Bab 4

17 8 0
                                    

Gilang berkacak pinggang sembari menatap ketiga manusia yang berbalik menatapnya tidak berdosa sembari memikirkan hukuman apa yang pantas sehingga mereka kapok untuk datang terlambat lagi atau bolos sekolah. Fidelya melipat kedua tangannya di atas dada membuat Gilang geram sendiri melihatnya lalu menatap Fidelya dengan tajam membuat alis Fidelya terangkat satu.

"Ngapain lo lihat-lihat gue kayak gitu, hah?" tanya Fidelya sewot merasa tidak suka. Gilang maju mendekat ke arah Fidelya. Cewek tersebut menatapnya tidak suka dan mendorong pundak Gilang agar menjauh darinya.

"Gak kapok apa kalian telat mulu?" tanya Gilang dengan nada yang sedikit meninggi. Daffa menatapnya dengan santai dan menjawab.

"Gak."

Edo ikut menyahut yang disetujui oleh Fidelya dengan anggukan cewek tersebut. "Gak telat bukan kami." Gilang menatap mereka heran. Tidak niat sekolah atau bagaimana? Mereka senang jika telat dan tidak berusaha tepat waktu.

"Gak niat sekolah?" tanya Gilang sarkas.

"Ya, niatlah," jawab mereka bertiga berbarengan.

"Kalau niat ya dateng pagi lah. Masa kayak gitu aja harus diajarin," ujar Gilang sudah kehabisan akal bagaimana caranya mengubah mereka agar disiplin dan tidak terus menerus membuat ulah.

"Ngapain dateng pagi? Ngerumpi atau ngegibah? Ngerjain tugas di sekolah? Sorry, kita anak rajin yang udah ngerjain tugas di rumah, terus kita anak baik yang tidak mau membicarakan orang di belakang and kami sibuk sebelum berangkat sekolah," ujar Fidelya dengan bangganya dan berhigh five dengan Edo dan Daffa. Gilang semakin geram dibuatnya dan menatap mereka sebal seolah-olah disana sudah terpampang api yang membara.

"Lagian urus aja urusan lo sendiri. Jangan ngurusin kita-kita. Ngapain juga lo disini ngasih hukuman ke anak yang tidak aturan? Mending lo masuk kelas, belajar yang rajin biar pintar. Kurang kerjaan amat hidup lo," ujar Fidelya sarkas yang langsung mendapat jempol dari Edo disertai dengan senyuman yang mengejek.

"Nah betul. Kurang kerjaan amat dah hidupnya," saut Daffa dengan raut datarnya. Gilang menghela nafas panjang dan berucap dalam hati. Udah salah, nyaut mulu nih orang. Merasa gak berdosa banget anjir.

"Sekarang kalian bertiga lari keliling lapangan sepuluh kali, habis itu hormat bendera sampai jam istirahat selesai." Perintah Gilang lalu mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang dari sana untuk memanggilnya kesini agar mengawasi ketiga murid nakal ini menjalani hukumannya. Fidelya menghela nafas pasrah lalu menjalani hukumannya yang diikuti oleh kedua sahabatnya yang berlari di belakangnya.

"Males bat da ah dihukum sama waketos sialan. Gak kira-kira dia mah, minta di hajar," ujar Fidelya pelan agar tidak ada yang mendengar perkataannya. Namun, di pinggir lapangan, seseorang yang sedang bermain ponsel menyahut.

"Kalau gak mau dihukum, dateng pagi makannya. Jangan banyak alasan pake segala anak baik-baik dan anak rajin yang paling so suci. Apapun itu, gue gak terima alasan lo. Hajar aja sini kalau bikin lo puas. Paling lo entar di skors gara-gara ngerusak wajah tampan milik waketos SMA Gunadhya," ujar Gilang menatap Fidelya yang sedang berlari sebentar lalu mengalihkan fokusnya kembali kepada ponsel di tangannya.

Fidelya melirik Gilang sinis dan menyumpah serapahi cowok tersebut. Minta ditabok anjir mukanya. Mati aja sana!

"Bacot bat lo. Sini tabok dan hajar gue, beraninya di belakang doang lo anjirr," ujar Gilang membuat Fidelya tercengang sebab Gilang mengetahui apa yang ada dipikirannya dan itu membuat Fidelya kesal sendiri. Udah stop. Jangan ngebacot dalam hati berarti. Ni orang bisa tau soalnya.

🍭🍭🍭

Fidelya mengibas-ngibaskan tangannya untuk menghasilkan angin. Dapat hukuman sampai waktu istirahat selesai itu bikin kesal. Apalagi tadi diawasi oleh penjaga sekolah yang biasa membersihkan gedung di SMA Gunadhya. Jadi mereka bertiga tidak bisa kabur. Keringat bercucuran hingga membuat baju mereka basah akibat keringat.

"Gerah bat anjir," gumam Fidelya yang kondisinya sekarang sudah acak-acakan tidak karuan. Perutnya berbunyi tanpa sadar. Cewek tersebut mengelus-elus perutnya karena lapar sebab ia belum makan dari pagi.

"Lo lapar?" tanya Daffa yang dijawab dengan gelengan kepala oleh cewek tersebut.

"Serius? Mau gue beliin makanan?" tanya Daffa sekali lagi. Namun, dijawab dengan anggukan semangat oleh Edo.

"Gue lapar Om Daf. Beliin makanan buat gue, ya?" Edo menampilkan puppy eyesnya. Bukannya mendapatkan jawaban 'ya' dari Daffa, ia justru mendapatkan jitakan gratis dari cowok tersebut.

"Udah bel masuk, Bego. Nanti kalau bolos, entar bukannya dapet makanan malah dapet hukuman. Udah dah. Cukup dulu hari ini nyari ulahnya. Lanjut besok ae. Gampang ni mah bisa gue tahan," ujar Fidelya tersenyum meyakinkan Daffa bahwa dirinya tidak apa-apa sebab terlihat sekali jika cowok tersebut sangat khawatir.

"Yaudeh, kalau ada apa-apa bilang ya, sayang," ujar Edo menggandeng tangan Fidelya dan membawanya masuk ke dalam kelas. Fidelya mengangguk mengiyakan ucapan Edo.

🍭🍭🍭


Latte MachiatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang