan sangat terpaksa Binar memunguti kerikil-kerikil kecil dengan umpatan, ia menatap sekitar hingga akhirnya matanya tertuju pada Aldo, ia melihatnya dengan keheranan dan ingin tertawa saja melihat tingkahnya. Aldo malah menyobek-nyobek buku miliknya lalu ia sebar dan ia punguti kembali

"eh, Do. kasihan banget ya kamu, butuh banget sampah ya?" ejek Binar

"heh Binar, yang butuh sampah bukan cuma gua, lu juga." jawab Aldo dengan kesal sembari memunguti buku yang disobeknya membuat Binar semakin tertawa terpingkal-pingkal

Akhirnya hukumanpun sudah berakhir, dengan kecepatan kilat Binar sudah sampai di kantin untuk memesan minuman dingin.

"bukannya ke kelas malah ke kantin"

"loh, Juna?

"hm?"

"ngapain disini?"

"menurutmu?"

Tanpa menunggu jawaban, Arjuna langsung pergi meninggalkan Binar sendiri. Gadis itu merasa keheranan dengan tingkahnya yang tak seperti biasanya dan mengabaikan dirinya.

"ga jelas banget jadi cowok"

ia melirik Arjuna sekilas kemudian melihat sebuah botol minuman yang tertinggal di meja yang sempat Arjuna tempati. Binar pun beranjak, mengambil secarik kertas yang tertindih botol minuman itu.

'aku perhatiin kayanya kamu lelah ya cari sampah? haha. jangan telat lagi makanya biar ga kena hukuman.' entah Binar harus mengekspresikan dirinya seperti apa? haruskah dia senang atau malah kesal dengan Arjuna. Bukankah kertas ini seperti mengejeknya?

Binar kembali ke kelas, ia lupa bahwa ulangan fisika sedang menantinya. Saat masuk kedalam kelas teman-temannya begitu sibuk membaca buku, kelasnya begitu hening bukan lagi seperti pasar ayam yang selalu berkokok ria

"Telat banget kamu"

"Ya gimana sih, Rat. tadi disuruh mungutin sampah padahal kan sekolahnya udah bersih"

"Haha, kasian banget sih. Oh iya jangan lupa habis ini ulangan fisika, udah belajar belum?"

"eh kok ga ngingetin dari awal"

"kan sekarang udah diingetin"

Bu Sri pun sudah tiba dikelas Binar, tatapannya begitu tajam kacamatanya yang ia gunakan seperti menciptakan cahaya yang menyilaukan, suaranya seperti raungan yang menggema di seluruh ruangan

"SIAPKAN KERTAS DAN KUMPULKAN SEMUA BUKU DIDEPAN!" ucap Bu Sri dengan suara lantang

Ulangan pun selesai, Binar merasa gila setelah menatap fisika terlalu lama. Kenapa fisika selalu minta difikirkan dan diperhatikan? bisa-bisa ini membuatnya terkena serangan jantung secara mendadak, Ratih kembali datang dengan membawa secarik surat untuk di berikan pada Binar

"dari siapa?"

"udah, pokoknya itu titipan kata Aldo"

"Iya, makasih."

Binar membuka secarik surat tersebut, tulisan seperti ceker ayam yang membuat Binar kebingungan untuk membacanya. Namun perlahan-lahan ia tahu tulisan tersebut berisi apa

─────────────────────────────

Assalamualaikum Wr. Wb

Saya selaku orang yang mencintaimu, asek.
Hanya ingin tahu kabarmu setelah ulangan harian fisika berlangsung, masih hidupkan Bin? semoga kau tak jadi gila karenanya. Kalau boleh.. kau bisa gila karnaku saja, hehe. Sekali lagi aku masih mencintaimu, Bin.

                                                     Tertanda
                                                  Mahluk Tuhan                          
                                                          
────────────────────────────

Binar mengeryitkan dahinya, ingin tertawa saja membaca surat tanpa ia kenali ini. Mengapa pembuat surat ini bisa tahu bahwa dirinya baru saja menghadapi ulangan fisika yang sangat ia benci. Kaukah itu Arjuna?

                           ────────

tbc.

Dear ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang