Part 8

2.9K 262 111
                                    

Sore itu Shinhye segera bersiap-siap untuk pulang. Ia tersenyum puas ketika menatap semua berkas yang ada di atas meja. Shinhye merasa senang karena tugas yang Yonghwa minta ia pelajari tadi pagi sudah ia selesaikan dengan baik. Shinhye menghela nafas. Ia pun meraih tas tangannya dan beranjak dari tempat duduknya.
             
"Shinhye, apa kau ingin pulang?" Shinhye membalikkan tubuhnya saat mendengar suara berat itu lagi. Suara yang sudah sangat ia kenal sejak beberapa minggu yang lalu. Ia melihat Yonghwa sudah berdiri di ambang pintu sambil menatap dirinya.
             
Shinhye tersenyum. "Neh, Sajangnim."
             
"Pulang bersamaku saja. Kebetulan jalan ke rumahmu dan butik noona searah."
             
Shinhye mengernyit. Kenapa hari ini Yonghwa terkesan baik padanya? Pria itu bahkan memberi makanan gratis. Apa semua yang pria itu lakukan hanyalah karena Hyojin kenal dengannya atau apa? Shinhye ingin menolak, namun melihat tatapan Yonghwa, yang seolah berkata 'jangan menolak ajakanku' membuat ia tidak punya pilihan lain. Shinhye pun menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Oh ya, Sajangnim. Tarima kasih untuk makanannya."
            
Yonghwa hanya mengangkat bahunya acuh, kemudian berjalan mendahului Shinhye. Sementara Shinhye hanya mengikuti saja langkah Yonghwa. Beruntung kantor itu sudah mulai sepi sehingga Shinhye tidak perlu takut atau risi jika para karyawan melihat ia dan direktur perusahaan ini pulang bersama.
           
Shinhye menunggu di luar gedung, sementara Yonghwa mengambil mobilnya diparkiran bawah tanah. Tidak berapa lama mobil porsche merah itu sudah berada tepat di samping Shinhye.
           
Shinhye segera masuk ketika Yonghwa membunyikan klakson mobil tersebut.
           
Dalam perjalanan pulang, Shinhye lebih memilih diam dan menatap keluar jendela mobil. Ia merasa canggung jika mengajak Yonghwa berbicara terlebih dulu. Apalagi bayangan seorang wanita yang keluar dari ruangan Yonghwa tadi pagi sedikit mengganggu Shinhye. Shinhye tahu jika itu bukanlah urusannya tapi entah kenapa hal itu membuat Shinhye muak.
           
"Shinhye?"
           
Shinhye mengerjapkan matanya saat Yonghwa memanggilnya. Ia menoleh cepat pada Yonghwa, menunggu pria itu melanjutkan ucapannya.
           
Yonghwa berdeham pelan, fokusnya tetap ke depan. "Aku ingin kau mengambil berkas dari salah satu investorku di hotel besok pagi."
           
Shinhye menyipitkan matanya. "Hotel? Kenapa harus di sana, Sajangnim?"
           
"Dia sedang liburan saat ini dan menginap di hotel yang ada di Seoul. Dia tidak bisa untuk datang ke kantor karena pergelangan kakinya sedikit terkilir. Maka dari itu dia meminta sekretarisku untuk mengambilnya. Jadi, apa kau bisa Shinhye?" Yonghwa mencengkeram setir mobilnya, berharap rencana yang ia buat ini berhasil. Ia sudah bertekad akan membuat wanita di sampingnya ini hamil agar para sahabatnya tidak lagi merendahkannya. Yonghwa sudah muak harus direndahkan oleh mereka setiap hari hanya karena miliknya tidak berfungsi. Lagi pula orang yang bisa membuat miliknya menegang hanyalah Shinhye, jadi Yonghwa bisa memanfaatkan gadis ini untuk mengandung anaknya dan membuktikannya pada ketiga temannya.
            
Walau Shinhye sedikit merasa aneh, namun ia tetap menganggukkan kepalanya. Ia tidak mungkin menolak perintah Yonghwa, apalagi dirinya juga baru menjadi sekretaris. "Baiklah Sajangnim, aku akan mengambilkannya untukmu."
           
Yonghwa tersenyum di dalam hati. Ia sangat berharap rencananya berjalan lancar kali ini.
           
"Besok aku akan memberikan alamat dan nomor kamar hotelnya padamu."
           
"Neh Sajangnim!"
           
Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, akhirnya mobil Yonghwa sampai di depan rumah Shinhye. Shinhye segera keluar dari dalam mobil dan berterima kasih pada Yonghwa. Setelahnya mobil merah itu langsung meninggalkan kediaman Shinhye.
           
Shinhye pun masuk kedalam rumah. Ia mengernyit ketika melihat pintu rumahnya sedikit terbuka. Apa Nari sudah pulang? Pikir Shinhye.
           
Setelah membuka pintu rumah, ia pun tersenyum saat melihat Nari sedang sibuk di dapur, mungkin membuat sesuatu untuk makan malam mereka nanti.
           
"Hmm, aromanya sangat enak. Eonni masak apa?" Shinhye berjalan ke dapur, melihat Nari tengah mengiris beberapa sayuran dan memasukkannya kedalam panci.
           
"Shinhye, kau sudah pulang?" Nari memutar tubuhnya, tersenyum pada adik satu-satunya itu dan langsung memeluk Shinhye erat.
           
Shinhye balas pelukan Nari. Ia sangat bersyukur karena Nari sudah benar-benar berubah. Wanita itu tidak pernah lagi pergi ke club dan mabuk-mabukan. Kini Nari sudah beralih profesi menjadi chef di rumah mereka ketika pulang dari kerja dibutik Hyojin.
           
"Shinhye, coba kau lihat paper bag di dalam kamar. Itu hadiah dari Hyojin untukmu."
           
"Dari Hyojin Eonni? Kenapa dia memberi hadiah padaku?" Tanya Shinhye sambil berjalan memasuki kamar. Ia melihat paper bag besar di atas meja rias di kamar kecil itu. Merasa penasaran, Shinhye segera membuka paper bag tersebut dan terkejut saat melihat isi di dalamnya.
          
"Eonni, apa benar ini untukku?" Shinhye tidak percaya jika Hyojin memberikannya dua buah gaun dan dua buah baju formal untuk kerja. Kenapa Hyojin sangat baik dengan memberikannya hadiah ini. Ia bahkan tidak memberikan apa pun pada Hyojin.
          
Kepala Nari menyembul di balik pintu, "Ya, itu untukmu. Coba kau pakai, eonni ingin melihatnya." Nari mengedipkan sebelah matanya pada Shinhye.
          
Shinhye tertawa lalu mengambil gaun berwarna navy di dalam paper bag dan segera mengenakannya. Ia berbalik menghadap Nari dan berpose ala kadarnya, membuat Nari tertawa keras.
          
"Bagaimana Eonni, apa aku terlihat cantik?" Shinhye bertanya, dengan masih bergaya di depan Nari.
          
Nari menggeleng. Tidak biasanya Shinhye bertingkah seperti ini. Tapi, ia senang karena Shinhye terlihat sangat bahagia.
          
"Kau sangat cantik, Shinhye. Eonni yakin Yonghwa akan semakin mencintaimu."
          
"MWO?" Shinhye memekik kuat saat Nari mengatakan perkataan konyol itu padanya. "Eonni, apa maksudmu?"
  
"Bukankah kau dan adik Hyojin menjalin hubungan?"
          
"Yya, dari mana Eonni mendapat berita tidak masuk akal itu? Astaga, aku bahkan baru mengenal pria itu. Jadi, bagaimana mungkin kami berpacaran?" Shinhye menggelengkan kepalanya. Sepertinya Nari sudah termakan ucapan tidak masuk akal dari Hyojin. Wanita itu kenapa selalu berkata aneh-aneh? Saat di kafe, Hyojin juga mengatakan hal itu padanya.
          
"Benarkah? Ah, padahal eonni sangat berharap jika kalian memang sedang menjalin hubungan saat ini." Setelah mengatakan itu Nari segera keluar dari kamar Shinhye, meninggalkan Shinhye yang masih mematung di kamarnya.
          
Kenapa Hyojin dan Nari begitu menginginkan ia menjalin hubungan dengan Yonghwa?

You're Mine (21+) Sudah Terbit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang