Chapter 1 #Iblis

263 20 1
                                    

Suara tangis bayi terdengar menggema di penjuru rumah, di hiasi dengan suara pedang yang beradu dan percikan darah.

Aku terbangun dari tidurku dengan kepala yang terasa pusing. Aku terdiam sesaat untuk mengingat mimpi tadi lalu kuarahkan pandanganku ke sekitar.

Sunyi.

"Mimpi apa aku tadi?" Gumam ku seraya mengusap wajah.

Sambil memegangi kepalaku yang masih terasa pusing akibat mimpi itu, aku mencari dimana zori¹ ku berada. Setelah menemukannya, aku segera menuruni anak tangga dan melihat para prajurit tengah merapihkan futon² mereka masing-masing.

"Yo, Shiga." Sapa temanku.

Dengan kemalasan yang hakiki, aku balas menyapa. "Yo."

Aku pergi keluar menuju tenda untuk mengambil beberapa barang. Ketika melihat matahari yang mulai menampakan diri dari ufuk timur, aku berpikir.

Entah kenapa, akhir-akhir ini begitu tenang. Seperti waktu damai sebelum hari kehancuran saja.

Di gerbang, terlihat komandan tengah menyiapkan kami, para pasukan. Dengan suara nyaring, dia berkata, "Ohayou, pasukan ku!"

"Ohayou, sir!" Jawab kami serempak.

"Haha, ternyata kalian semua masih hidup!" Ucapnya tanpa pikir panjang.

"Apa-apaan, sombong sekali dia berkata seperti itu."

"Iya, apa-apaan itu."

Mengabaikan bisikan prajurit lain, aku melihat dan mendengarkan dengan seksama teknik-teknik yang dia ajarkan sebagai,

Ninja pelindung.

Setelah mendapatkan pengetahuan baru, aku kembali ke tendaku dan menatap pedangku yang tak pernah ku tarik.

Aku berpikir, untuk apa aku memiliki pedang sebesar ini jika aku bisa membuat Kunai yang bisa membunuh Iblis lebih cepat hanya dengan melemparnya.

Aku pun segera meminta penempa pedang untuk membuatkanku Kunai. Meskipun pembuatannya membutuhkan waktu lama, aku akan menunggunya.

Hari demi hari berlalu, sekarang sudah tengah malam dan Kunai yang kuinginkan pun sudah jadi. Dengan senyum sumringah, aku membawa Kunai tersebut.

Aku akan menjaga dan memakainya saat lulus nanti.

Suasana hatiku yang saat itu tengah baik seketika berubah saat mendengar suara teriakan teriakan orang-orang.

Aku melihat ke sumber suara, dimana sesosok Iblis Bulan Merah³ dengan jubah putih bersimbol awan merah, tengah tertawa-tawa sambil mengayunkan sabitnya, membunuh satu persatu warga dan pasukan.

Kulihat para pasukan segera bersiap menghadapi serangan.

Aku yang masih terkejut bergegas lari menuju desa untuk menyelamatkan para warga. Apalah gunanya diriku jika tidak tidak bisa menghabisi para Iblis itu.

Suara tebasan yang menghunus tubuh, teriakan warga desa, dan bau anyir darah menyelimuti perjalanan.

Amarah terasa membakar tubuhku saat melihat jasad-jasad para warga yang terbantai oleh Iblis itu.

Padahal hanya Iblis Bulan Merah, tapi kenapa para prajurit tidak bisa menghabisinya?!

Brengsek.
Di tengah malam, saat orang-orang tengah terlelap, Iblis itu memulai aksinya dengan membunuh mereka satu-persatu.

Dari kejauhan, aku dapat melihat Iblis itu melayangkan sebuah tebasan yang berhasil memenggal kepala seorang prajurit.

Aku hanya bisa terpaku menatapnya dari kejauhan dengan tangan yang siap menarik pedang di pinggangku.

Iblis itu.
Iblis Bulan Merah kelima, Kira Miju.

Aku segera berlari menuju Iblis itu. Semakin dekat dengannya, Aura mengerikan yang ku rasakan semakin menekan tubuhku.

Apakah aku bisa menang?
Atau justru aku akan mati?

Melihat komandan yang tewas oleh Iblis itu membuat perasaanku menjadi tidak karuan.

Setelah cukup dekat dengan Iblis itu, aku dapat melihat dia tengah membersihkan sabitnya yang berlumuran darah.

Bau anyir darah dari jasad-jasad para prajurit disekitarnya menusuk hidungku.

Iblis itu mendongak menatapku lalu beralih menatap ke arah seorang prajurit perempuan nampak tengah bergidik ketakutan.

Tatapannya.
Dia mengincar gadis itu!

"Membosankan. Apakah tidak ada yang bisa menghiburku saat ini?"

Menatapku sekilas, dia menyunggingkan seringai mengerikan.

"Kau, prajurit. Apakah kau bisa menghiburku?"

Iblis itu melesat ke arah sang gadis lalu melayangkan tebasan untuk memenggal kepalanya.

Aku takut!

Namun, entah apa yang aku pikirkan, aku melesat dan menyelamatkan gadis itu. Ku tangkis tebasan sabitnya dengan pedang yang bahkan tak pernah ku tarik sebelumnya.

Suara pedangku yang beradu dengan sabitnya terdengar sangat mengerikan.

Melawan Iblis Bulan Merah sedekat ini, benar-benar membuat tubuhku bergetar ketakutan!

Aku dalam bahaya!
Aku dalam bahaya!

"Oh, Shiga kah?" Iblis itu nampak tersenyum sinis padaku.

Bagaimana dia bisa mengetahui namaku?

Iblis itu melompat mundur, begitu juga denganku. Kami saling menjaga jarak.

Aku menatap gadis dibelakang ku. "Daijoubu desu ka?"

Dia mengangguk.

Dengan tangan bergetar, aku mengarahkan ujung pedangku kepada Iblis itu, bermaksud mengancamnya. "Bagaimana kau bisa tahu namaku, brengsek?"

"Oh, kau tidak mengenalku, ya?" Memainkan sabitnya, Iblis itu tersenyum miring.

"Kau ingat kejadian 15 tahun yang lalu saat peperangan di Benteng Hell? Tepatnya saat itu kau masih bayi, dan akulah yang memberimu nama."

Aku membeku di tempat.
Apa maksud perkataannya?
Bagaimana dia bisa tahu kejadian 15 tahun yang lalu?

Siapa?
Siapa?
Siapa?!
        

Demon SlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang