"Astaghfirullah," ucapku kala melihat sesuatu yang sedang meringkuk di pojokan.
"Assalamualaikum, jangan lupa salam dulu baru kaget."
Nindy melewatiku yang masih berada di ambang pintu. Lalu ia duduk tak jauh dari seseorang yang wajahnya kini tertutup mukena bermotif bunga. Laptop yang masih terbuka menandakan ia telah mengerjakan sesuatu.
Kututup pintu dan menaruh kembali kunci di dalam tas. Lalu berkata, "Ini abis ada perang dunia ketiga ya?"
"Perang dunia mana ada yang pakai kertas Lioraaa," teriak Nindy yang hanya kubalas dengan tawa. Membuat seseorang itu terbangun seraya mengedipkan kedua matanya bingung.
"Kalian datang darimana?" tanyanya membuatku tertawa. Kesadarannya belum sepenuhnya kembali.
"Dari surga, Kak. Gue bidadari soalnya," candaku.
"Kok dari surga? Emang udah meninggal?"
"Ya Allah, tidur lagi aja deh, Kak. Lo capek banget kayaknya."
"Kalian yang bangunin gue, kalian yang nyuruh gue tidur lagi. Kalian gak tahu apa ini udah dikejar deadline. Tuh lihat laporan belum disusun. Capek gue gak ada yang bantuin. Tugas gue aja belum selesai," tuturnya seraya melihat kertas-kertas yang berantakan.
Kuambil kertas-kertas tersebut. Ternyata ini laporan dari program kerja beberapa hari yang lalu. Terlalu banyak memang kalau harus dikerjakan seorang diri.
"Kakak nginap semalam?" tanya Nindy menyuarakan isi kepalaku sejak tadi. Sebuah anggukanlah yang menjadi jawabannya.
"Kami bantu susun ya. Kakak ngerjain tugas aja," tuturku lalu mulai merapikan kertas tersebut.
Niat hati untuk tidur, malah menjadi bekerja. Memang segala sesuatu yang diniatkan tidak akan terjadi jika Allah tidak merestuinya.
♧♧♧
Jakarta, 21 Oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diam
RomanceBiarkan aku melihatmu sebagai matahari. Insya Allah update setiap hari.