TUJUH

21 3 5
                                    

Seperti biasa Binar menulis peristiwa-peristiwa hidupnya dalam buku diary kesayangannya, peninggalan dari sang nenek tercinta untuknya.

Bibirnya selalu ia biarkan tersenyum ketika pikirannya terus tertuju pada sosok Arjuna, yang sedang berusaha keras untuk membuatnya jatuh cinta. Apakah karena ia terus memikirkannya pertanda bahwa Juna berhasil mengambil hatinya? semudah itukah?

─────────────────────────────

25 Januari 2013, Yogyakarta.

Tuhan, sepertinya aku sedang tersihir sesuatu, tentang perasaan aneh yang menjalar ke tubuhku. Ketika aku dekat dengannya dan terus memikirkan dirinya

Apakah ini ilusi atau angan-angan belaka?
Mengapa rasanya begitu berbeda?
Tuhan, jika benar ini cinta aku harus bagaimana?

Dia bukan orang yang manis hanya saja mengesalkan dan sok cuek,
dan apa kelebihannya? Entahlah aku sedikit ragu tentang kelebihannya..

Dan kemarin ia bicara padaku bahwa ia akan menjadi langit untukku? apakah perkataannya bisa ku pegang? Huh, Aku takut jika suatu saat ia akan memilih pergi dariku, aku harus bagaimana Tuhan?

─────────────────────────────

ia menutup kembali diary bersampulkan biru tua itu, pikirannya terus saja tertuju pada Arjuna. Apa benar ia mencintai Arjuna dengan semudah ini?

Lamunannya buyar karena satu notifikasi dari seseorang yang pernah mematahkan hatinya dengan mudah, seseorang yang sulit untuk Binar lupakan. siapa lagi kalau bukan mantan kekasihnya?

'Bin, bisa bertemu ditaman dekat rumahmu? jam 4 sore. aku tunggu.'

Binar tersenyum kecut membaca pesan singkat dari Alfy. Kemana saja ia? mengapa saat ia berhasil melupakannya ia datang begitu saja. Belum puaskah ia mempermainkan hatinya? namun munafik bila Binar tak merindukan Alfy. Sering kali ia tiba-tiba teringat oleh kenangan manisnya bersama dirinya.

Jam berputar dengan begitu cepat, sekarang sudah menunjukkan pukul 16.17 WIB, Binar sedikit ragu untuk menemui Alfy, namun ia juga penasaran apa yang membuat Alfy ingin bertemu dengannya. Haruskah ia datang?

Hanya butuh waktu 10 menit untuk Binar sampai ditempat tujuan. Banyak sekali manusia-manusia yang berlalu lalang, membuatnya sulit untuk mencari keberadaan Alfy. Tepukan dipundaknya membuatnya sontak kaget, ia menatap Alfy dengan raut masam namun tak mengurangi paras cantiknya

"Kaget ya?"

"Menurutmu?" jawab Binar ketus, tentu saja ia merasa kaget. Pertanyaan yang bodoh.

"Bin, aku disini untuk minta maaf padamu"
Alfy menundukkan kepalanya, seolah-olah ia adalah orang yang paling salah karena ialah yang menjadi alasan putusnya hubungannya dengan Binar, tentu saja ia yang salah disini

"Udah dimaafin"

Alfy menggenggam erat kedua tangan Binar, tatapannya pun ikut berbinar seperti ia menaruh harap pada maaf yang selama ini ia harapkan keluar dari mulut Binar. Tentu saja ia menyesal meninggalkan Binar saat itu, dan kini ia ingin memperbaiki kesalahan yang lalu

"Bin, maafin aku waktu itu, aku tau aku salah dan aku mau kita ulang ini semua dari awal"

Binar menatap Alfy dengan tatapan sinis ia menahan amarahnya. Ingin sekali tangannya ia gunakan untuk menampar paras tak bersalahnya. Setelah mencampakkan dirinya kini ia mengemis memintanya untuk mengulang kisah yang sudah kadaluarsa. Bodoh.

"Aku bukan bonekamu, Al. Belum puaskah kamu menyakitiku? untuk apa aku mengulang kisah pahit yang pernah kurangkai bersamamu? menjijikan."

Alfy semakin mengeratkan genggaman, membuat Binar meringis menahan sakit akibat cengkramannya begitu kuat.

"Bin, aku salah dan aku tahu itu. Aku mencintaimu Bin aku mencintaimu. Kurang jelaskah? aku mencintaimu Binar!"

Binar tersenyum kecut menyaksikan mantan kekasihnya yang dulu mempermainkan kini mengemis meminta balikan, sungguh memalukan.

"Cinta katamu? hah? aku tak sebodoh itu, Alfy. Apa kau masih ingat? alasanmu untuk meminta pergi dariku karena seorang wanita yang katamu lebih dariku?"

"Itu masalalu, Bin. biarlah itu berlalu, aku ingin kita mengulang semuanya dari awal kembali"

"Belum puaskah menyakitiku? mau apalagi? setelah ku biarkan kamu untuk pergi bersama gadis yang kau sembunyikan dariku. Dan maaf, aku sudah mempunyai kekasih."

"Eh Binar, sendirian aja?" tanya Rama tanpa merasa bersalah karena memotong pembicaraan mereka, matanya kembali tertuju pada sosok yang menggenggam tangan Binar "oh berdua toh, kirain sendiri"

"Rama?" Binar langsung melepas genggaman Alfy dan ia merangkul lengan Rama, ia dibuat bingung oleh tingkah Binar yang tiba-tiba bersikap manis kepadanya

"Ini, ini pacar baru Binar. iya kan sayang?"
Sungguh Binar mengumpat sejadi-jadinya didalam batinya, ia merasa sangat jijik dengan panggilan sayang yang baru saja ia ucapkan. "Ha?," Rama melongo kebingungan. Binar menginjak kaki Rama membuatnya meringis kesakitan. Mungkin Binar baru saja memberinya tanda bahwa ia harus mengikuti permainannya

"Iya sayang" jawab Rama ragu

Alfy menatap Rama tajam, seperti memberi peringatan kepadanya untuk menjauhi Binar. Namun tatapannya kembali pada Binar.

"Maaf, semoga bahagia, Bin."

Perlahan-lahan sosok Alfy mulai menjauh dari mereka, kini Binar melepaskan rangkulannya pada Rama. "Terimakasih, Ram." Binar langsung saja meninggalkan Rama tanpa penjelasan sedikitpun

────────

tbc.
jangan lupa untuk vote okay? biar semangat nih, thx u !

Dear ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang