Part 5

3.2K 278 71
                                    

Sejujurnya Yonghwa sama sekali tidak pergi dari kafe itu. Ia hanya duduk dalam diam di mobilnya, menunggu sampai Shinhye menyelesaikan pekerjaanya. Yah, katakan saja saat ini Yonghwa sedang gila, rela menunggu wanita itu selama berjam-jam di dalam mobilnya. Tapi, mau bagaimana lagi jika hati sudah berbicara? Ia tidak bisa melakukan apa pun dan lebih menuruti kata hatinya untuk kali ini.
          
Ketika Yonghwa masih berada di mobilnya tadi, Hyojin mengirim pesan padanya, yang mengatakan jika wanita itu sudah meminta bos Shinhye untuk memberi izin pada Shinhye agar pulang lebih awal dari yang lain hari ini dan Hyojin juga sudah memberi uang pada bos Shinhye, sebagai bentuk terima kasih katanya. Maka dari itu Yonghwa masih betah di sana, karena ia sudah mengetahui jika Shinhye akan pulang lebih awal hari ini. Ia juga akan mencoba beralasan nanti saat memberi tumpangan pada wanita polos itu.
          
Tring!
          
Yonghwa tersentak ketika mendengar bunyi dering ponsel miliknya di dasbor mobil. Yonghwa segera mengambil ponsel itu, lalu mendengus ketika melihat siapa yang menelponnya di saat seperti ini.
            
"Ada apa?" Tanya Yonghwa kesal.
           
"Kau ada di mana, Yonghwa-ya? Kami menunggumu di sini."
           
Yonghwa mengerutkan dahinya. "Menunggu di mana? Kita bahkan tidak membuat janji sebelumnya. Lagi pula, aku sibuk hari ini." Yonghwa bisa mendengar suara dengusan kesal dari beberapa orang di seberang telpon beserta umpatan-umpatan yang mereka berikan untuknya.
          
"Kami ada di kantormu saat ini. Cepatlah, kembali ke kantormu, sekarang." Jonghyun bersikeras, tidak peduli pada Yonghwa yang sudah bersungut-sungut padanya.
          
"Aku tidak bisa, Jonghyun. Aku benar-benar sibuk." Tanpa rasa bersalah sedikit pun Yonghwa langsung memutuskan sambungan telepon itu begitu saja. Ia yakin seratus persen jika ketiga temannya di sana akan menggeram marah atas tindakannya tersebut. Namun, apa peduli Yonghwa? Yang lebih penting saat ini adalah mendekati wanita cantik yang masih berada di dalam kafe itu dan mungkin menjadikannya sebagai sekretaris Yonghwa nantinya.
           
Yonghwa baru akan meletakkan ponsel itu ke dasbor ketika ponsel itu kembali berbunyi. Itu bukan panggilan telepon, melaikan sebuah pesan ancaman dari Jonghyun.
           
Sialan kau perjaka. Awas saja jika kita bertemu nanti. Aku tidak akan segan-segan memotong milikmu.
           
Yonghwa meringis ketika membaca pesan itu. Ia secara spontan menatap ke selangkangannya, dan merasa ngilu di sana.
           
Oh, Jonghyun sialan. Dia berhasil membuat Yonghwa ketakutan.

___________

Shinhye tengah asyik melayani para pengunjung ketika tiba-tiba salah satu temannya menghampirinya dan berkata jika bos mereka ingin bertemu dengannya.
           
Shinhye mengerutkan dahinya, merasa heran karena tidak biasanya pemilik kafe itu memanggilnya, biasanya hanya pada saat gajian saja bosnya itu meminta para pekerja berkumpul di ruang kantornya. Jadi, ada masalah apa sehingga pemilik kafe ini memanggilnya? Seingat Shinhye ia tidak melakukan kesalahan apa pun, terkecuali tadi siang saat Hyojin memintanya untuk bergabung di meja wanita itu.
          
Jangan katakan jika Hyojin tadi berbohong padanya saat mengatakan sudah meminta izin pada bosnya itu?
          
Shinhye sudah berdiri di depan pintu coklat itu. Ia merasa gugup dan takut pada saat bersamaan. Dengan pelan ia pun mengetuk pintu itu.
          
Tok! Tok!
          
"Masuk!"
          
Shinhye menelan ludahnya dengan keras saat mendengar suara bosnya di dalam ruangan. Akhirnya dengan perlahan Shinhye memutar knop pintu. Begitu pintu terbuka sepenuhnya, Shinhye dapat melihat Gain, pemilik kafe itu tengah duduk tenang di kursi kebesarannya dengan kacamata bertengger manis di atas hidungnya, ia sepertinya sedang sibuk membaca berkas di atas meja itu.
          
Shinhye pun masuk, dan mendudukkan dirinya di kursi yang ada di depan meja Gain.
          
"Ada apa anda memanggil saya, bos?" Shinhye terlebih dulu bertanya, membuat Gain mengalihkan sebentar fokusnya pada Shinhye.
           
Wanita cantik itu tersenyum pada Shinhye sebelum melepas kacamata bacanya.
           
"Aku hanya ingin memberi tahu padamu kalau pekerjaanmu cukup sampai di sini. Jadi, kau boleh pulang sekarang."
           
Shinhye membelalakkan matanya. "Maksud bos, saya dipecat?" Suara Shinhye tiba-tiba tercekat. Ia tidak berharap ia akan dipecat seperti ini. "Tapi kenapa bos, apa saya membuat masalah?"
           
Gain tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak, Shinhye. Astaga, tidak mungkin aku memecatmu." Gain masih tertawa dan itu membuat Shinhye semakin bingung. "Hari ini kau bekerja cukup sampai pukul 4 sore saja. Berhubung sekarang sudah pukul 4 tepat, jadi kau sudah di perbolehkan pulang."
           
"Neh? Tapi kenapa?" Shinhye benar-benar bingung dan tak percaya. Sebenarnya apa yang merasuki bosnya ini sehingga memperbolehkan ia untuk pulang lebih awal?
           
Gain tersenyum pada Shinhye. "Wanita yang tadi mengobrol denganmu mendatangiku. Dia meminta aku untuk memberi izin padamu agar kau bekerja cukup sampai setengah hari saja. Jadi, ya, aku mengizinkannya." Gain tidak memberi tahu Shinhye jika tadi wanita yang bernama Hyojin itu juga memberi uang padanya.
           
"Mwo? Anda serius mengizinkan saya pulang sekarang, bos?"
            
"Ya, aku serius Shinhye. Jadi pulanglah."
            
Walau masih merasa bingung kenapa Hyojin sampai meminta bosnya ini untuk membiarkan Shinhye pulang lebih awal hari ini, tapi Shinhye tetap menuruti saja, tidak mungkin juga ia membantah pada bosnya sendiri. Lagi pula bagus juga hari ini Shinhye bisa pulang lebih awal sehingga ia bisa beristirahat cukup lama di rumah sebelum esoknya kembali bekerja. Setelah berterima kasih dan membungkuk di hadapan Gain, Shinhye lalu keluar dari ruangan itu dan menuju lokernya.
           
Shinhye melepas celemek pelayannya, lalu mengambil tas yang ada di dalam loker itu sebelum berjalan keluar menuju pintu utama kafe. Namun, baru akan membuka pintu keluar tiba-tiba saja Somi sudah berlari menghampirinya.
           
"Yya, Shinhye. Kau mau kemana, huh?" Somi mengerutkan keningnya, menatap Shinhye yang kini sudah tidak memakai celemek pelayannya.
          
Shinhye mengembuskan nafas pelan. "Aku akan pulang Somi-ah. Bos memintaku untuk pulang lebih awal."
           
"Mwo?" Somi jelas sama terkejutnya seperti Shinhye tadi. "Kenapa? Kau tidak dipecat, 'kan?"
          
Shinhye menggeleng. "Aku juga tidak tahu, Somi-ah. Kau tenang saja, aku tidak dipecat. Baiklah, aku akan pulang sekarang. Sampai bertemu lagi besok." Shinhye tersenyum lebar pada Somi sebelum benar-benar pergi dari sana, meninggalkan Somi yang masih terdiam di tempatnya. Ia masih tidak percaya jika Gain dengan baik hatinya mengizinkan Shinhye untuk pulang. Dan ia sedikit merasa iri pada Shinhye.

You're Mine (21+) Sudah Terbit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang