"Al, ada surat noh!" kata salah satu teman kuliahkuAku menghentikan langkah. Surat? Terakhir kali, aku dikirimi surat pas aku kelas satu SMA. itu pun, surat menyedihkan. Aku selalu benci setiap kali menerima surat, email, chat atau apapun itu bentuk kabar. Entah kenapa, kabar yang aku terima selalu buruk.
Aku lamat-lamat menatap surat itu. Takut untuk membukanya. Jadi kubiarkan saja tergolek di atas meja. Kembali fokus ke depan menunggu dosen masuk. Tetapi, malah sahabatku yang paling bandel yang masuk.
"woy lah Kana! Ngelamun mulu nanti gila loh" kata Siska
Kebiasaan emang, menyumpahi sahabatnya sendiri. Aku menjawab dengan dehaman kecil. Siska melirik benda yang tergolek di mejaku.
"apaan nih? Surat? Surat dari siapa? Hello hari gini make surat? Sekalian aja ke kantor pos" celetuk Siska
"eh Sis, itu buat Kana loh" jawab teman kampusku yang lain
"woy yang bener lu? Widih, sahabat gue dapet surat dari penggemarnya. Gak kalah sama bu Dosen Fatin" teriak Siska memenuhi ruangan kelas
Pas saat akhir kalimat. Siska langsung diputus sama bu dosen Fatin.
"Siska!" teriak bu Fatin
"eh, bu guru cantik yang uwu" melengos langsung duduk merapat tubuhku.
Sempat terhuyung mau terjatuh. Siska tertawa meledekku. Aku melotot padanya.
Menjelang sore hari, surat itu masih belum terbuka sama sekali. Aku takut membukanya. Tapi aku juga penasaran. Menunggu kelas sepi, aku langsung membuka surat itu. Kosong. Tidak ada apa-apa.
Aneh. Gumamku. Tetapi setelah lihat pojok kanan bawah, ada tulisan. Temui saya di koridor perpustakaan. Lama aku memikirkannya. Aku mengedikan bahu. Bodo amat. Hari ini kan jadwalku berkunjung ke warung Bu Suci untuk menuntut cerita baru. I'm coming bu Suci.
Sampai di warung bu Suci, seperti biasa aku duduk di kursi panjang. Melihat dagangan bu Suci. Bu Suci nampak resah. Pelanggan setianya yang tidak pernah bayar ini datang. Aku memesan segelas susu hangat dan mencomot sembarangan roti coklat.
Bu Suci telah siap membuatkan aku susu. Mengantarkannya kepadaku. Aku nyengir. Tak sadar ada coklat yang menutupi gigi kelinciku. Bu Suci terpingkal. Aku heran. Bu Suci menunjuk gigiku. Aku malu.
"Ibuuuuu Kana mau ceritanya!" suruhku seenaknya
"ealah Kana, Kana, ibu lagi sibuk"balas bu Suci
"sebentar" jawabku singkat
"yaudah, sampai satu episode saja" kata bu Suci
Bu Suci mulai bercerita tentang tiga anak remaja yang mengelilingi satelit. Masing-masing anak itu mempunyai kekuatan luar biasa nian. Tak terelakkan. Mereka dapat mengalahkan musuh terberat sekalipun. Bu Suci sudah sampai di ujung ceritanya. Aku mempraktekkan pukulan-pukulan anak itu dengan gayaku sendiri. Bu Suci kembali tertawa terpingkal. Di kejauhan, seseorang juga sedang tertawa menatap perangaiku.
Thankyouu to read my story💛

KAMU SEDANG MEMBACA
Alkadam
Teen FictionGadis periang yang memulai kehidupannya dengan memiliki masalah bersama orang-orang yang dicintainya