Oya

12 4 0
                                    

"Assalamualaikum."

Terdengar seseorang mengucap salam di balik pintu sekretariat.

"Waalaikumsalam."

Sosok yang menyebalkan bagiku muncul setelah menjawab salam tersebut.

"Eh ada Oya, selamat pagi!" serunya setelah membuka pintu seraya memperlihatkan senyuman yang terlihat menjengkelkan bagi Liora.

"Nama gue Liora bambang, bukan Oya," balasku kesal.

Mengapa semua penduduk di sekretariat ini selalu memanggilku Oya?

"Suka-suka yang manggil, Oya."

Kuabaikan perkataannya itu, dasar ketua yang sudah tua. Selalu saja menyebalkan.

Nindy menaruh tumpukan laporan yang sudah selesai kami susun. Lalu memulai bagian yang lainnya. Keadaan di ruangan pun kembali hening karena penghuninya sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Sampai ketika suara adzan berkumandang. Memanggil agar kami segera menunaikan kewajiban. Ajakan Nindy untuk menuju masjid kuiyakan setelah menaruh tumpukan laporan di lemari.

"Udah selesai nih, Kak. Kami duluan ya, abis ini mau lanjut kelas. Assalamualaikum."

Terik mentari begitu menyilaukan netra kala kami keluar dari sekretariat. Orang yang berlalu lalang tak lepas dari pandangan sepanjang jalan. Kuucap terima kasih kepada pencipta alam yang masih memberikan kesempatan kepadaku untuk menjalani kegiatan hari ini.

♧♧♧

Jakarta, 22 Oktober 2019

Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang