Part 11

2.6K 284 119
                                    

Shinhye merasa canggung dan gugup saat ia makan satu meja dengan Yonghwa sekarang. Pasalnya setiap gerakannya selalu di perhatikan oleh Yonghwa, yang membuat Shinhye merasa kurang nyaman. Tatapan pria itu seolah-olah ingin memakannya hidup-hidup.
          
"Sajang... maksudku, Yonghwa, apa kau tidak makan?" Shinhye menelan ludah saat ia memanggil nama Yonghwa. Dirinya masih belum terbiasa memanggil pria itu dengan namanya saja.
          
Yonghwa berdeham pelan. Ia menegakkan tubuhnya dengan tangan berada di atas meja.
          
"Aku sudah kenyang Shinhye, hanya karena melihat kau makan."
          
"Uhuk!" Shinhye tersedak makanannya sendiri begitu mendengar ucapan Yonghwa. Shinhye dengan cepat mengambil gelas di depannya dan meminum air di dalamnya dalam sekali teguk.
          
Sementara Yonghwa, dengan sigap berdiri dari kursinya dan menepuk pelan tengkuk Shinhye untuk membantu wanita itu.
          
"Gwenchana, Shinhye?" Tanya Yonghwa cemas.
          
Shinhye menganggukkan kepalanya. Tangannya perlahan menjauhkan tangan Yonghwa yang berada di tengkuknya. "Aku tidak apa-apa, Yonghwa. Lebih baik kau kembali duduk dan habiskan makananmu." Rasa canggung itu kian kentara karena perbuatan tiba-tiba Yonghwa. Shinhye tidak tahu kenapa dirinya bisa segugup ini. Apa mungkin ini karena hanya ada mereka berdua di dalam rumah itu? Yonghwa juga pria pertama yang berkunjung ke rumah Shinhye dan memperlakukan wanita itu dengan baik.
          
"Aku benar-benar kenyang, Shinhye. Aku akan menonton TV saja sambil menunggu kakakmu pulang."
          
Yonghwa baru akan beranjak dari sana, namun suara Shinhye kembali menghentikan langkahnya yang ingin menuju ruang tengah.
        
"Yonghwa, kau tidak perlu melakukan ini. Aku tidak apa-apa sendirian di rumah. Lagi pula kau pasti lelah sekarang. Aku tidak ingin merepotkanmu." Ucap Shinhye jujur. Shinhye merasa tak enak pada pria itu. Yonghwa tidak seharusnya menemaninya sampai Nari pulang. Shinhye juga tidak membutuhkan Yonghwa di sini dan membuat suasana samakin canggung.
        
Yonghwa membalikkan tubuhnya, lalu memperlihatkan senyuman paling manisnya pada Shinhye. "Tidak apa-apa Shinhye. Aku akan tetap menemanimu sampai kakakmu pulang, oke? Lagi pula aku suka berada di sini jadi jangan mengusirku." Yonghwa mendengus sebelum berjalan menuju ruang tengah. Ia sudah menyalakan televisi di rumah itu, seakan benda itu adalah miliknya sendiri.
        
Sedangkan Shinhye hanya bisa menggeleng dari dapur saat melihat kelakuan Yonghwa. Cukup takjub juga saat melihat Yonghwa begitu cepat berinteraksi di dalam rumahnya. Pria itu seakan menganggap rumah Shinhye seperti rumahnya sendiri.
        
Shinhye membiarkan Yonghwa menonton TV, sementara dirinya mulai merapikan meja dan mencuci piring di dapur. Setelah berkutat cukup lama, Shinhye akhirnya melangkahkan kakinya menuju ruang tengah.
        
"Astaga!" Shinhye menatap tak percaya pada Yonghwa yang kini sudah tertidur meringkuk di lantai rumahnya. Lagi-lagi Shinhye menggeleng melihat tingkah aneh Yonghwa. Pria ini bahkan tidak merasa risi tidur di lantai dingin dengan televisi yang menyala di depannya.
        
Shinhye lalu berjalan ke kamar dan membuka lemari pakaiannya. Ia kemudian menarik selimut baru dari sana sebelum berjalan kembali menuju Yonghwa.
         
Shinhye dengan hati-hati menyelimuti Yonghwa. Ia kemudian duduk di samping Yonghwa dan mulai menonton TV seorang diri. Sesekali Shinhye akan menolehkan kepalanya untuk menatap Yonghwa. Dengkuran halus yang keluar dari pria itu membuat Shinhye terkikik sendiri.
        
Shinhye dengan gemas menjepit hidung Yonghwa dan menahannya cukup lama. Shinhye lalu tertawa saat Yonghwa gelisah dalam tidurnya karena kesulitan bernafas. Dan hal itu membuat Shinhye dengan cepat melepas jepitan tangannya dari hidung pria itu. Namun, bukan Shinhye namanya jika ia berhenti begitu saja untuk menjahili Yonghwa. Ia kembali melakukan hal itu sampai suara tawanya menggema di dalam rumah tersebut.
        
Karena Yonghwa, Shinhye bahkan melupakan kejadian menyedihkan yang ia alami tadi pagi.
        
"Apa kau masih belum puas menjahiliku?" Shinhye berjingkat pelan saat mendengar suara berat Yonghwa. Tangannya yang masih menggantung di udara dengan cepat ia tarik kembali. Merasa malu karena ketahuan oleh pria itu.
       
"Ap-apa maksudmu?" Shinhye memalingkan wajahnya, berusaha menutupi kegugupannya.
       
"Tsk, wanita ini. Sudah ketahuan tapi malah berpura-pura tidak melakukan apa pun." Yonghwa menggerutu. Namun, ia langsung menyeringai saat ide jahil muncul di kepalanya. Lalu dengan cepat Yonghwa menarik tubuh Shinhye, membuat wanita itu terjatuh tepat di samping tubuhnya.
       
Shinhye shock, ia membulatkan matanya karena terkejut. "Yya, apa yang kau lakukan?" Shinhye mencoba berdiri namun lengan Yonghwa menahan tubuhnya, membuat ia tidak bisa bergerak dengan leluasa. "Yonghwa!" Shinhye memelas.
       
"Biarkan seperti ini sebentar saja. Bukankah kita adalah teman? Berbaringlah dan temani aku sebentar sebelum aku tidur kembali."
       
Shinhye terdiam saat mendengar suara Yonghwa yang sarat akan permohonan itu. Ia pun tidak bisa melakukan apa pun lagi. Akhirnya Shinhye memilih untuk tetap berbaring di sisi Yonghwa dengan jantung yang berdegup kencang saat pria itu tanpa sadar memeluk erat tubuhnya. Shinhye menelan ludah keras, ia merasa ini terlalu intim untuk mereka, tapi ia juga tidak tega untuk melepas tangan besar nan hangat itu dari atas tubuhnya. Maka dari itu Shinhye membiarkan saja tangan Yonghwa berada di sana.
         
Tidak berapa lama, hanya terdengar suara televisi di ruangan itu, karena ternyata dua anak manusia itu sudah tertidur nyenyak sambil menyelami mimpi masing-masing.

You're Mine (21+) Sudah Terbit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang