Bab 5 - Lollipop

18 9 0
                                    


Fidelya menatap sepatunya dengan bosan. Ia sudah duduk di luar kelas selama  tiga puluh menit lamanya sebab ia mendapat hukuman untuk keluar kelas dan tidak mengikuti pelajaran karena tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bu Aisyah selaku guru matematika.

Karena terlalu fokus memperhatikan sepatunya, Fidelya tidak sadar jika ada seseorang yang duduk di sampingnya dan satu orang lagi berdiri di depannya. Fidelya mendongak untuk melihat siapa yang dengan berani dekat-dekat dengannya dan cewek tersebut terkejut mengetahui Gilang lah orangnya. Cowok yang sangat kurang kerjaan mengawasi pintu gerbang sekolah setiap hari hanya untuk menghukum Fidelya meskipun ada satpam yang berjaga.

"Ngapain disini? Pergi sana," usir Fidelya dengan nada juteknya. Putra menatap Fidelya dengan raut tidak berdosanya lalu menyahuti ucapan cewek tersebut.

"Jangan jutek-jutek atuh. Apalagi ke orang ganteng, entar dosa, lho."

Fidelya dan Gilang yang merasa tidak suka karena Putra memuji dirinya sendiri seperti itu mendelik sinis  ke arah cowok tersebut yang membuat nyali Putra menciut. Namun, berusaha agar tidak terlihat. "Meni kompak, ya, kalian. Salut gue. Jangan-jangan kalian jodoh?"

Akibat ucapan tidak masuk akal yang keluar dari mulut Putra, cowok tersebut mendapat jitakan serta tatapan tajam dari Gilang yang mengisyaratkan agar ia diam saja lalu Gilang menatap Fidelya dengan lekat membuat cewek tersebut terlihat risi ditatap seperti itu oleh Gilang.

"Si Gajah ada di luar. Hati-hati entar diculik terus diambil gadingnya." Entah karena apa, Gilang cekikikan saat mengatakannya. Sedangkan Fidelya sendiri dibuat kesal oleh tingkah kedua cowok tersebut.

"Nanti aja dah ngomel-ngomelnya. Gue nganter buku dulu yang gue pinjem ke temen gue." Gilang langsung ngacir menuju kelas IPA 1 untuk mengembalikan buku yang ia pinjam dari Gavin. Lima menit berselang, Gilang kembali dengan nafas terengah-engah akibat berlari, padahal itu tidak membuatnya capek sebab jarak dari IPA-1 ke IPA-5 itu sangat dekat, hanya butuh beberapa langkah pun sampai. Fidelya mendelik sinis ke arah mereka berdua sebab mereka datang kembali kemari. Untuk apa coba? Dasar kurang kerjaan!

"Lo ngapain ke sini lagi sih? Sana balik kelas! Males banget lihat muka lo berdua," ujar Fidelya melipat kedua tangannya di atas dada. Gilang tersenyum usil lalu duduk tepat di samping gadis tersebut. Namun, Fidelya menggeser duduknya untuk menjauh dan menjaga jarak.

"Gak usah deket-deket lo!" bentak Fidelya merasa kesal sebab diusik oleh makhluk bumi yang sangat kurang kerjaan itu.

"Del, tau gak?" tanya Putra dengan raut seriusnya. Fidelya mengangkat satu alisnya disertai dengan wajah datar yang tidak biasa ia tampilkan.

"Ada orang yang mau foto sama lo," ujar Putra. Fidelya tidak menanggapi. Ia berdiri dan beranjak dari sana untuk menjauh dari Gilang dan Putra yang memperkeruh moodnya yang benar-benar hancur sekarang. Namun, siapa sangka jika Gilang mengikutinya dari belakang. Fidelya mendengus dan memberhentikan langkah lalu menatap Gilang garang, merasa tidak suka diikuti seperti itu. Cewek tersebut menginjak kaki Gilang denhan sengaja membuat cowok tersebut mengaduh sakit.

"Ngapain sih ngikutin gue mulu?" tanya Fidelya sewot yang hanya dibalas cengiran oleh Gilang. Tiba-tiba seseorang datang dengan tumpukan buku di tangannya dan menjawab pertanyaan Fidelya yang diajukan untuk Gilang.

"Suka kali dia sama lo," sahut Kalandra dengan wajah datarnya. Fidelya dengan refleks memelotot bahkan bola matanya terasa seperti akan keluar karena terlalu terkejut mendengar ucapan Kalandra.

Gilang sama terkejutnya dengan Fidelya. Cowok tersebut nampak gelagapan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Entar anak orang baper. Bego sih lo, Ndra," ujar Gilang.

"Bodo amat." Kalandra berlalu begitu saja.

"Cuma mau ngingetin, besok jangan telat," ujar Gilang mengeluarkan Lollipop dari saku celananya untuk dimakan sendiri dan mengeluarkan satu lagi lalu menyondorkannya pada Fidelya. Cewek itu mengernyit sebab tidak mengerti mengapa cowok tersebut memberikan Lollipop padanya.

"Buat lo," ujar Gilang dengan tatapan ke arah lain. Tidak ingin menatap Fidelya sebab jantungnya pasti akan berdetak lebih cepat tak karuan. Ini kali pertama Gilang melakukannya. Jadi, ia sedikit ... gugup?

"Kenapa gak sekalian aja lo kasih gue coklat?" tanya Fidelya tidak tahu diri disertai dengan senyuman miring yang tercetak jelas di bibirnya. Sedangkan diantara mereka berdua, Putra berharap Lollipop itu menjadi miliknya dan masuk ke dalam perutnya. Putra sudah minta Lollipop itu berkali-kali ke Gilang, tetapi tidak pernah mendapatkannya.

Tangannya masih tergantung diudara, menunggu Fidelya menerima Lollipop darinya. Meski ragu, Fidelya tetap menerimanya.

"Makasih," ujar Fidelya sinis.

"Sinis amat dah," ujar Gilang lalu pergi dari sana tanpa berkata-kata lagi. Fidelya memperhatikan Lollipop pemberian ketua OSIS SMA Gunadhya, memikirkan mengapa ia bisa mendapatkannya. Sesuatu menarik perhatian Fidelya, tepat di batang Lollipop itu ada sebuah kertas yang tergulung dan diikat oleh pita. Fidelya akan membukanya ketika sampai di rumah.

🍭🍭🍭

Hallo! Update yey!
Semoga suka♥

Latte MachiatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang