"aduhh jam segini sih, aku bisa dihadang sama preman-preman gempal itu" keluhkuPukul sembilan malam tepat aku baru saja pulang dari mata kuliah mendadak di kampusku. Kampus terlihat gelap, hanya beberapa ruang saja yang terlihat terang. Mungkin saja ada mahasiswa lain yang sedang mengerjakan tugas kuliah mereka. Aku buru-buru bergegas melewati koridor.
Bug, bug, bug
Aduhh ada-ada saja mahasiswa zaman sekarang. Masa iya malam-malam mereka sparing sih. Aku memutar jalanku menuju sumber suara. Terlihat ada tiga mahasiswa sedang mengerubungi sesuatu. Duit. Hanya uang yang jadi rebutan kan? Aku masih sempat-sempatnya memikirkan hal itu.
Disaat memikirkan hal nyeleneh itu, aku lihat ada seorang mahasiswa yang ternyata sedang dikeroyok oleh tiga mahasiswa tadi. Mungkin seorang cowok tepatnya. Kasihan benar memang, udah capek kuliah, dikeroyok lagi. Ckckck desahku.
"punten mas," kataku
Serempak tiga mahasiswa tersebut menengok ke arahku. Aku menelan ludah, bingung harus melakukan apa. Tiga mahasiswa itu sangat rupawan. Lupa akan keselamatan mahasiswa yang dikeroyok. Aku lebih memilih menikmati nikmat tuhan.
"mau apa lo?" tanya salah satu mahasiswa
Aku nyengir. Menatap satu persatu mahasiswa tersebut. Terlihatnya, mereka beda fakultas denganku. Tak masalah, yang penting masih satu alam.
"mau misahin kalian lah, dibilang enak apa ya? denger bag bug bag bug" candaku mencairkan suasana
"maksud lo apa? Jangan ikut campur urusan kita!" bentak salah satu mahasiswa
Aku sempat menciut, takut menatap mahasiswa itu. Tapi aku tak gentar. Aku harus menyelamatkan mahasiswa yang dikeroyok. Sebagai manusia yang berperikemanusiaan, aku beranjak maju.
"woyyy ada satpam lagi keliling!!" teriakku sambil menuding ke sembarang arah
Sukses! Ketiga mahasiswa itu langsung berebut uang seratusan itu. Aku langsung merangsek maju, membawa tertatih-tatih mahasiswa yang terluka. Kacamata. Ya, kacamata mahasiswa itu terjatuh. Aku langsung mengambilnya. Kembali membantu ia berjalan.
Rencanaku mengalihkan perhatian mahasiswa pengeroyok itu berhasil. Aku tidak mungkin melawan mereka. Tiga lawan satu. Aku menciut. Melupakan kejadian itu, aku segera mencari warung kaki lima di dekat kampusku.
Warung bu Suci. Ia, bu Suci langgananku. Aku selalu meminjam uang kalau benar-benar terdesak. Datang ke bu Suci kalau malam-malam lapar. Merengek minta dinyanyikan lagu kalau aku lelah dengan tugas kuliah. Menuntut serpihan dongeng tiga anak-anak hebat yang menaklukkan semesta.
Ibu Suci telah menjadi ibu keduaku. Aku meletakkan tubuh cowok itu ke kursi panjang di depan warung dengan hati-hati. Cowok itu terlihat lemas, habis dipukul. Aku membuka tasku dan mengambil kotak p3k disana. Mulai membersihkan luka itu. Sedikit meringis cowok itu pas kapas aku tempelkan pada lukanya. Cowok itu menggeram keras. Pertanda tidak suka aku menekan luka itu. Aku nyengir. Memanggil bu Suci.
"Ibuuuuu minta es nya dong!" teriaku
"harus bayar kali ini!" jawab bu Suci dari dalam
"siap ibu negara" balasku
Meski aku tidak pernah membayar kalau jajan di Bu Suci, tapi tiap tanggal muda aku selalu mengajak bu Suci keliling Bandung. Mentraktir ia kalau lapar. Itung-itung bayar jajanku.
Aku mengambil es dalam kotak minuman pendingin. Untuk mengompres luka cowok itu. Kembali duduk. Menekan luka itu cukup lama sampai si cowok benar-benar menggeram. Tak kuasa aku menahan tawa. Aku cekikikan. Si cowok itu menatap tak suka.
"Alkana" memperkenalkan diriku seraya menjulurkan tangan
Cowok itu menatap datar, tak peduli. Berlalu pergi dari hadapanku. Aku mengedikan bahu. Bodo amat.
"Ibuuuuu Kana pulang dulu" teriaku
"bayar dulu Kana! Kanaaaaaa!" teriak bu Suci
Yang diteriaki sudah jauh berlari. Aku langsung bergegas sebelum bu Suci merusak gendang telingaku. Malam makin matang. Merogoh saku. Kacamata cowok itu.
Thankyouu sudah baca💛

KAMU SEDANG MEMBACA
Alkadam
Teen FictionGadis periang yang memulai kehidupannya dengan memiliki masalah bersama orang-orang yang dicintainya