Part 10

3.1K 259 92
                                    

"Eukhh!" Shinhye mengerang pelan dan menggeliatkan tubuhnya. Mata sembab itu mencoba terbuka dan mengenali tempat di mana dirinya berada sekarang.
            
Namun, belum sampai satu menit, Shinhye langsung terduduk di atas ranjang itu saat sekelebat bayangan tadi pagi muncul di benaknya. Shinhye menatap sekeliling ruangan, dan menyadari jika orang yang telah memperkosanya sudah tidak ada lagi di sana. Air mata itu kembali jatuh di pipi Shinhye. Ia merasa terhina karena disamakan dengan para pelacur diluaran sana. Setelah ditiduri, kemudian ditinggalkan begitu saja.
           
Shinhye menatap tubuhnya dengan miris. Pakaian yang melekat di tubuhnya hanya tersisa bra saja, sementara yang lainnya sudah tercecer di atas lantai kamar itu.
          
Dengan sisa tenaga yang masih Shinhye miliki, ia pun beranjak turun dari ranjang untuk memungut pakaiannya. Shinhye berharap pakaian itu masih layak pakai agar ia bisa segera pergi dari sana.
           
Sambil berurai air mata, Shinhye mengambil roknya dan mengangkatnya. Ia menatap sedih rok itu karena sudah tidak layak untuk dipakai sebab bagian pinggirnya sudah benar-benar robek. Jika ia nekat memakai itu mungkin orang yang ada di hotel tersebut akan menertawakannya.
   
Shinhye kembali berjalan ke arah celana dalamnya, memungut benda itu dan bersyukur karena celana dalamnya masih utuh. Dengan cepat Shinhye segera memakainya, ia lalu meringis saat celana dalam itu menyentuh area pribadinya. Rasa sakit itu masih terasa di sana. Shinhye menggigit bibirnya, menahan rasa sakit ketika kakinya berjalan menuju sofa.
           
Matanya memicing tajam saat melihat satu paper bag tergeletak di atas meja. Shinhye semakin mendekat ke arah meja dan meraih paper bag tersebut. Ia segera membukanya dan melihat sebuah gaun di dalamnya beserta note kecil di atas gaun itu.
           
Shinhye mengambil note dan mulai membacanya.
           
Maaf atas perbuatanku. Pakai gaun ini dan pulanglah. Sekali lagi maafkan aku!
           
"Kau pria menjijikkan! Karena pria brengsek sepertimu, aku kehilangan kehormatanku sebagai wanita!" Shinhye memekik lirih setelah selesai membaca pesan dari pria itu.
           
Ia sangat membenci pria itu. Amat sangat membencinya.
           
Shinhye meremas note dan melemparnya dengan penuh emosi. Shinhye lalu mengambil gaun di dalam paper bag tersebut dan segera mengenakannya. Ia terpaksa memakai pakaian dari pria sialan itu, karena tidak mungkin juga dirinya keluar dari hotel mengenakan pakaian robek.
          
Shinhye kemudian mengambil tas tangan miliknya yang berada di dekat sofa. Ia mengeluarkan ponsel dari sana untuk menghubungi Yonghwa. Pria itu pasti menunggu berkas penting itu saat ini.
         
"Halo, Shinhye."
          
Suara berat Yonghwa di seberang telepon tiba-tiba membuat Shinhye kembali ingin menangis, namun ia dengan kasar menghapus air mata sialan itu. Dirinya tidak boleh menangis dan membuat Yonghwa khawatir.
         
"Sajangnim, maaf karena hari ini aku tidak masuk kerja. Dan mengenai berkas itu, aku... aku belum mengambilnya." Baru kali ini Shinhye berbohong, tapi ia juga tidak mungkin berkata jujur pada Yonghwa bahwa dirinya baru saja diperkosa. Itu akan sangat memalukan.
          
Shinhye bisa mendengar helaan nafas berat dari seberang telpon. Apa Yonghwa marah padanya karena lalai dalam menjalankan tugasnya?
           
"Tidak apa-apa, Shinhye. Tapi, aku harap besok pagi kau masuk kerja. Mengenai berkas itu, tidak apa-apa. Chani bisa mengurusnya nanti."
           
"Baik Sajangnim. Terima kasih banyak." Shinnye segera menutup telpon. Ia pun keluar dari dalam kamar hotel dengan membawa pakaian miliknya yang sudah terkoyak di dalam paper bag itu. Nanti, setelah sampai di rumahnya Shinhye akan membakar pakaian tersebut.

_____________

Yonghwa mengempaskan punggungnya ke sandaran kursi kerjanya, lalu mengusap wajahnya dengan kasar setelah mengakhiri panggilan telpon dengan Shinhye. Rasa bersalah itu kian memenuhi pikirannya, apalagi saat mengetahui jika Shinhye berbohong untuk menutupi masalah yang ia perbuat tadi pagi.
           
Sebenarnya Shinhye bisa saja mengaduh padanya dan meminta ia untuk memberi pelajaran pada rekan bisnisnya itu karena telah mempekosa Shinhye. Tapi, Shinhye dengan bodohnya malah berkata kalau dia belum mengambil berkas tersebut. Hal itulah yang membuat rasa bersalah Yonghwa membumbung tinggi. Namun untuk saat ini ia belum bisa jujur pada Shinhye. Ia juga harus tetap melanjutkan rencananya untuk membuat Shinhye hamil, bagaimana pun caranya nanti. Biarlah ia berdosa kali ini asal para sahabatnya tidak lagi merendahkannya.
           
Yonghwa menghela nafas pelan. Ia mendongak dan memejamkan matanya. Berharap jika besok pagi Shinhye sudah membaik dan ceria lagi.
           
"Maafkan aku!" Kata itu sudah berkali-kali Yonghwa lontarkan semenjak dirinya selesai memperkosa Shinhye. Bahkan setelah Shinhye tertidur karena kelelahan menangis Yonghwa tetap mengucapkan kata maaf itu sebelum ia benar-benar pergi dari kamar hotel untuk menghindar dari Shinhye.

You're Mine (21+) Sudah Terbit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang